kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Hari libur, agen travel pun berbinar


Selasa, 26 Juni 2012 / 13:57 WIB
Hari libur, agen travel pun berbinar
ILUSTRASI. Mengangkat kaki ke tembok


Reporter: Fahriyadi, Revi Yohana | Editor: Tri Adi

Berlibur dan menghabiskan waktu mengunjungi tempat wisata telah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang. Tak pelak, hal ini membuka peluang besar bisnis agen perjalanan.

Begitu menariknya bisnis ini, beberapa agen perjalanan sampai menawarkan waralaba dan kemitraan guna mengepakkan sayap bisnisnya. Amir Karamoy, Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisensi Indonesia, pernah bilang, bisnis agen perjalanan memang tak mengenal tren.

Bisnis beberapa waralaba dan kemitraan agen perjalanan ini dalam setahun terakhir menunjukkan tren positif. Umumnya jumlah mitra dan cabang mereka bertambah.

Nah, berikut perkembangan tawaran waralaba dan kemitraan agen perjalanan yang pernah diulas KONTAN sebelumnya.


Bonita Tour and Travel

Perusahaan yang berpusat di Jakarta dan dirintis oleh Jefri Van Novis ini berdiri sejak 2006 dan mulai menawarkan kemitraan di tahun 2009.Saat KONTAN mengulas tawaran kemitraan Bonita Tour and Travel pada September 2011 lalu, mereka telah memiliki 23 cabang, empat di antaranya milik sendiri dan 19 milik mitra atau agen.

Kala itu, Jefri menawarkan tiga paket kemitraan, yakni mobile agen senilai Rp 2,5 juta, sub agen tipe 1 dengan biaya investasi Rp 45 juta, serta sub agen tipe 2 senilai Rp 70 juta. Khusus untuk dua paket subagen, mitra sudah terhitung membayar deposit fee Rp 20 juta dan kerja sama lima tahun. Adapun untuk paket mobile agen kerja samanya hanya setahun.

Kini, Bonita Tour and Travel telah berkembang pesat menjadi 100 cabang. Jefri mengatakan, tahun ini Bonita Tour berhasil merangsek hingga Balikpapan dan Makassar yang belum banyak pemain agen perjalanan. "Padahal pasarnya besar di kota tersebut," ujarnya.

Sampai saat ini, Jefri belum mengubah paket kemitraan yang ia tawarkan. Yang sedikit berubah adalah perkiraan omzet saja.

Jika sembilan bulan silam, Jeffri memperkirakan omzet si mitra bisa sebesar Rp 2,5 juta per hari. Kini targetnya lebih optimistis lagi yakni sebesar Rp 10 juta per hari.

Dengan laba 3%-5% dari harga tiket yang dijual, Jefri memprediksi, untuk mitra yang mengambil paket sub agen 1 bisa balik modal dalam 10 bulan. Sedangkan di paket sub agen 2 , balik modal bisa dalam 15 bulan.

Jefri mengatakan, sebetulnya pencapaian 100 agen ini adalah target bisnisnya hingga akhir 2012. "Cukup surprise ketika bisa mencapainya di akhir semester I," jelasnya.

Dus, ia pun yakin, jumlah agennya akan mengembang lagi di tahun ini. Jefri menargetkan, di semester II/2012 nanti, agen Bonita Tour bertambah 50 agen.


Terminal Tiket

Terminal tiket merupakan usaha yang menyediakan jasa ticketing, tour dan travel. Usaha yang berdiri tahun 2004 dengan bendera PT Bayang Prima Lintas Nusa ini mulai menawarkan paket waralaba tahun 2005, lalu sejak 2009 paket diubah menjadi sistem lisensi.

KONTAN pernah mengupas tawaran usaha Terminal Tiket pada April 2011. Kala itu, Terminal tiket sudah memiliki total 24 gerai. Setahun berselang, gerai Terminal Tiket masih belum bertambah.

Legal Officer Terminal Tiket, Eltin Susanti menjelaskan, jumlah gerai mereka tak bertambah karena Terminal Tiket masih membenahi sistem dan berencana mengeluarkan jenis paket baru. "Kami tengah mematangkan konsep paket baru, yakni paket terminal tiket ekspres," ujar Eltin.

Rencananya, paket ini akan meluncur bulan depan. Cuma, Eltin belum bisa memaparkan secara terperinci tawaran paket baru tersebut.

Sebelumnya, Terminal Tiket sudah menawarkan paket lisensi dengan harga Rp 60 juta untuk mitra yang berdomisili Pulau Jawa dan Rp 75 juta bagi mitra di luar Pulau Jawa. Kedua paket lisensi itu berlaku selama lima tahun. Namun, biaya tersebut masih di luar biaya perlengkapan dan operasional.

Menurut hitungan Terminal Tiket, setiap mitra di Jawa perlu menyiapkan total investasi setidaknya Rp 139,3 juta. Selain untuk biaya lisensi, mitra perlu membeli barang dan perlengkapan, seperti kursi, meja, komputer, AC, dan alat tulis kantor. Selain itu, biaya joining fee dan dana deposit tiket sebesar Rp 9,7 juta serta biaya operasional senilai Rp 16 juta.

Menurut Eltin, meski akan merilis paket baru, Terminal Tiket masih menawarkan paket lisensi dan harganya pun masih sama. Namun, Terminal Tiket akan fokus mengembangkan paket ekspres mengingat persaingan di lini ini pun kian ketat.

Syarat mengambil paket ekspres nantinya akan lebih mudah. Misalnya, luas tempat yang tadinya harus minimal 90 m², pada paket ekspres cukup 20 m². Selain itu, paket ekspres tidak perlu berada di bangunan tersendiri dan berada di jalur utama, seperti syarat dalam paket lisensi.

Paket ekspres membolehkan mitra hanya menyewa ruangan di pusat perbelanjaan. Dengan syarat tersebut, diharapkan calon mitra yang berminat akan semakin tinggi dan Terminal Tiket bisa berkembang pesat. "Target kami nantinya di setiap kota ada Terminal Tiket," ujar Eltin. Ia yakin, di tahun ini, paling tidak ada penambahan 10 outlet baru dari paket ekspres.


TX Travel

Perusahaan yang didirikan Athonius Thedy ini terbilang kawakan. Berdiri sejak 1991, TX Travel menjelma menjadi salah satu waralaba agen perjalanan terbesar di Indonesia. TX Travel sendiri mulai mewaralabakan gerainya pada tahun 2004.

Pada Februari 2008, agen perjalanan yang berpusat di Jakarta ini sudah memiliki sekitar 95 gerai yang tersebar di 25 kota. Saat itu, paket investasi yang mereka tawarkan senilai Rp 400 juta, yang meliputi franchise fee Rp 110 juta, deposit Rp 50 juta-Rp 100 juta. Sedangkan sisanya digunakan untuk perlengkapan, sewa tempat, dekorasi dan renovasi gerai.

Kala itu, mitra diperkirakan bisa meraup omzet Rp 500 juta per bulan. Dengan laba bersih Rp 20 juta per bulan, dalam dua tahun, mitra sudah bisa balik modal.

Empat tahun berselang, TX Travel telah membiakkan jumlah gerainya menjadi 165 gerai. "Bahkan kami sudah sampai ke Jayapura," ujar Sarah Barends, Support Manager TX Travel.

Menurut Sarah, kini TX Travel fokus pada tawaran paket TX Express yang nilai investasinya Rp 200 juta. Paket itu sudah termasuk franchise fee Rp 50 juta serta sisanya untuk berbagai keperluan mulai dari deposit, sewa tempat hingga, renovasi tempat. Meski tak menyebut secara pasti omzet yang bisa diraih mitra, tetapi ia mengatakan target enam bulan bisa balik modal.

Sarah mengatakan, saat ini TX Travel cenderung selektif memilih mitra. Ia bilang, banyak permintaan yang masuk untuk bergabung. Tapi, franchisor akan menyetujui apabila mitra mampu memenuhi beberapa syarat. "Mitra harus ikut terjun langsung dalam bisnis ini dan bukan bertindak sebagai investor," jelasnya.

Selain itu, lokasi yang dipilih mitra harus strategis sehingga mampu meminimalisasi risiko cabang tersebut akan tutup nantinya. Menurut Sarah, upaya yang dilakukan TX Travel ini demi meyakinkan publik bahwa bisnis agen perjalanan masih menjanjikan.

Ia bilang, stigma bahwa agen perjalanan hanya menarik pada peak season seperti saat liburan sekolah, Lebaran dan akhir tahun tak sepenuhnya benar. "Di bulan biasa pun permintaan tiket pesawat dan paket perjalanan wisata cukup tinggi," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×