Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini
Berbagai bentuk papan reklame raksasa tersebar di seluruh penjuru Jakarta bahkan Indonesia. Menampilkan gambar-gambar yang menarik, papan reklame itu dibuat dengan profesional baik dari sisi gambar foto maupun pengerjaannya.
Nah, salah satu fotografer yang berkecimpung dalam produksi papan reklame adalah Anton Ismael. Diantaranya, ia membuat foto iklan untuk PT Garuda Indonesia Tbk, rokok Sampoerna Mild, produk perawatan kulit Nivea, handphone Nokia, TV Sharp, sampai McDonald’s dan Coca-cola.
Memulai karier dan bisnis sebagai fotografer profesional dengan mendirikan studio foto Third Eye Studio pada 2005 dan saat ini berubah nama menjadi Third Eye Space, bisnis fotografi Anton kian berkembang. Saat ini, dari studio foto yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu, Anton mengaku bisa meraup omzet hingga Rp 800 juta per bulan.
Sebagai fotografer dan pecinta seni visual ini, omzet yang didapatkan Anton cukup wajar. Sebab berbagai klien besar baik nasional maupun multinasional telah berhasil digandeng.
Mempekerjakan 15 orang karyawan untuk membantu bisnisnya, Anton mengaku tidak memiliki trik khusus untuk bisa mendapatkan kontrak pengerjaan foto papan reklame dari perusahaan-perusahaan raksasa.
“Biasanya dari mulut ke mulut aja. Misal ada orang tanya minta liat portofolio kerjaan saya, saya jawab aja ‘itu billboard di Semanggi’,” ujarnya sambil menirukan jawaban dari pertanyaan orang-orang.
Makin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang berusaha mengiklankan produknya membuat klien Anton semakin bertambah. Apalagi papan iklan luar ruangan saat ini semakin banyak dengan berbagai bentuk dan media.
Dia mengaku rata-rata dalam sebulan mampu mengerjakan lima proyek papan iklan dari berbagai perusahaan. Untuk bisa menggaet klien yang banyak,Anton bilang, kuncinya bagaimana meyakinkan klien. Caranya dengan teknik presentasi yang baik.
Anton mengatakan, paling tidak ada tiga pakem presentasi yang ia pakai. Pertama, dalam presentasi nada bicara harus keras dan jelas agar mendapat atensi dari pendengar. Kedua, presentasi harus disampaikan seraya tersenyum agar pendengar tertarik. Ketiga, posisikan diri sebagai orang yang tidak tau apa-apa soal produk yang akan dijual.
“Mau sebesar apapun saya tahu banyak tentang produk, mereka atau calon klien tetap lebih tahu. Jadi kita harus mendengarkan mau mereka seperti apa. Karena mereka yang punya barang,” katanya.
Anton yakin walau persaingan semakin ketat, bisnisnya akan mampu bertahan. Kunci utamanya adalah dengan tetap menjadi diri sendiri sehingga calon klien akan tetap datang dan percaya.
Menjadi diri sendiri menjadi nilai lebih karena karya yang dihasilkan lebih otentik dan orisinil. Saat ini banyak orang yang memaksakan diri menjadi kreatif dan berbeda dari orang lain.
Namun tanpa disadari orang tersebut justru menjadi seragam. “Kaya anak SD disuruh menggambar bebas, bisa ditebak mereka semua akan gambar pemandangan gunung,” ungkap Anton. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News