kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jagung pipilan masih ada harapan


Sabtu, 03 November 2018 / 06:45 WIB
Jagung pipilan masih ada harapan


Reporter: Denisa Kusuma, Elisabeth Adventa, Sugeng Adji Soenarso, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usaha jagung pipilan memang sudah tidak lagi populer. Namun, jajanan sehat ini masih diburu masyarakat hingga kini. Faktor tersebut membuat usaha ini masih bisa bertahan.  

Para pemilik merek pun seakan tidak ingin membuang kesempatan. Masih ada pebisnis yang  menawarkan sistem kemitraan untuk melebarkan sayap usahanya. Meski tidak seagresif beberapa tahun lalu, pemilik merek masih saja kedatangan mitra baru.

Tapi bukan berarti usaha ini tanpa kendala. Salah satu yang paling utama adalah kesulitan dalam mencari karyawan. Faktor inilah yang membuat sebagian gerai milik mitra terpaksa tutup. Malah ada juga yang terpaksa  mengalihkan lini usaha dan menutup usaha camilan jagung itu.    

Untuk mengetahui lebih lanjut pasang surutnya sektor usaha ini, KONTAN akan mengulas tiga kemitraan jagung pipilan yaitu Revo Corn, Fantastic Sweet Corn, dan Mister Jagung.  

Revo Corn
PT Revo Indonesia mulai menawarkan Revo Corn sejak tahun 2010. Usaha asal Cengkareng, Jakarta Barat ini, sudah berdiri sejak  2009.  Saat KONTAN mengulas kemitraan usaha ini pada November 2017, Revo Corn tercatat telah memiliki 2.777 gerai milik mitra. Kini, jumlahnya menjadi  2.797 gerai.

Manajer Pemasaran PT Revo Indonesia, Hendra mengatakan sepanjang tahun 2018, Revo Corn memiliki gerai 20 gerai baru di sekitar pulau Jawa. Meski demikian, ada pula sejumlah gerai yang tidak lagi beroperasi. "Total memang 2.797 gerai. Tapi yang aktif sekitar 35%, selebihnya sudah tidak beroperasi," kata Hendra ke KONTAN.

Sejumlah gerai tutup karena omzet yang makin menurun. Kondisi ini dipengaruhi tren jagung pipilan yang sudah meredup. Ditambah lagi daya beli masyarakat yang belum pulih. Padahal harga jual jagung sebenarnya sudah dipangkas. "Bisa bayar gaji karyawan dan sewa saja sudah bagus," tandasnya.

Imbasnya, Revo Coron pun menurunkan paket investasi yang semula Rp 3,9 juta menjadi Rp 3,5 juta. Mitra akan mendapatkan fasilitas seperti booth, kompor, panci, peralatan membuat cup corn, pelatihan karyawan serta bahan baku awal.

Kendala lainnya yang mesti ia hadapi adalah soal pengiriman bahan baku, terutama bagi mitra yang lokasinya di luar kota atau luar pulau. Pasalnya, bahan baku jagung pipilan agak susah untuk tahan lama jika waktu pengirimannya panjang. Hal itu pula yang menjadi alasan banyaknya gerai yang tutup.

Lain cerita untuk pengiriman di dalam kota. Pihaknya terbantu dengan sarana ojek online. Baik itu dari sisi waktu pengiriman maupun biaya.

Meski banyak tantangan,  Revo Indonesia masih terus menggencarkan pemasaran melalui media online, situs  dan bantuan pemasaran dari para mitra. Selain itu, Revo Corn mulai bekerjasama dengan ojek online untuk pemesanan online. Hal yang mulai jamak dilakukan pebisnis makanan dan minuman.

Sambil terus mempertahankan bisnis Revo Corn, perusahaan ini juga mulai mengembangkan tawaran kemitraan di bidang makanan dan minuman lainnya.  Sebut saja kemitraan usaha teh hijau, kopi arabika, susu kedelai, minuman cokelat, jus buah, dan bubble drink serta jenis kemitraan makanan minuman lainnya.

Fantastic Sweet Corn

Usaha besutan Marianus Nuban asal Jakarta Timur ini nampak berjalan baik. Pasalnya, total gerai milik mitra sudah ada 500 unit. Konsep gerobak dorong menjadi salah satu daya tarik usahanya.

Sekedar info, usaha ini resmi berdiri sejak tahun 2009 lalu dan baru menawarkan kemitraan pada tahun 2014. Saat diulas KONTAN setahun lalu, jumlah gerai milik mitra ada sekitar 215 unit. "Kami merasa lebih menguntungkan dengan gerobak dorong, sehingga sejak tahun lalu saya mengarahkan mitra untuk investasi di gerobak dorong," terang Marianus kepada KONTAN.

Marianus mengaku saat ini mitra gerobak dorong masih terfokus di Jabodetabek, Karawang, dan Bandung. Awal 2019, Marianus akan membidik kota Surabaya atau Medan untuk ekspansi gerobak dorong. Ia menargetkan hingga 2020 nanti bisa memiliki 2.000 gerobak dorong.

Untuk bisa mencapai target tersebut, ia sudah mengembangkan konsep baru kemitraan memakai gerobak dorong sejak 2015. Adapun nilai paket kemitraan gerobak dorong sebesar Rp 64 juta. Dengan nilai tersebut, mitra akan mendapatkan lima gerobak dorong, peralatan lengkap, bahan baku jagung, termasuk lima pekerja di satu wilayah.

Ia  tidak mengutip biaya royalti. Hanya saja, mitra harus membeli bahan baku jagung  darinya. Selain itu, mitra juga harus menyiapkan mess dan menggaji karyawan.

Adapun laba bersih diprediksi mencapai 26% hingga 31% per bulan dari omzet. Ia memproyeksi dari lima karyawan per gerobak, bisa mendapatkan omzet antara Rp 75 juta–Rp 90 juta per bulan.

Gerai ini menyajikan jagung pipilan dengan ragam menu. Mulai dari rasa keju, cokelat, mayonaise, dan stroberi. Harga menu masih dibanderol Rp 5.000–Rp 9.000 per porsi.

Soal kendala bisnis. Kali ini berbeda. Bila pada 2016, Marianus mengalami kendala dalam memasok bahan baku jagung, saat ini soal menyiapkan karyawan gerobak dorong. Tapi ia bakal menghadapi persoalan tersebut sebagai tantangan bukan kendala.

Upaya lain yang ia lakukan adalah terus berpromosi  sejak tahun lalu. Sambil meyakinkan ke konsumen bahwa Fantastic Sweet Corn merupakan camilan sehat. Promosi ia lakukan di sekolah-sekolah tempat para mitra beroperasi. Sambil sesekali memberikan jagung  secara gratis.

Mister Jagung

Sedangkan usaha milik Ali Maarif asal Cengkareng, Jakarta Barat ini nampak tidak mengalami perkembangan. Pasalnya, dia menutup peluang kerjasama kemitraannya sejak tahun 2015 lalu. Alasannya, dia cukup kerepotan untuk menyediakan booth untuk para mitra.

Sejak saat itulah, ia mulai fokus menjadi pemasok bahan baku jagung pipilan untuk para mitra terdahulu dan yang baru. Sekarang ada sekitar 50 mitra yang meminta kiriman jagung pipilan beku darinya.

Untuk harga jagungnya dibanderol Rp 19.000 per kg, naik Rp 2.000 dari harga sebelumnya. Kenaikan dipengaruhi tingginya harga plastik dan cuaca yang tidak menentu.

Melihat bisnisnya lancar, hingga akhir tahun ini, ia menargetkan dapat melebarkan sayap bisnisnya dengan masuk ke restoran di area Jabodetabek. Supaya lancar, ia juga tengah mempersiapkan diri menjalin kerjasama dengan ekspedisi pengiriman barang. Ini untuk mempercepat proses pengiriman bahan baku dan dapat menjangkau daerah-daerah pelosok.  

Dia tetap optimistis bisnis kuliner ini masih bertahan.  Lantaran makanan ini  tidak akan kehilangan konsumen karena makanan ini dapat dikonsumsi semua kalangan.

Oh iya, Mister jagung sudah dibuka sejak 2012. Pasca sebulan menjalankan gerai pribadi, dia mulai membuka peluang kerjasama. Berdasarkan data KONTAN ada lebih dari 30 mitra yang menjalin kemitraan sebelum dia resmi menutup  peluang kerjasamanya.

Paket investasi terakhir yang ditawarkan Rp 3,7 juta. Dengan modal tersebut, mitra bisa mendapatkan fasilitas gerobak, media promosi, peralatan usaha, peralatan membuat cupcorn, dan lainnya.

Dulu, Mister Jagung dibanderol Rp 6.000–Rp 7.000 per cup. Rata-rata omzet mencapai Rp 4 juta–Rp 5 juta perbulan dengan margin 40%.        

Jagung pipilan harus dandan biar kekinian

Djoko Kurniawan, konsultan usaha menilai potensi usaha jagung pipilan sejatinya masih tetap ada. Namun, yang ia sayangkan adalah hampir semua pebisnis, termasuk juga jagung pipilan, menjual produk dengan varian yang sama tanpa inovasi apapun.

Agar tidak monoton, memang para pebisnis harus bisa memperbaiki produk. Yakni dengan memperbaiki variasi menu dan inovasi produk dengan bahan dasar yang sama.

Upaya tersebut wajib dilakukan para pebisnis jagung pipilan. Sebab dalam kondisi saat ini, memang sulit mempertahankan omzet dengan produk yang boleh dibilang itu-itu saja. Maklum, kata Djoko, konsumen lama kelamaan bisa bosan dengan produk lama, termasuk juga jagung pipilan dengan tampilan yang lawas.

Maka, langkah yang harus dilakukan para pebisnis jagung pipilan adalah mengembangkan produk tersebut dengan tetap memakai bahan baku yang sudah ada. Tujuannya, adalah supaya pebisnis bisa membuat produk atau menu baru yang bisa menarik minat para konsumen, terutama kaum muda yang memang doyan terhadap hal-hal yang baru atau kekinian. Semisal menambahkan rasa mozarela ke produk jagung atau rasa yang lainnya. Atau bisa juga dengan mengubah tampilan tidak sebatas ke jagung pipilan saja.

"Jadi benahi dulu produknya," katanya ke KONTAN sambil menyarankan para pebisnis tidak dulu mencari mitra bisnis untuk sementara.

Bila langkah pengembangan produk ini sudah berjalan lancar, maka bisa kembali menawarkan program kemitraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×