Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi
Di Kelurahan Tambak Osowilangun, Kecamatan Benowo, Surabaya, Jawa Timur, ada sebuah sentra kerajinan sepatu dan sandal. Hampir sebagian besar warganya menekuni usaha ini. Berdiri sejak 1950-an, sentra alas kaki ini sudah terkenal sejak lama. Omzet perajin mencapai puluhan juta per bulan.
Selain sebagai alas kaki, sepatu juga berfungsi sebagai perlengkapan fesyen yang cukup penting untuk menunjang penampilan seseorang. Itu sebabnya permintaan sepatu tinggi di pasaran.
Lantaran pasarnya terbuka, tak heran banyak bermunculan sentra kerajinan alas kaki, baik sepatu maupun sandal di daerah-daerah. Salah satunya ada di Kelurahan Tambak Osowilangun, Kecamatan Benowo, Surabaya, Jawa Timur.
Sentra alas kaki ini sudah terkenal sejak puluhan tahun lalu. Lokasi sentra ini cukup mudah dijangkau. Berada di Jalan Tambak Osowilangun, sentra ini dilalui akses jalan yang menghubungkan Surabaya dan Gresik.
Dari Surabaya, butuh dua jam perjalanan menuju daerah ini. Aktivitas para perajin memang tidak terlihat dari pinggir jalan raya karena lokasinya berada di gang-gang di Jalan Tambak Osowilangun tersebut.
Ada lebih dari 100 kepala keluarga berprofesi sebagai perajin sepatu dan sandal di daerah ini. Andi Sadeli, salah satu perajin di sana menyampaikan, sentra alas kaki di Tambak Osowilangun sudah ada sejak awal 1950-an.
Katanya, sekarang sudah ada 85 pengusaha meramaikan industri alas kaki di Tambak Osowilangun. Sebagian dari mereka merupakan generasi kedua yang sekarang tinggal meneruskan usaha yang sudah dirintis orang tuanya.
Andi sendiri termasuk generasi yang sekarang meneruskan usaha yang sudah dirintis orang tuanya sejak 1970. Lewat produk sepatu dan sandal merek Tambos buatannya, ia sudah memiliki beberapa pelanggan tetap di wilayah Jawa Timur.
Dengan dibantu empat karyawan, ia mampu menghasilkan 30 kodi per minggu. Dalam satu kodi ada 20 pasang sepatu. Jadi, Andi mampu menghasilkan 600 pasang sepatu per minggu.
Harganya rata-rata mulai Rp 30.000 untuk ukuran anak hingga Rp 50.000 per pasang untuk sepatu orang dewasa. Produk sepatu buatan Andi kebanyakan jenis sepatu flat dan sepatu balerina untuk wanita, dan sepatu anak. "Sepatu wanita kebutuhannya besar, makanya saya fokus pada sepatu wanita," kata Andi. Dari usahanya ini, ia bisa mengantongi omzet Rp 60 juta per bulan.
Tidak jauh dari rumah Andi, KONTAN juga menyambangi rumah produksi sepatu dan sandal merek 'Ariesta' yang sudah berdiri sejak tahun 1985. Sri Yenny, pemiliknya mengaku merintis sendiri usaha ini.
Awalnya, ia menjadi pekerja di tempat pembuatan sepatu selama lima tahun. Setelah punya cukup pengalaman, ia lantas memberanikan diri membuka usaha ini.
Kata Sri, produknya sudah wara-wiri di pusat perbelanjaan dan pusat grosir di Surabaya, Malang, atau kota lain di Jawa Timur. Dalam sehari, ia mampu membuat 15 pasang sepatu dengan rata-rata harga jual di tingkat pedagang pengumpul (pengepul) Rp 25.000-Rp 55.000 per pasang. Dalam sebulan, Sri bisa mengantongi omzet Rp 40 juta.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News