Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini
Berawal dari jualan batik secara kecil-kecilan semasa kuliah, kini Husein Muhammad Assegaf, pria asal Pekalongan ini menjadi seorang juragan batik. Batik Huza yang dirintisnya pun menjadi salah satu brand terpopuler dari Pekalongan.
Produknya sudah tersebar lewat ratusan reseller di seluruh Indonesia, hingga di luar negeri. Bahkan, sejak 2011, Husein meluncurkan koleksi batik premium. Ia membuka butik khusus di lima kota untuk memajang koleksi eksklusif itu. Salah satunya di Kemang, Jakarta.
Pria kelahiran 53 tahun silam ini merintis usaha batik pada 1985. Kala itu, ia merantau dari Pekalongan ke Yogyakarta untuk kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). "Banyak teman-teman yang tanya: Kamu kok dari Pekalongan, tapi tidak bawa batik. Padahal batiknya bagus-bagus," kenang Husein menirukan ucapan teman-temannya kala itu.
Ucapan temannya itu rupanya berbuah. Ia iseng mencoba berjualan batik. Ia mulai membeli batik dari pasar di Pekalongan untuk dijual lagi di Yogyakarta. Jumlahnya pun tak banyak, hanya puluhan lembar. Ternyata sambutannya cukup baik. Husein yang kala itu baru berumur 22 tahun, menjajakan batiknya di lingkungan teman-teman kampus. Promosinya hanya dari mulut ke mulut.
Usahanya terus berkembang, hingga ia bertekad lebih serius menggeluti bisnis batik. Pada 1987, setelah menikah, ia pun meluncurkan merek sendiri, yakni Batik Huza. Ini diambil dari gabungan kedua nama mereka, yaitu Husein-Zakiyah, istrinya.
Produksi batik dilakukan di rumah keluarganya di Pekalongan. Produk yang dihasilkan berupa batik tulis dan batik cap. Namun, produknya masih sebatas baju atau kemeja.
Enam belas tahun berselang, bapak dua anak ini berhasil mengumpulkan modal cukup besar. Ia pun mendirikan pabrik batik skala besar di Pekalongan. Produk yang dibuat kian beragam. Selain baju, ada juga daster, blus, gamis, seprei, dan gamis.
Sekarang, kedua putrinya pun ikut berkecimpung di bisnis batik. Mereka merancang desain untuk Batik Huza, sekaligus melahirkan gaun-gaun modern atau Batik Huza kelas premium. Koleksi ini memadukan bahan sutera dan batik Pekalongan.
Jika Batik Huza reguler dijual Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per lembar, maka rancangan batik premium dibanderol Rp 400.000 hingga Rp 2 juta per lembar.
Kini, skala produksi Batik Huza sudah mencapai ratusan kodi per bulan. Tidak heran, dalam satu bulan, Husein bisa meraup omzet lebih dari Rp 500 juta.
Batik yang diproduksi Husein memang memiliki corak yang kaya dan beragam. Selain itu, ia sangat memperhatikan kualitas bahan. Selain kualitas dan corak, menurutnya, alasan lain usaha batiknya bisa berkembang pesat karena produknya selalu mengikuti tren fashion terkini.
Walaupun bahan baku utamanya tetap batik Pekalongan, tapi modelnya tetap update. "Waktu itu sempat tren model balon, kami pun membuat Batik Huza yang mengusung model balon," imbuhnya. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News