Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor memang terkenal sebagai pusat perajin kaleng. Tak hanya Desa Pasir Mukti yang punya banyak perajin kaleng. Sejumlah desa lain di sekitar Desa Pasir Mukti juga punya perajin kaleng dengan produk unggulan yang berbeda. Misalnya, ada perajin kaleng kerupuk, oven dan lainnya.
Syaefudin alias Haji Aep mengatakan ada empat desa yang juga memiliki perajin kaleng. Misalnya, Desa Sukahati yang berjarak sekitar 7 kilometer (km) dari Desa Pasir Mukti merupakan sentra perajin kaleng kerupuk dan kaleng kemasan lainnya. Perekonomian sebagian besar penduduk Citeureup, khususnya Desa Pasir Mukti bertumpu pada penjualan produk kaleng. "Saya sudah 40 tahun lebih jadi perajin kaleng. Mulai dari perajinnya masih sedikit sampai sekarang sudah banyak sekali," tuturnya.
Sejak tahun 90-an hingga sekarang jumlah perajin pun terus bertambah. Banyaknya perajin mengakibatkan persaingan makin ketat. Peningkatan jumlah perajin tak sebanding dengan permintaan pasar.
Nurman, perajin kaleng lainnya juga menuturkan hal serupa. Ayah dua anak ini menggeluti dunia perkalengan sejak sepuluh tahun lalu. Ia sendiri meneruskan bisnis yang dirintis oleh orangtuanya. "Turun temurun memang. Dulu awalnya dari kakek saya. Beberapa perajin di sini ada juga yang turun temurun seperti saya, tapi ada juga yang baru. Saingan juga makin ketat," tuturnya.
Meski demikian, Nurman dan Haji Aep tak terlalu khawatir soal persaingan itu. Sebab, tiap perajin sudah punya pelanggan masing-masing. Sehingga, persaingan berjalan secara sehat. "Di sini bersaing, tapi ya baik-baik saja karena dikoordinasi juga oleh koperasi," kata haji Aep.
Dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya, Haji Aep mengaku jika semakin ke sini pesanan semakin sedikit. Kondisi itu dipengaruhi oleh makin bertambahnya jumlah perajin. Namun, meski pesanan makin sedikit, pria 65 tahun tersebut mengaku pesanan selalu ada.
Sebelum membuat produk perkakas dapur seperti oven, loyang, panci dan dandang, Haji Aep mengatakan, dulunya para perajin di sana membuat kompor minyak. Seiring berjalannya waktu, kompor minyak semakin ditinggalkan dan bahan bakar minyak tanah makin langka.
"Dulu di sini terkenalnya bukan hanya kaleng, tapi juga produksi kompor. Semua perajin, termasuk saya pasti bikin kompor minyak. Tapi mulai tahun 2000-an sudah makin jarang yang bikin karena permintaannya juga sudah makin sedikit," ungkapnya.
Sedangkan Nurman mengaku sejak generasi ayahnya sudah tidak membuat kompor minyak lagi. "Dulu itu kakek saya yang bikin. Lalu sejak diturunkan ke ayah saya sudah tidak bikin lagi karena pesanannya makin sedikit. Mulai saat itulah buat oven dan produk-produk lain," jelasnya.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News