kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hendrik kumpulkan berdus-dus laba dari jus


Kamis, 27 Juni 2013 / 15:04 WIB
Hendrik kumpulkan berdus-dus laba dari jus
ILUSTRASI. Pengunjung membeli minyak goreng kemasan seharga Rp 14.000 per liter pada salah satu supermarket di Jakarta Selatan. (KONTAN/Daniel Prabowo)


Reporter: J. Ani Kristanti, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Keberanian dan ketekunan menjadi modal Hendrik Setiawan sukses berbisnis jus premium. Perencanaan yang rapi dan detail pada setiap langkah adalah kunci utama untuk merebut pasar di tengah persaingan usaha jus premium yang ketat.

Bagi orang yang jeli, tren hidup sehat yang makin lekat dengan gaya hidup orang masa kini mendatangkan banyak peluang. Salah satunya, Hendrik Setiawan. Insting bisnis yang tajam membawanya bergelut dengan bisnis jus premium. Kini, puluhan ribu botol jus segar racikan Hendrik terkirim ke pelanggan setiap bulan.

Meski telah memiliki karier yang mapan sebagai konsultan informasi dan teknologi, Hendrik tergugah untuk meneruskan usaha keluarganya. Ia rela melepas karirnya, dan mulai menggarap bisnis sebagai agen distributor kertas.

Tak sia-sia, berkat pengalaman terjun di dunia usaha, Hendrik kian lihai mencium peluang bisnis. Melihat tren gaya hidup sehat berkembang di masyarakat, terutama  kalangan menengah atas, tebersit ide untuk membuat jus segar.

Tak lama, sembari mengalihkan pengelolaan usaha distributor kertas kepada anggota keluarganya yang lain, Hendrik menyusun rencana bisnis. Ia berpikir harus benar-benar mempelajari pasar, karena usaha jus merupakan lahan baru baginya. Selain itu, pada 2005, persaingan industri jus premium di Indonesia lumayan ketat.

Dengan modal Rp 200 juta, yang merupakan uang tabungannya sendiri, Hendrik mendirikan PT Adelphi Transasia, sebagai produsen jus buah dengan merek Mama Roz. Ia menggunakan rumah di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan, sebagai tempat pengolahan sekaligus pusat pemasaran jus.

Hendrik menggarap celah yang belum dilakoni para pemain usaha ini sebelumnya, yakni menawarkan jus segar dari buah murni. Maklum, saat itu, banyak jus yang menggunakan bahan konsentrat untuk memberikan rasa buah. Sementara Hendrik hanya memeras buah-buah segar sebagai bahan baku jus Mama Roz.

Selain itu, bersandar dari gaya hidupnya yang sehat, Hendrik pun tidak menambahkan bahan pengawet pada jus buatannya. Alhasil, jus Mama Roz hanya tahan tiga hari.

Lantaran daya simpan yang terbatas, Hendrik harus memutar otak untuk mencari strategi pemasaran yang jitu. Ia membidik pasar kalangan menengah atas dengan 20 varian jus saat awal berdiri. Nah, untuk mencuil pasar itu, Hendrik pun menawarkan layanan pesan-antar ke seluruh wilayah Jakarta, tanpa biaya tambahan.


Ukuran botol

Menurut Hendrik, sebagai pendatang baru, ia harus pintar menyusun strategi. Layanan pesan antar merupakan strategi menjemput bola, sekaligus mengenal lebih dekat pasarnya. Tak hanya itu, pada saat awal berbisnis, ia menerima pesanan jus sesuai keinginan pelanggan. “Mereka ingin seperti membuat jus sendiri,” katanya.

Rencana yang matang bukan hanya dalam produk dan pemasaran, Hendrik juga memikirkan dengan detail soal pengemasan jus buah tersebut. Seperti misalnya, dalam menetapkan ukuran botol.

Alumnus Southern California University ini memilih kemasan 600 mililiter (ml) dengan berbagai pertimbangan. Pertama, ukuran botol yang tidak terlalu besar memungkinkan konsumen bisa menikmati jus Mama Roz sambil berolahraga. “Ukurannya memungkinkan botol mudah digenggam,” ujar dia.

Kedua, ukuran 600 ml juga bisa disimpan dalam cup holder mobil. Alhasil, konsumen bisa menikmati jus di kabin kendaraan ketika mereka bepergian.

Lantaran benar-benar dirancang dengan matang dan detail, bisnis Adelphi Transasia terus berkembang. Bahkan, pertumbuhannya terus mencapai angka dua digit. “Kami juga merasa senang karena Mama Roz diterima pengecer premium, dari saat awal usaha baru dimulai,” kenang Hendrik.

Perjalanan bisnisnya, seperti tak menemui kendala. Bahkan, di saat ada pembatasan impor buah, ia tak kekurangan pasokan buah impor. “Kami punya hubungan yang baik dengan vendor buah impor, sehingga kebutuhan kami masih dapat dipenuhi,” jelasnya.

Sesuai dengan variasi produknya, Hendrik menggunakan buah impor dan lokal sebagai bahan bakunya. Buah impor seperti kiwi dan lemon. Adapun buah tropis antara lain jambu biji, pepaya dan pisang.

Seiring perkembangan bisnis, Hendrik pun terus menambah karyawan. Dari 10 orang yang membantunya pada delapan tahun silam, kini Hendrik telah mempekerjakan sekitar 150 karyawan. Tak hanya itu, kini Hendrik juga mengenalkan varian botol mini.

Meski produknya bisa dijumpai di sejumlah ritel modern, Hendrik tetap memberikan layanan pesan antar.  “Direct delivery adalah business model kami sejak awal hingga hari ini,” tegas Hendrik. Pelanggan bisa memilih menu Mama Roz untuk diantar setiap pagi selama empat minggu ke depan.

Bukan cuma melayani alamat di Jakarta saja, kini layanan pesan antar jus Mama Roz sudah menjangkau beberapa kota, seperti Bandung, Surabaya dan Medan. Untuk memenuhi pesanan, ia juga membangun pabrik baru yang terletak di Cikupa Mas, Tangerang. Hendrik pun berjanji akan terus mengembangkan produk baru untuk menggairahkan pasar.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×