Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Namun dalam perkembangannya, UKM masih menghadapi berbagai kendala.
CEO Pro Indonesia Foundation, Budi Satria Isman bilang, sejak tahun 2010 terdapat enam masalah pokok yang menghalangi UKM untuk menaikkan kelas usahanya. Keenam poin tersebut yakni pengetahuan, pemasaran, permodalan, teknologi, legal maupun administrasi keuangan, dan jaringan.
Dalam acara Task Force Agregator Konsolidator Pemberdayaan UKM-IKM, Ekspor, Sosial Budaya, dan Ekonomi Kreatif, Global Summit 2017 pada Selasa (22/08) dia menyebut, dalam survei yang dilakukan di 30 kota, UKM mengatakan kendala utama ada di mobal.
Isman bilang minimnya pengetahuan untuk mengembangkan bisnis merupakan masalah utama bagi pelaku UKM Indonesia. Selain itu pasar menjadi kendala selanjutnya karena banyak pelaku UKM memulai usaha karena terpaksa, bukan diawali dengan apa yang diinginkan konsumen.
"Hampir 90% pelaku UKM mulai usahanya by accident bukan by design," kata Isman.
Masalah modal muncul ketika pelaku UKM setelah mengakselerasi produknya. Pada umumnya pelaku UKM kekurangan modal kerja. Menurutnya, saat inilah UKM bersaing dengan perusahaan besar sebab dengan pemanfaatkan teknologi mampu mengurangi biaya produksi seperti pemasaran online.
Ketidakpahaman hukum terkadang menghambat UKM. Dia memberi contoh ketika satu UKM tumbuh besar namun belum mendaftarkan paten produknya, lalu nama produk diambil orang.
Rudy menyarankan agar pelaku UKM dapat menggunakan fasilitas orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri atawa diaspora yang dapat membantu memasarkan produk UKM di luar negeri.
Rudy berharap pada 2020 terdapat setidaknya 1 juta pengusaha terpengaruh dan naik kelas. Bila target 1 juta ini tercapai Rudy memprediksi terdapat 5 juta tenaga kerja baru. Sebab satu UKM setidaknya dioperasikan oleh lima orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News