kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45900,65   -5,64   -0.62%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jody Brotoseno: Jatuh bangun dalam merintis usaha


Senin, 15 Juni 2015 / 14:12 WIB
Jody Brotoseno: Jatuh bangun dalam merintis usaha


Reporter: Silvana Maya Pratiwi | Editor: Hendra Gunawan

YOGYAKARTA. Sebelum sukses mendirikan Waroeng Steak and Shake, Jody Brotoseno bersama istri sudah pernah menjajal banyak usaha kuliner. Mereka pernah berjualan susu segar dengan konsep kaki lima, tapi usaha ini tidak bertahan lama karena kurang laris dan keuntungan yang didapat kurang cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Gagal di usaha susu, Jody merambah usaha roti bakar dan jus kaki lima. Sayangnya, usaha ini juga tidak bertahan lama karena peralatan berjualan banyak dicuri orang. Meski beberapa kali gagal, tidak menyurutkan semangat Jody dan istri. Peluang bisnis kaus partai politik pun diliriknya. Apalagi saat itu musim pemilu 1999.

Jody bilang, kaus produksinya saat itu memiliki keunikan. Bila yang lain menjual kaus partai berwarna-warni, Jody menjual kaos berwarna putih dan bergambar karikatur sehingga kausnya laku keras. “Tadinya saya tidak punya motor, dari hasil penjualan kaus saya bisa membeli motor pribadi dan sewa rumah di Demangan, Yogyakarta,” kata dia.

Dikarenakan bisnis kaus adalah bisnis sampingan, pasangan ini kembali mencari akal untuk mencoba bisnis baru. Akhirnya, mereka memutuskan untuk berbisnis steak.

Untuk modal awal, ia terpaksa menjual motor kesayangannya. Dari situ terkumpul uang sebesar Rp 8,5 juta. Di awal merintis bisnis, pasangan ini hanya memiliki 10 hot plate, lima meja, dan 20 kursi. Ia pun mulai menjajakan sajian steak di halaman rumah mereka. Belum ada karyawan saat awal merintis. Hanya Jody yang bertugas mengurus dapur dan melayani pembeli. Sedangkan isterinya Aniek menjadi kasir. “Di awal merintis pembeli sepi, sehari itu kami bisa mendapatkan keuntungan hanya Rp 30.000,” paparnya.

Meski sepi pelanggan, ia tidak pantang menyerah. Ia memiliki inisiatif untuk membuat media promosi dengan memasang spanduk besar di depan warung dengan mencantumkan harga steik yang murah dan menyebarkan selebaran ke kampus-kampus.

Gayung bersambut, Waroeng Steak miliknya mulai dikunjungi banyak pembeli. Jody beserta istri senantiasa mendengar masukan dari pelanggan mereka. Menu-menu yang ada, ia sesuaikan dengan permintaan pelanggan.

Saat pelanggan mulai ramai, banyak dari mereka mengeluh pelayanannya terlalu lama. Meja yang ada juga sudah tak bisa menampung. Saat itu, mereka hanya memiliki lima meja dan 10 hot plate.

Dari situ, ia mulai menambah peralatan dan merekrut karyawan. Keuntungan yang didapat juga dipakai buat membuka cabang baru. Pada outlet kedua, Jody menerapkan sistem bagi hasil. Ia mengajak kerabatnya untuk menanamkan modal usaha. Sistem ini hanya diterapkan sampai outlet kedelapan. Untuk outlet kesembilan hingga sekarang ia danai sendiri. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×