Reporter: Siti Masitoh | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi incaran banyak startup. Salah satunya, Ula yang fokus sebagai penyedia layanan grosir bagi para peritel atau pengecer.
Startup yang didirikan oleh Nipun Nehra, Alan Wong, Derry Sakti, dan Riky Tenggara ini mulai beroperasi pada Januari 2020.
Riky Tenggara, Co-Founder and Chief Operational Officer Ula menyatakan, kelahiran usaha rintisan ini untuk memberikan kerangka perdagangan modern bagi para peritel. Yakni, perdagangan yang bisa mengurangi inefisiensi dan harga, serta menyediakan informasi yang transparan dan jangkauan pasar yang lebih luas.
Dengan bantuan teknologi digital yang Ula tawarkan, Riky optimistis, pelaku UMKM terutama pengecer kecil bisa mengembangkan pasar yang lebih luas. Aplikasi Ula menawarkan pengecer beragam produk ritel dengan harga yang bersaing. "Kami harap, bisa meningkatkan jangkauan produk dan layanan," kata Riky kepada KONTAN.
Namun, laju bisnis Ula tidak langsung berjalan mulus. Sebab, saat mulai beroperasi, pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Alhasil, banyak pengecer yang menjadi target pasar Ula menutup usahanya.
Baca Juga: Ekspansi Feedloop semakin kencang setelah mendapat injeksi modal
Melihat kondisi tersebut, Ula langsung mengubah strategi bisnis mereka. Startup ini mencari pengecer di area yang masih ramai konsumen, yakni pasar.
Biar bisa menarik perhatian pengecer, Riky mengatakan, Ula memberi bantuan modal untuk membeli produk yang startup ini jajakan. Tak cuma itu, Ula juga menjanjikan kepada para pengecer, bisa mempersingkat pengiriman pesanan produk, dari biasanya satu sampai dua minggu menjadi cuma dua atau tiga hari saja.
Strategi Ula tersebut membuahkan hasil. Derry Sakti, Co-Founder and Chief Commercial Officer Ula, menyebutkan, jumlah pengguna terus bertambah. Saat ini, jumlah pengguna Ula sudah mencapai 70.000, yang merupakan pengecer serta warung kelontong .
Keberhasilan inilah yang akhirnya mengundang para investor kelas kakap tertarik untuk melakukan injeksi modal ke Ula. Belum lama ini, Ula mendapat suntikan pendanaan seri B dengan nilai super jumbo, mencapai U$ 87 juta atau setara Rp 1,23 triliun.
Pendanaan tersebut dipimpin oleh Prosus Ventures, Tencent, dan B-Capital. Investor lain yang terlibat termasuk Bezos Expeditions, perusahaan venture capital milik pendiri Amazon, Jeff Bezos. Kemudian, ada Northstar Group, AC Ventures, dan Citius.
Derry menyampaikan, dana tersebut akan Ula gunakan untuk membiayai pengembangan pasar di Indonesia. Selain itu, akan Ula pakai untuk mendanai pengembangan fitur layanan di platform mereka.
Dengan rencana tersebut, Derry menargetkan, pergerakan Ula yang saat ini masih berkutat di Pulau Jawa, ke depan bisa memperluas jangkauan pasar ke seluruh wilayah Indonesia.
Selanjutnya: Start up Desty mencari peluang dari pengguna marketplace dan konten media sosial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News