Reporter: Noverius Laoli, Revi Yohana | Editor: Tri Adi
Lantaran masa panennya cepat, budidaya pohon jati unggul nusantara kini semakin diminati. Hanya lima tahun sejak ditanam, jati ini sudah bisa dipanen. Karena kelebihannya itu, banyak orang tertarik membudidayakannya. Alhasil, usaha pembibitan jati jenis ini kian menjanjikan.
Jati unggul Nusantara merupakan salah satu varian baru dari pohon jati. Varian baru ini merupakan hasil penelitian Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH) Kementerian Kehutanan (Kemhut).
Keunggulan jati unggul nusantara ini adalah waktu panen yang relatif singkat, hanya lima tahun dari biasanya puluhan tahun. Kendati panennya cepat, kualitas kayu jati ini tetap sama kuatnya dengan jati pada umumnya.
Memasuki masa panen di tahun kelima, batang pohon jati unggul nusantara sudah berdiameter 20 centimeter (cm). Pohon dengan diameter sebesar itu sudah siap dipanen. Sedangkan jati biasa butuh waktu 10 sampai 20 tahun baru bisa panen.
Karena panennya cepat, budidaya jati unggul nusantara menjanjikan peluang investasi yang menggiurkan. Terbukti permintaan bibit ini cukup tinggi di pasaran.
Peluang ini juga yang ditangkap oleh Joko Heru Susanto asal Senori, Tuban, Surabaya, Jawa Timur. Sejak 2004, ia sudah membudidayakan bibit jati unggul nusantara. "Jati ini mulai populer tahun 2007-an," katanya.
Ia menanam bibit jati ini di lahan seluas 1 hektare (ha). Dari lahan itu, Joko menjual rata-rata 30.000 pohon jati unggul per bulan. Bibit jati itu dibanderolnya Rp 7.000 per pohon. Menurutnya, harga itu masih tergolong murah. Soalnya di pasaran harga bibit jati ini mencapai Rp 25.000 per pohon.
Joko mengaku, omzetnya sebulan mencapai Rp 210 juta dengan laba 75%. Labanya besar karena biaya operasionalnya sedikit. Selain gaji karyawan, paling buat biaya pemupukan.
Menurut Joko, permintaan bibit jati unggul nusantara terus meningkat dari tahun ke tahun. "Bulan Desember nanti sudah ada pesanan 12.000 pohon," katanya.
Selain di Jawa Timur, pelanggannya juga banyak dari daerah lain, seperti Makassar, Bali, Kalimantan, dan Sumatra.
Budidaya jati nusantara ini salah satunya dikembangkan oleh Koperasi Perumahan Wanabhakti Nusantara (KPWN) sejak tahun 2006. Koperasi binaan Kemhut ini sudah menanam ribuan pohon jati nusantara.
Sanusi, Divisi Pemasaran Unit Bagi Hasil KPWN bilang, budidaya jati ini dilakukan dengan menggandeng investor dan petani di Jawa Barat, Yogyakarta, dan Jawa Timur. "Kami menerapkan bagi hasil," ujarnya.
Investor bisa membeli setiap pohon jati nusantara yang masih berusia 4 bulan dengan harga Rp 70.000. Harga itu sudah termasuk biaya pemeliharaan pohon selama lima tahun. Saat panen, hasil penjualan dibagi kepada petani sebesar 25%, pemilik lahan 10%, aparat desa 10%, KPWN 15%, dan investor memperoleh 40%. "Pendapatan bersih investor bisa mencapai 150% dari modal awal," kata Sanusi.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News