kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Inilah kiat bisnis dan strategi menjalankan usaha ditengah pandemi


Sabtu, 20 Juni 2020 / 16:36 WIB
Inilah kiat bisnis dan strategi menjalankan usaha ditengah pandemi
Produk masker kain inovasi Citra Handicraft Blacu


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para  UMKM tidak patah arang di tengah pandemi corona. Apalagi menjelang kenormalan baru, para UMKM  sudah bersiap menyingsiingkan lengan untuk bangkit menggapai pasar yang sempat mati suri. 

Salah satunya UMKM binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) yakni Abdul Manap, Pemilik UD Karunia Mandiri dari Tarikolot, Citeureup, Bogor. Pandemi covid-19 diakuinya membuat usaha produksi akaesori sepeda motor seperti bracket menurun cukup dalam.

Penurunan penjualan aksesoris kendaraan roda dua ini dirasakan dari Februari hingga Maret. Di Januari Manap mendapat pesanan 1.650 bracket, lalu menurun menjadi 1.100 unit di Februari dan merosot lagi jadi 640 unit barcket pada Maret lalu.

"Kami hampir dibilang mati suri. Dan ada masukan dari gimana kalau mencoba produk face shield," cerita Manap kepada KONTAN belum lama ini.

Baca Juga: Begini jurus UMKM menangkal krisis korona

Ia pun tidak menyia-nyiakan usulan tersebut. Sejak memproduk face shield, di April 2020, Manap mengakui usahanya mendapatkan omzet yang naik signifikan. Atas saran dari YDBA, Manap pun beralih menjadi produski face shield. April Manap mendapat pesanan 397 buah face shield kemudian naik jadi 1.100 unit  pada bulan Mei dan 1.082 unit pada Juni ini.

Baca Juga: Kemenkop UKM siapkan tiga fase pemulihan koperasi terdampak Covid-19

"Omzet saya tuh dulu Rp 7 juta perbulan dulu, sekarang sebulan Alhamdulillah kurang lebih Rp 45 juta . Angka yang fantastis buat saya Alhamdulilah, " jelas Manap.

Baca Juga: Hadapi pandemi Covid-19, startup harus fokus ke bisnis inti layanan

Manap membandrol produk face shieldnya seharga Rp 20.000 dengan bahan PVC yang Ia jamin memiliki kualitas yang baik dan nyaman dipakai. Manap memiliki empat orang pegawai di showroom-nya.

"Kami ada pesanan 2.000 buah dari AHM yang dikerjakan dua tahap. Ada testimoni dari dokter juga konsumen yang sebut sudah masuk standar medis. Lalu pesanan AHM juga belum ada komplain," imbuhnya.

Meski tergolong sukses dengan inovasi face shield yang dilakukan, Manap mengungkapkan ia masih terkendala dari sisi pemasaran. Utama ialah pemasaran online yang diakuinya ketat dalam persaingan dari segi harga dan produk.

"Di toko online banyak yang harga murah. Kami terus proses pencarian agar produk dan harga kompetitif. Saya jujur masih belum tahu ada face shield Rp 9.000 per buah. Kami terus coba membuat produk yang tetap berkualitas tapi harga bisa ramah,” tuturnya .
 
Bahan baku face shield yang masih tinggi diakui Manap masih jadi tantangan ditengah gempuran persaingan harga di pasar online. Namun Ia tetap memegang teguh bahwa produknya haruslah memiliki kualitas yang terbaik mengingat face shield menjadi produk yang digunakan untuk terapkan protokol kesehatan guna mencegah Covid-19.

UMKM binaan YDBA lainnya yang juga melakukan inovasi ialah Tri Retno Mahanani, pemilik Citra Handicraft Blacu yang awalnya memproduksi tas. Lantaran tak dapat bepergian Retno kini membuat masker kain dan daster yang menjadi kebutuhan para wanita di tengah kegiatan work from home (WFH) yang berlangsung sejak April 2020.

Meksi mengakui pandemi korona tak begitu menekan usahanya, namun ia mengambil peluang dengan produksi masker kain yang berawal dari donasi. Selain kain kini produk yang meningkat ialah daster. Sekali produksi Retno mampu membuat 30 daster dalam seminggu, sedangkan untuk masker kain 100 sampai 200 buah.

Ia membanderol daster buatannya Rp 120.000 per buah dan masker kain Rp 7.500 per satuan. Saban minggu untuk daster bisa terjual sekitar 20 buah dan masker lain sekitar 100 buah. Lantaran pandemi kini Ia hanya memperkerjakan dua pegawai saja dari sebelumnya empat pegawai.

"Kami jualan masih offline lewat kios di Cinere, memang kami belum masuk ke ranah online. Penjualan masker dan daster, lalu tas masih andalkan mulut ke mulut repeat order pelanggan kami," kata Retno.

Retno masih belum sanggup berjualan onlne. Ia melihat ada kendala untuk memuai online. Mulai dari membuat tampilan produk di media digital hingga manajemen penjualannya.  “Untuk foto produk masih belum ada yang bantu. Apalagi untuk daster setiap produksi selalu ganti model,” tuturnya.

Kini untuk bertahan ditengah pandemi Retno juga menawarkan produk kerajinannya dalam bentuk paket souvenir. Sayang Ia belum mau menyampaikan berapa omzet yang ia dapatkan saat ini.

Tak hanya UMKM binaan YDBA saja yang lakukan inovasi dan adaptif ditengah pandemi Covid-19. UMKM lainnya ialah Pala Nusantara produsen jam tangan eksotis yang sempat booming dengan inovasi vegan watch-nya.

Ilham Pinastiko pemilik Pala Nusantara menyebut hantaman pandemi korona cukup besar dan omzetnya anjlok hingga 50% dari target Rp 400 juta per bulan.

Kini hanya ada lima pengrajin di Pala Nusantara, dari sebelumnya 10 pengrajin. Ilham tidak melakukan PHK namun Ia memang sempat merumahkan karyawan saat WFH berlangsung.

"Saat WFH kami tidak mengikat harus tetap di Pala, mereka boleh kerja ditempat lain karena statusnya pekerja informal,” ucapnya.

Guna bangkit kembali Ilham menuturkan ada dua strategi yang ia susun. Pertama membuka pasar baru dan kedua mengikuti pasar yang saat ini diminati.

Membuka pasar baru dijelaskan Ilham berdasarkan pada riset yang dilakukan tentang apa yang kini menjadi tren di new normal. Pala Nusantara sendiri dikenal dengan riset dan pengembangan yang kuat dengan produk yang punya ciri khas yakni terdapat story telling di dalam modelnya.

"Membuka pasar baru dari riset kebutuhan orang. Misal kami akan membuat produk tas yang terkonfigurasi dan simple. Jadi semua ada tempat sendiri, HP sendiri, ada tempat masker, hand sanitizer, dan lainnya," jelasnya.

Strategi selanjutnya ialah mengikuti apa yang saat ini pasar butuhkan. Ilham menceritakan pihaknya berencana memproduksi masker dan tas yang nantinya akan menjadi satu paket dengan produk baru di Pala Nusantara.

Upaya ini ia lakukan supaya citra Pala Nusantara sebagai produsen jam tangan  tidak hilang dengan strategi bundling. Maka, awal Agustus nanti Ilham berencana mengeluarkan desain terbaru dari Jam Pala Nusantara yang akan dijadikan satu paket dengan masker dan tas buatannya.

"Kami percaya someday entah kapan itu kondisi akan kembali normal dan kami tidak mau meninggalkan brand  produsen jam. Jadi yang utama tetap produk jam dengan masker dan tas sebagai bonusnya tapi juga bisa beli ketengan," jelasnya.

Saat ini Ilham masih mendalami untuk rencana strategi tersebut baik dari sisi harga dan juga apa yang jadi selera pasar saat ini. Rencananya produk paket dari jam tangan desain terbaru Pala Nusantara beserta masker dan tas akan dibanderol Rp 600.000 hingga Rp700.000.

Perihal produksi saat ini Ia masih mengurangi sebesar 50% dari biasanya. Pala Nusantara kini juga bertahan dengan memasarkan produk desain lamanya. Menariknya, Ilham membandrol separuh harga dari harga produk lamanya tersebut.

Nantinya pada akhir Juli, Ilham akan kembali mulai produksi secara full 100%, dengan produk konsep bundling jam, masker dan tas. Perihal bahan baku saat ini sudah tak ada kendala lantaran PSBB sudah dilonggarkan.

Untuk produk inovasi masker dan tas rencananya Ilham akan melempar ke vendor lain. Namun khusus jam tangan akan tetap dikerjakan sendiri oleh pengrajin Pala Nusantara yang sudah terlatih.

Strategi UMKM Bertahan dari Tekanan Pandemi

-Membuat produk baru bahkan di luar bisnis sebelumnya yang pasar butuhkan saat pandemi, seperti masker, face shield, dan tas serbaguna.

-Membuat varian produk yang konsumen perlukan saat banyak berada di rumah, misalnya, makanan beku dan minuman dengan kemasan botol lebih besar seperti satu liter.

-Mengeluarkan menu kolaborasi dengan pihak lain untuk usaha gerai minuman.

-Melakukan riset sebelum membuat produk yang  pasar sukai.

-Menerapkan sistem kerja sesuai hasil produksi bagi para pekerja, sehingga tidak memberhentikan secara permanen tetapi berdasarkan ketersedian pekerjaan.

-Menerapkan protokol kesehatan yang pemerintah setempat tetapkan di tempat usaha, terutama di bisnis makanan dan minuman, seperti jaga jarak, pemakaian masker bagi karyawan dan pengunjung, dan sarana cuci tangan.

-Menjalankan pemasaran secara bundling, yakni dengan memadukan antara produk jualan sebelumnya dengan produk yang baru.

-Memberikan potongan harga yang cukup signifikan.

Sumber: Wawancara Kontan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×