kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hobi berpetualang angkat permintaan ayunan tali berlipat-lipat


Minggu, 13 Mei 2018 / 12:05 WIB
Hobi berpetualang angkat permintaan ayunan tali berlipat-lipat


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Bagi para pecinta alam, kegiatan mendaki gunung sambil berpetualang sudah pasti jadi pilihan paling menarik. Sekitar tiga tahun terakhir ini , istilah hammocking semakin populer di kalangan para pecinta alam dan masyarakat yang hobi beraktivitas di luar ruangan, seperti di pantai maupun gunung.

Istilah hammocking sendiri sebenarnya merujuk pada kegiatan bersantai dengan menggunakan alat yang disebut hammock. Jangan salah ini adalah sebuah ayunan yang terbuat dari kain pilihan yang mampu menahan beban tubuh orang yang duduk. Bahkan bisa tidur dengan santai di atasnya.

Nah, dua tahun belakangan, berbagai produk ayunan santai ini terus membanjiri pasar Indonesia. Asalnya pun beragam. Ada produk hammock asal perusahaan luar negeri sampai hammock buatan lokal.

Mulai banyaknya para pembuat produk petualangan seperti ayunan tali masuk ke pasar lokal karena memang pasarnya yang terus tumbuh. Salah satu pemainnya adalah Ticktet to The Moon,

Menurut Alex Igaas, Chief of Happiness Officer Ticket to The Moon, para penggemar pecinta alam serta kegiatan petualangan ekstrim di Indonesia terus berkembang. Malah ia melihat perkembangannya selama dua tahun belakangan ini, para penggemar kegiatan alam dan olahraga luar ruang   jumlahnya sudah dua kali lipat. "Jumlah mereka terus saja bertambah," katanya kepada KONTAN di sela-sela pameran Indonesia Outdoor Festival (Indofest) 2018, akhir pekan lalu (5/5).

Ayunan tali buatan Ticket To The Moon adalah salah satu merek hammock favorit di kalangan para pecinta alam. Untuk ayunan tali ukuran anak, harganya termurah Rp 300.000, sementara hammock single ukuran dewasa dihargai termurah Rp 400.000.

Alex mengaku penjualan hammock Ticket To The Moon di indonesia mengalami peningkatan sampai 30% selama setahun belakangan. Ticket To The Moon sendiri merupakan perusahaan asal Amerika Serikat yang punya tempat produksi di Bali.  

Tak mau ketinggalan, pemain lokal, dengan label Uttara besutan Kris Samuel juga mengalami lonjakan bisnis yang sama dengan Ticket To The Moon. Malah ia mengklaim mengalami lonjakan permintaan ayunan tali hingga 50% dalam satu tahun terakhir. "Ini menunjukkan orang yang butuh piknik makin banyak dan suka kegiatan outdoor," katanya ke KONTAN.

Ia mengklaim harga ayunan  tali miliknya lebih terjangkau dibanding merek lain, apalagi dengan merek luar negeri. Hammock buatan Uttara dibanderol mulai dari Rp 110.000 untuk ukuran single.

Itu artinya, harga hammock Uttara bisa lebih murah hingga 50% dari merek luar negeri. "Kualitas hammock kami tidak kalah dengan luar negeri. Apalagi mereka juga punya pusat produksi di dalam negeri," katanya.  

Ukuran dan bahan kain hammock menentukan kenyamanannya

Ayunan kain maupun kain tidur gantung atau yang lebih sering disebut hammock banyak digemari para pecinta alam maupun masyarakat yang hobi melakukan kegiatan luar ruangan. Kemasan ringkas dan mudah ditenteng menjadi daya tarik hammock.  

Para pengunjung pun banyak yang memburu hammock. "Saya sengaja datang ke pameran ini buat lihat-lihat, sekalian mau cari hammock. Lebih praktis dibawa kemana-mana, bisa buat tidur juga. Daripada harus bawa sleeping bag, terlalu besar dan berat kalau pas naik," kata Syarif, salah satu pengunjung Indofest 2018, sekaligus pendaki gunung asal Bogor pada KONTAN akhir pekan lalu.

Ia menjelaskan, hal pertama yang harus diperhatikan dalam memilih hammock adalah soal ukuran. Pastikan ukuran hammock sesuai dengan tinggi dan berat badan orang yang bakal tidur di atasnya. "Jangan sampai hammock-nya kekecilan atau terlalu pendek ukurannya, nanti dipakai juga tidak nyaman," ujar Syarif.

Kris Samuel, pemilik Uttara yang juga memproduksi hammock juga mengatakan hal senada. Dia sengaja membuat hammock dalam berbagai ukuran agar konsumen bisa menyesuaikan dengan kondisinya. Untuk kapasitas berat, hammock buatan Uttara bisa menopang beban sampai 300 kilogram (kg).

"Hammock Uttara sementara adanya basic untuk ukuran single sekitar 270 x 150 cm. Beban maksimal 300 kg. Kami juga bikin produk stand hammock, bisa dipakai kalau pas tidak ada tiang atau pohon," tutur Kris.

Selain soal ukuran hammock, menurut Kris, ada hal lain yang perlu diperhatikan, yaitu bahan kain yang digunakan. Konsumen harus memastikan bahan hammock berkualitas karena berkaitan dengan keamanan. Tiap hammock menggunakan bahan kain yang berbeda.

Kris bilang, hanmock Uttara pakai bahan parasut. Bahan yang paling bagus ada dua, yaitu parasut dan nilon. Yang jelas bahan kain hammock tidak boleh elastis. Kalau elastis bakal molor dan lama-lama kendor, bahaya itu," jelas Kris.

Soal perawatan, hammock bisa dicuci layaknya pakaian. Usai dicuci, hammock harus dibilas sampai bersih. Sebab, sabun yang masih menempel  bisa merusak bahan.

Alex Igas, Chief of Happiness Officer Ticket to The Moon menambahkan, bahan hammock yang baik memudahkan terjadinya pertukaran udara sehingga bisa cepat menyerap keringat. "Jika bahan yang digunakan tidak bisa menyerap cairan, maka hammock akan cepat bau dan bikin gatal-gatal. Menurut saya bahan parasut silk adalah yang paling pas," tuturnya.

Bukan hanya pemilihan bahan dan ukuran yang pas, Alex mengatakan konsumen juga perlu teliti dalam memperhatikan tekstur jahitan. Jika teksturnya tajam dan kasar, tandanya jahitan tersebut kurang baik. Tekstur jahitan ini berpengaruh pada kekuatan hammock.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×