kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hangatnya laba dari Nasi Bakar Tacose


Jumat, 15 Maret 2013 / 10:57 WIB
ILUSTRASI. Penggunaan sertifikat vaksin Covid-19 masih sangat dibutuhkan. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/pras.


Reporter: Revi Yohana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. usaha kuliner memang tak pernah sepi peminat. Maklum, saban hari orang selalu memerlukannya. Tak heran, bisnis makanan bisa terus berkembang. Salah satu yang tetap digemari saat ini adalah sajian menu dari kedai Nasi Bakar Tacose. Kedai ini menyajikan beragam makanan khas Indonesia, seperti nasi bakar aneka isi, nasi tutug oncom, ayam bakar, iga bakar, dan ayam penyet.

Adalah Sugito, sosok dibalik Nasi Bakar Tacose. Pertama kali, dia membuka kedai tersebut di Tangerang pada 2009 silam. Selain beragam makanan bercita rasa Indonesia, resto ini juga menyajikan camilan khas, seperti es pisang ijo. Harga menunya berkisar Rp 20.000 hingga Rp 50.000 per porsi.

Kata Sugito, dia punya racikan khusus untuk setiap menu makanan. "Kami menggunakan banyak paduan bumbu. Karena diracik sendiri, maka rasa makanan khas dan tidak akan banyak dijumpai di gerai lain," klaimnya.

Usahanya berkembang cukup bagus. Sekarang, Nasi Bakar Tacose sudah punya tujuh gerai yang berlokasi di Tangerang dan Jakarta. Lantaran melihat peluang yang bagus, Sugito pun menawarkan peluang kemitraan mulai bulan ini. "Target awal, membuka tawaran untuk 9 mitra," katanya.

Keuntungan 20%-30%

Tertarik menjadi mitra Nasi Bakar Tacose? Siapkan investasi awal sebesar Rp 610 juta. Dana itu sudah termasuk kemitraan selama enam tahun sebesar Rp 150 juta. Mitra juga akan mendapatkan sistem operasional, pelatihan, renovasi tempat, interior ruangan, kitchen set, seluruh peralatan makan, peralatan promosi, seragam karyawan, hingga bahan baku awal. "Mitra tinggal menyiapkan lokasi," ujar Sugito.

Jika berlokasi di mal, dibutuhkan tempat seluas 100 meter persegi (m2), sedangkan kategori ruko sekitar 130 m2.

Dalam dua tahun pertama, Sugito tidak menetapkan royalty fee. Namun, setelah itu akan ada royalty fee 3% dari omzet. Selain itu, untuk memudahkan mitra, pusat menerapkan central kitchen. Artinya, pusat akan mengirimkan pasokan makanan setiap hari. "Makanan yang kami kirim sudah setengah jadi, mitra tinggal pengolahan akhir," jelas Sugito.

Sugito memperkirakan, mitra bisa meraup omzet Rp 150 juta hingga Rp 300 juta per bulan, tergantung lokasi dan kecakapan mitra menjalankan usaha. Namun, dia bilang, sejauh ini, gerainya rata-rata beromzet Rp 200 juta per bulan.

Mitra bisa mengantongi keuntungan bersih berkisar 20%-30% dari omzet. Jika berjalan lancar, mitra bisa balik modal dalam 1-2 tahun.

Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Levita Supit menilai, Nasi Bakar Tacose harus menekankan cita rasa khas atau yang  racikannya berbeda dari yang telah ada. Bukan sekedar nama. Pasalnya, restoran yang menawarkan sajian masakan Indonesia sudah banyak. Apalagi, nama Nasi Bakar Tacose terbilang masih baru.

Nah, jika menyasar pembukaan gerai di mal, pusat pun harus mendorong mitra supaya bisa meraih omzet minimal Rp 200 juta. "Ini untuk menutupi berbagai biaya sewa tempat dan operasional yang cenderung mahal di mal. Usaha semacam ini diperkirakan bisa balik modal dalam 2,5 tahun," kata Levita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×