Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi
Ella V. Brizadly punya impian sederhana, namun sangat mulia. Ia ingin menjadi ibu yang bisa menghabiskan banyak waktu bersama keluarga di rumah. Ketika masih menjadi karyawan di perusahaan tambang, sulit baginya menjalani hidup sesuai impiannya. Dus, Ella memilih jalur jadi pengusaha sejak 2011 sehingga sebagian besar waktu dinikmati bersama keluarga di Depok, Jawa Barat.
Dilema yang dialami Ella merupakan dilema yang dihadapi sebagian besar ibu yang harus memilih antara bekerja penuh waktu atau fokus mengurus anak di rumah. Setelah 21 tahun menjadi karyawan, Ella menyadari bahwa ia bukanlah tipe wanita ambisius yang ingin mencapai puncak karier. Padahal, jabatan terakhirnya di
PT Bumi Resources Tbk cukup prestisius, yakni manajer di Divisi Corporate Secretary.
Sebelum memutuskan keluar dari pekerjaan, Ella sempat punya beberapa usaha. “Saya harus mempersiapkan diri, jadi ketika resign saya sudah punya usaha yang stabil,” ujarnya. Dia pernah membuka rumah makan, warung internet, hingga produksi perlengkapan tempat tidur atau bedding set.
Di antara ketiganya, usaha pembuatan bedding set berkembang cukup bagus. Ella memproduksi sprei dengan kualitas premium. Akan tetapi, usaha ini tak berjalan lama karena permintaan bedding set terbatas. “Di Indonesia, customer hanya beli bedding set sekali setahun dan jumlahnya tidak banyak,” cetusnya.
Pada 2011, akhirnya Ella menemukan usaha yang berhasil membuatnya berani keluar dari tempatnya bekerja. Ia memproduksi produk mode, mulai dari baju, tas, dan sepatu dari perpaduan kain batik dan kulit impor. Usaha ini ia beri nama PRibuMI dan dirilis mulai April 2011.
Produk pertama yang ia produksi ialah baju batik. Awalnya, ia menggunakan baju batik hasil desainnya ke kantor. Lama-kelamaan, banyak orang yang menyukai baju buatan Ella, termasuk ibu-ibu pejabat. Nah, untuk melengkapi baju batik, pada Oktober tahun yang sama, Ella mengeluarkan produk tas dari bahan batik juga.
Ella semakin serius fokus merancang produk mode PRibuMI dengan meluncurkan koleksi sepatu dari kain batik pada Januari 2012. Pada saat yang sama, akhirnya Ella memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan fokus membesarkan PRibuMI.
Namun lantaran pesanan makin banyak, Ella tak sanggup lagi menampung permintaan baju batik. Ia pun menghentikan desain baju batik dan beralih memproduksi dompet, kotak kacamata, dan gantungan kunci, tetap dengan perpaduan batik dengan kulit. Ketika usahanya berkembang, Ella meminta dukungan suaminya, Brizadly Arifin, agar fokus membesarkan PRibuMI.
Saat ini Ella mengurus desain, manufaktur, dan pemasaran serta promosi PRibuMI. Sementara suaminya dipercaya mengurus keuangan PRibuMI serta manajemen dan sumber daya manusia.
Dengan dukungan sang suami, PRibuMI berkembang pesat. Dalam empat tahun, PRibuMI mengeluarkan ratusan produk tas, sepatu, dan aksesori dengan kisaran Rp 1,5 juta hingga di atas Rp 25 juta.
Ella bilang, sebagian besar produk PRibuMI dibuat berdasarkan pesanan. Sementara, hanya 20% produk yang dibuat sebagai stok. Dengan 30 karyawan, saban bulan ia dan suami memproduksi lebih dari 300 item PRibuMI.
Budaya nusantara
PRibuMI lahir karena kecintaan Ella terhadap kain nusantara. Ella dan suami tergabung dalam komunitas pecinta barang antik. Nah, dari salah satu anggota komunitas, Ella mendapat pencerahan tentang batik antik. Dari situ, Ella tertarik mengoleksi kain batik antik, hingga mengoleksinya.
Koleksi yang menggunung ternyata tak membuat sang suami senang. Ella malah dilarang menambah koleksi bila kain yang sudah ada tak dipakai. Peringatan inilah yang meng-inspirasi Ella untuk menyulap kain batik jadi produk mode.
Ella menuturkan, darah seni mengalir secara alamiah dalam dirinya. Sejak kecil, dia suka mendesain. Namun, kepergian sang ayah memaksanya harus melunturkan niat sekolah desain. Dus, ia memutuskan untuk kuliah di ASMI agar cepat lulus dan bisa membantu sang ibu yang seorang guru.
Bungsu dari tiga bersaudara ini juga termasuk pribadi yang perfeksionis. Dus, ketika merintis PRibuMI, Ella tak mau main-main. Perempuan 41 tahun langsung mengurus perizinan dan mematenkan merek usahanya. “Padahal waktu itu saya belum mulai produksi,” ungkapnya sambil tertawa.
Karakter perfeksionis Ella terwujud dalam produk PRibuMI yang punya desain elegan dan detail yang menawan. Tak heran bila banyak desainer lain menyontek rancangannya. “Itu membuat saya bangga karena artinya rancangan saya disukai banyak orang,” ucap perempuan kelahiran Jakarta ini.
Nah, ketika mau mulai produksi, Ella tak sengaja bertemu dengan mantan kepala produksi merek lokal dengan kualitas internasional. “Jadi, ada satu brand yang sudah lama pecah kongsi sehingga tidak produksi sepatu lagi sehingga saya rekrut orang-orang bagian produksinya,” kisah ibu dari Zachvier dan Fayzel ini.
Ia pun mengangkat orang tersebut sebagai kepala produksi di PRibuMI. Pertemuan itu semakin memantapkan Ella untuk membesarkan usahanya.
Ella juga fokus menggunakan kain nusantara untuk produk-produk PRibuMI. Selain batik, ia menggunakan kain songket, ulos, dan tenun dari berbagai daerah di Indonesia. Demi menonjolkan kekayaan budaya nusantara, Ella menggunakan nama daerah dan kota di Indonesia terhadap produk tas dan sepatu PRibuMI.
Meskipun bernuansa etnik, produk PRibuMI sarat dengan sentuhan modern. Pasalnya, Ella ingin customer PRibuMI tetap terlihat kekinian dengan desain kain tradisional yang disematkan pada produknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News