Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID- JAKARTA. Jasa titip atau yang lebih dikenal dengan jastip jadi peluang usaha baru yang semakin menjamur. Kini, semakin banyak pemain yang menekuni bisnis menyenangkan ini.
Asal tahu saja, usaha jasa titip ini adalah jasa yang melayani titip pembelian barang di luar negeri atau luar kota.
Salah satu pemainnya adalah Ana Siregar, pemilik PongPongKorea. Perempuan berusia 31 tahun ini mulai menekuni bisnis ini sejak tahun lalu.
Dia mengaku tertarik menekuni usaha ini karena cukup banyak masyarakat yang lebih senang membeli barang-barang bermerek (branded) dari luar negeri karena harganya lebih terjangkau. Misalnya, harga sepasang sepatu merek Fila di dalam negeri Rp 1,8 juta padahal di Korea Selatan hanya sekitar Rp 1,5 juta.
Apalagi tidak semua koleksi merek global dijual di tanah air.
Sesuai nama usahanya, Ana hanya menerima jastip produk dari Korea Selatan, mulai dari baju, sepatu, tas, merchandise, skincare, dan lainnya.
Menurut data pribadinya, produk yang paling banyak dipesan pelanggannya adalah merchandise K-pop (boyband BTS), sepatu, dan tas.
Dia mematok jasa dari Rp Rp 35.000 sampai Rp 100.000 per item, disesuaikan dengan jenis barang. Perlu dicatat, nilai tersebut belum termasuk biaya ongkos kirim dari Korea Selatan sampai ke lokasi pelanggan dan pajak. Sayangnya, dia enggan merinci detil biaya pengiriman serta pajaknya.
Dalam sebulan, rata-rata 500 orang yang tersebar di Jakarta, Kalimantan, Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) titip belanja lewat dia. Bila dikalkulasi, dalam sebulan Ana bisa mengantongi pendapatan dari jasa ini sekitar Rp 17,5 juta.
Pendapatannya tersebut dibagi dengan sang adik yang bertugas menerima barang di Jakarta, mengecek kembali kondisi barang, serta mengirimkan ke pelanggan.
"Porsi pembagian ke adik saya hanya sekitar 2% (dari total omzet)," jelasnya. Namun, dia enggan merinci keuntungan bersih yang didapatkannya.
Lain lagi kisah Cicilia Angelin, Pemilik Jastiperopa777. Dia mengaku yakin usaha jastip yang dia jalankan cukup menjanjikan. Karena, tidak sedikit masyarakat yang sudah terlanjur jatuh cinta dengan produk di luar negeri.
"Kebanyakan karena sudah cocok dengan produk yang mereka beli waktu travelling ke negara tersebut. Karena tidak mungkin kembali ke sana lagi makanya mereka pakai jastip," jelasnya.
Berbeda dengan Ana, Cicilia melayani jastip barang dari Inggris. Dia melayani semua jenis barang dengan catatan tersedia di negara ratu Victoria tersebut.
Kebanyakan barang yang dipesan pelanggannya adalah tas, sepatu, parfum bermerek tenar.
Perempuan berusia 29 tahun ini mengenakan tarif jastip bervariasi disesuaikan dengan harga dan volume barang. Misalnya, untuk jastip satu tas branded berharga puluhan juta dikenakan tarif sekitar Rp 640.000.
Nilai tersebut belum termasuk biaya kirim dari Inggris ke lokasi pembeli dan pajak. Sayang, Cicilia enggan membagi perincian biaya tersebut.
"Biasanya saya melayani 40-50 orang sebulan," katanya. Lokasi konsumennya pun tersebar di Jabodetabek, Surabaya, Medan, Kendari, dan Palu.
Asal tahu saja, seluruh fee jastip yang diterimanya tidak lantas masuk ke kantong pribadinya saja. Karena, dia membaginya dengan tim yang stand by di Inggris untuk berburu belanjaan.
Sayang, dia enggan menjelaskan porsi bagi hasil fee jastip dan jumlah orang yang membantunya. "Maaf saya tidak bisa bicarakan itu," katanya.
Persaingan ketat
Dianggap sebagai usaha yang menjanjikan, persaingan bisnis jastip kian ketat. Para penyedia jasa titip beli barang ini harus memasang strategi untuk memastikan usahanya dapat terus bertahan serta berkembang.
Cicilia mengaku menerima jastip produk setiap hari. Sehingga, konsumennya tidak perlu menunggu masa pembukaan Pre Order (PO).
Untuk memenuhi semua permintaan barang pelanggannya, dia dibantu tim yang berada di Inggris untuk berburu barang-barang pesanan pelanggan. "Biasanya saya juga kesana (Inggris) sendiri untuk belanja," katanya.
Strategi lain yang dilakukan adalah menjaga komunikasi dengan konsumen serta memastikan barang sampai ke tangan konsumen tepat waktu tanpa cacat.
Ana mempunyai jurus berbeda, yakni memberikan hadiah-hadiah kecil seperti masker, kaos kaki, atau sample produk skin care kepada setiap pelanggan yang memesan barang. Tujuannya, agar konsumen puas dan mau kembali menggunakan jasanya.
Perempuan yang kini tinggal di Korea Selatan ini memberikan jaminan pengiriman barang secara cepat, yakni barang sampai di Jakarta dalam waktu satu minggu.
"Setiap Rabu barang di kirim dan hari Senin sudah sampai di Jakarta," jelasnya.
Sebelum dikirimkan ke lokasi pelanggan, sang adik mengecek kembali setiap barang untuk memastikan tidak ada yang rusak.
Asal tahu saja, Ana berburu seluruh pesanan pelanggannya seorang diri. Dia mengaku dua minggu sekali belanja barang-barang pesanan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News