kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jiwa pebisnis Muchadist terasah sejak kecil (2)


Kamis, 23 Februari 2012 / 13:47 WIB
Jiwa pebisnis Muchadist terasah sejak kecil (2)
ILUSTRASI. Info diler, ini harga mobil Wuling Confero setelah pajak PPnBM 0 persen berlaku, KONTAN/Baihaki/22/4/2019


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Jiwa wirausaha sudah tumbuh di dalam diri Muchadist Ramadhan sejak kecil. Adalah ayahnya yang telah menumbuhkan jiwa wirausaha di dalam dirinya sejak dini. Kebetulan, sang ayah merupakan seorang wiraswasta yang membuka usaha agen majalah bekas di Jakarta.

Ia mengaku, sejak kecil, terbiasa melihat segala aktivitas ayahnya dalam memajukan usaha agen majalah bekas tersebut. Semangat wirausaha itu kemudian menular ke dirinya. "Saat itu saya masih duduk di kelas 2 SD (sekolah dasar). Tapi, saat itu saya sudah tergugah berjualan donat di sekolah," ungkap finalis Wirausaha Muda Mandiri 2011 ini.

Muchadist melakukannya hanya untuk merasakan bagaimana caranya mencari uang. Semangatnya berwirausaha semakin menguat setelah usaha sang ayah bangkrut.

Padahal, saat itu ia masih duduk di bangku kelas 4 SD. "Namun jadinya saya semakin bersemangat untuk berjualan," ungkap pria yang akrab disapa Hadist ini.

Sebagai pedagang cilik, Hadist menjual apa pun yang menurut dia berpeluang mendatangkan uang. Mulai dari kelereng, buah, hingga roti goreng. Dia terus melakoni kegiatan tersebut dari SD, SMP, hingga duduk di bangku SMA.

Dasar cerdas, meski sebagian besar waktu belajarnya tersita buat berjualan, tapi hal ini tak mengganggu prestasinya di sekolah. Bahkan, Hadist selalu memperoleh ranking di kelasnya. "Alhamdulillah, saya dapat cepat menyerap pelajaran lebih cepat dibanding teman sekelas saya yang lain,' ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, semangat wirausahanya pun semakin kuat. Saat duduk di kelas 3 sekolah menengah atas (SMA), ia mengikuti kegiatan "Pesantren Wirausaha" yang difasilitasi oleh sebuah perguruan tinggi di Jakarta.

Padahal, saat itu sudah menjelang ujian akhir nasional (UAN). "Teman-teman sibuk belajar, saya ikut pesantren ini" ujarnya.

Tujuan dia mengikuti kegiatan itu semata-mata mendalami ilmu wirausaha. Meski sudah berpengalaman menjadi pedagang, tapi mental wirausahanya semakin dikuatkan di pesantren ini. "Saya menjual beragam produk, seperti madu, hewan kurban, hingga pernak-pernik wanita seperti jilbab," kisahnya.

Saking inginnya menjadi pengusaha, Hadist bertekad kuliah di kampus yang mampu mencetaknya menjadi pengusaha tangguh. Bak gayung bersambut, tahun 2006 ia diterima kuliah di kuliah di Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) melalui jalur penelusuran minat dan kemampuan (PMDK).

Saat itu, banyak yang menyayangkan pilihannya masuk di APP. Terlebih, semua kerabat dekatnya tahu, bahwa sejak kecil ia sangat menginginkan kuliah di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).

Tapi, ia terus melaju dengan pilihannya itu. Sambil kuliah, ia pun membuka beberapa usaha. Di antaranya membuka rumah makan meski harus gulung tikar dalam sebulan.

Tak lama dari situ, ia mendapat order pembuatan jaket almamater kampus. Tapi sial kembali menghampirinya. Karena kesalahan bahan, ia justru harus menanggung kerugian lebih dari Rp 40 juta. "Tapi saya tidak kapok," ujarnya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×