kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.934   -59,00   -0,37%
  • IDX 7.291   -23,37   -0,32%
  • KOMPAS100 1.117   -4,54   -0,41%
  • LQ45 885   -6,84   -0,77%
  • ISSI 224   0,62   0,28%
  • IDX30 454   -4,21   -0,92%
  • IDXHIDIV20 548   -5,48   -0,99%
  • IDX80 128   -0,56   -0,44%
  • IDXV30 137   -0,32   -0,23%
  • IDXQ30 151   -1,66   -1,09%

Ini dia persiapan untuk mengembangkan startup


Kamis, 25 Agustus 2016 / 16:52 WIB
Ini dia persiapan untuk mengembangkan startup


Reporter: Amal Ihsan Hadian, Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: S.S. Kurniawan

Semakin banyak orang menyadari internet adalah ladang baru yang potensial untuk memulai bisnis. Perkembangan teknologi smartphone juga membuka pasar dan kebutuhan yang semakin besar untuk aplikasi.

Jangan heran, jumlah rintisan usaha di bidang teknologi informasi, yang jamak disebut start-up, semakin berjibun. Bukan hanya setiap tahun, saat ini setiap bulan start-up baru dengan produk dan layanan yang inovatif bermunculan.

Tahun lalu saja, menurut dai-lysocial.net, ada lebih dari 1.500 start-up lokal di Indonesia.

Apalagi, potensi peningkatan pengguna internet dan smartphone di Indonesia dari tahun ke tahun sangat tinggi. Daya beli yang meningkat seiring dengan naiknya pendapatan per kapita masyarakat negeri ini juga ikut mempengaruhi perkembangan industri digital.

Menurut lembaga riset e-Marketer, populasi netter di tanah air mencapai 83,7 juta orang pada 2014. Angka yang berlaku untuk setiap orang yang mengakses internet setidaknya satu kali setiap bulan itu mendudukkan Indonesia di peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam hal jumlah pengguna internet.

Angka itu akan berlipat pada 2017. Tahun depan, e-Marketer meramal jumlah pengguna internet kita bakal mencapai 112 juta orang alias menggeser Jepang di peringkat ke-5.

Di 2018, Indonesia diprediksi bakal menggeser Brazil di posisi keempat negara terbesar dalam jumlah pengguna internet.

Buat Anda yang ingin menjajal peruntungan bisnis dengan mendirikan start-up, sekarang memang waktu yang tepat. Cuma, banyak yang harus dipikirkan dan disiapkan untuk memulai usaha.

Apa saja itu? Kalau Anda tertarik, simak baik-baik uraian berikut ini.

Ide Bisnis

Ini bisa jadi hal paling awal yang harus Anda pikirkan. Ide usaha macam apa yang Anda punya? Start-up macam apa yang mau Anda kembangkan?

Memiliki ide bisnis yang unik bisa menjadi salah satu penentu kesuksesan usaha Anda. Sebaliknya, jika ide Anda tidak inovatif, ada kemungkinan start-up tak akan berkembang. 

Untuk mencari ide bisnis, pendiri MReunion Labs Abangkis Pribadi punya resep sederhana.

Pertama, mengembangkan start-up berbasis hiburan. Misalnya, menciptakan aplikasi permainan atau game online atau situs komik.

MReunion sendiri mengembangkan Cinemator, yang menyuguhkan informasi jadwal film dilengkapi dengan rating dan review untuk tiap film.

Kedua, dan ini yang paling jitu, membangun start-up yang menjawab kebutuhan sehari-hari. Lihat saja kebutuhan Anda sendiri.

Apa saja kebutuhan Anda dan produk serta layanan apa yang bisa menjawab kebutuhan itu. Ini sekaligus jadi poin utama keunggulan start-up lokasi dari buatan luar negeri.

Misalnya, Lewatmana.com, yang menyuguhkan kondisi lalu lintas terkini di ruas jalan utama sehingga pengunjung bisa menghindar dari kemacetan.

Contoh lain adalah aplikasi keagamaan. Aplikasi sederhana yang menyajikan jadwal imsak dan shalat yang menyesuaikan secara otomatis dengan lokasi pengguna bisa jadi contoh.

"Konten digital akan lekat dengan kehidupan masyarakat modern. Karena itu ada peluang menyajikan konten  positif yang bisa kita rasakan manfaat dan kebaikannya," kata Andreas Senjaya, Chief Executive Officer (CEO) Badr Interactive, pengembang aplikasi Islami.

Selain mencari ide produk dan layanan yang unik, Anda juga musti memikirkan model bisnis atau monetisasi dari start-up Anda. Maksudnya, darimana saja usaha rintisan tersebut akan mendapat pemasukan.

"Ini penting karena banyak start-up menjadi layu karena bisnis modelnya membingungkan dan monetisasi atau cara mendatangkan uangnya dari mana tidak jelas," kata Nuniek Tirta Sari, salah satu inisiator komunitas #StartupLokal.

Merekrut SDM 

Aspek kedua yang perlu Anda siapkan adalah sumberdaya manusia (SDM). Di sini Anda harus melongok pada kemampuan yang Anda miliki.

Jika Anda memiliki kemampuan teknis programming umpamanya, maka Anda harus mencari rekan yang memiliki kemampuan komplementer. Misalnya, kemampuan marketing atau bisnis. Dan begitu sebaliknya,

Hari Sungkari, Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif, punya perumpamaan yang bagus. Menurutnya, ada tiga tipe orang yang harus ada dalam tim start-up agar berkembang. Kemampuan mereka harus komplementer atau kombinasi.

Pertama, tipe yang disebut hacker. Yang dimaksud adalah programmer atau orang yang menguasai aspek teknis IT yang nanti bertugas mengembangkan prototipe start-up.

Kedua, tipe yang disebut hipster. Maksudnya adalah orang yang bertanggungjawab terhadap aspek desain atau seni serta kemudahan penggunaan.

Ketiga, yang disebut hustler. "Nah, ini dia pebisnisnya," kata Hari. Maknanya, ini orang yang bertanggungjawab secara bisnis, merumuskan strategi pemasaran, dan tugas lainnya. 

Mencari Modal

Langkah ketiga yang harus Anda siapkan adalah mencari modal. Tanpa modal awal, tak mungkin suatu start-up bisa berkembang.

Apalagi, tak sedikit start-up yang karena ide kreatif, mensyaratkan modal awal yang cukup besar, terutama untuk infrastruktur IT. Tapi Anda tak perlu khawatir, saat ini banyak pihak yang menawarkan pendanaan start-up.

Ada dua jenis pendana dan modal yang bisa diberikan.

Pertama, modal awal untuk memulai start-up. Dana awal ini lazim disebut seed round.

Karena dananya menjadi bibit bagi lahirnya start-up, pendananya disebut sebagai angel investor. Anda juga bergabung dengan inkubator start-up.

Kedua, Kalau sudah terlihat bentuk dan layanannya, Anda bisa bergabung dengan akselerator atau melamar dana ke pemberi modal ventura (venture capital).    

Inkubator biasanya tak cuma memberikan dana tetapi juga memberikan mentoring untuk mengembangkan start-up. Contoh inkubator antara lain Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI), Indigo Incubator, dan Ideabox.

Kalau Anda bingung, Anda bisa menjajal program BekUp (Bekraf for Pre-startup) dari Badan Ekonomi Kreatif dan PT Telkom. Program yang sudah berjalan sejak tahun ini menyandang misi untuk menghubungkan start-up lokal dengan calon investor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×