Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi
Peraturan Menteri Agama yang mewajibkan para jamaah haji untuk menggunakan batik, menjadi berkah bagi perajin batik. Dua bulan menjelang ibadah haji, para perajin yang ditunjuk instansi itu terus menggenjot produksi mereka. Dalam seminggu, para perajin kain batik ini pun mampu mengantongi omzet penjualan hingga Rp 90 juta.
Mengacu pada keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh, para jamaah Indonesia wajib untuk menggunakan batik sebagai seragam. Alhasil, dua bulan menjelang keberangkatan haji, para perajin batik haji mulai menggenjot produksi batiknya.
Dari 14 usaha kecil menengah (UKM) se-Indonesia yang ditunjuk untuk penyediaan batik, Indra Sarjono, pemilik merek Harumi Batik asal Jakarta, terus memperbanyak stok kain batik. "Bulan Juli sampai Agustus ini mungkin adalah puncaknya," jelas Indra, yang berpartner dengan desainer batik asal Yogyakarta.
Indra mulai memproduksi seragam batik untuk jamaah haji ini mulai Maret 2011. Walau enggan menyebutkan jumlah produksinya, ia berujar bahwa setiap bulan bisa meraih omzet Rp 80 juta hingga Rp 100 juta.
Ia pun memprediksi, dua bulan menjelang ibadah haji, akan ada kenaikan penjualan berkisar 10% hingga 20%. Indra mengaku, selain melayani pembeli individual, pihaknya juga mulai kebanjiran pesanan dari para Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH).
Karena dalam surat keputusan penyelenggaraan ibadah haji tidak memberlakukan pembatasan wilayah, maka setiap perajin batik haji bebas menjual produk-produknya ke berbagai daerah di Indonesia. Makanya, konsumen Indra juga tidak datang dari daerah Jakarta saja, namun dari berbagai wilayah di tanah air, "Kebanyakan masih di Jawa dan Sumatera," ungkapnya.
Indra membanderol batiknya dalam rentang harga Rp 80.000 hingga Rp 120.000 untuk yang berbahan katun Primisima. Adapun batik berbahan sutra harganya Rp 250.000 per helai.
Selain Indra, UKM lain yang ketiban rezeki dari peraturan baru ini adalah Muarief Zulkarnain. Salah satu finalis kompetisi disain batik haji yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama ini, menyatakan bahwa sejak bulan Maret lalu sudah mulai menyediakan batik haji.
Dibantu oleh 20 orang karyawan, dalam seminggu ia bisa menghasilkan sekitar 1.000 potong kain dengan ukuran 2,6 meter (m) x 1,15 m per kain.
Berbeda dengan Indra yang memproduksi batik haji dengan dua jenis kain, Zulkarnain hanya menggunakan katun Primisima sebagai bahannya. "Karena harga sutra terlalu mahal, jadi jarang yang beli," tandas Zulkarnain yang memiliki latar belakang usaha di bidang garmen ini.
Selain menjual secara lembaran, Zulkarnain juga menyediakan batik dalam bentuk pakaian jadi. Dari produksi tersebut, dalam seminggu Zulkarnain bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 90 juta.
Senada dengan Indra, pembeli kain batik haji buatan Zulkarnain adalah dari KBIH dari Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas, ia juga membuka agen perwakilan di Kediri, Malang, Surabaya, Palembang hingga Balik papan.
Selain jenis kain, disain batik haji ini juga ditentukan oleh Kementerian Agama. Disain, motif dan warna batik haji harus memberi gambaran tentang bersatunya kebudayaan Indonesia. Meski ada banyak suku dan adat, namun tetap dalam kesatuan Republik Indonesia.
Adapun motifnya, dia mengambil dari ornamen pulau-pulau besar yang ada di Indonesia, seperti bunga raflesia dari Pulau Sumatera, perisai dari Pulau Kalimantan, lereng atau parang dari Pulau Jawa, serta tanaman rambat dari berbagai wilayah timur Indonesia.
Warna yang digunakan dalam batik haji didominasi oleh warna hijau. Zulkarnain bilang, warna hijau itu sebagai lambang Zamrud Khatulistiwa. Selain itu, warna hijau juga identik dengan warna umat Islam.
Meski begitu, mereka boleh menggunakan warna lain sebagai kombinasi. Seperti penambahan kombinasi warna ungu. Warna ungu ini disapukan pada masing-masing ornamen dari pulau-pulau besar di Indonesia.
Berkait dengan merek, tiap nama UKM yang ditunjuk harus bersanding dengan nama label INDOHAJI yang diletakkan di pinggir kain. "Saya menggunakan nama dagang MZ," cetus Zulkarnain. Baik Indra maupun Zulkarnain mengatakan jika untuk memproduksi batik haji ini pihaknya tidak membayar royalti kepada pihak manapun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News