kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jualan burung hingga terima order sangkar (2)


Jumat, 02 Agustus 2013 / 14:55 WIB
Jualan burung hingga terima order sangkar (2)
Pelaku usaha bersiap memungut PPN 11%. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/10/03/2022


Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini

Sangkar jelas merupakan bagian tidak terpisahkan dari usaha jual-beli burung. Tapi, sangkar juga membantu para pedagang burung di Jl Kartini, Semarang meningkatkan pendapatan mereka. Maka, selain menyediakan sangkar sudah jadi, mereka menerima pesanan.

Salah seorang pedagang burung, Suyono menuturkan, ia menjual bermacam ragam sangkar burung. Yang termurah Rp 20.000, yaitu sangkar berbahan kayu berukuran 25 cm x 40 cm, tanpa ornamen.

Kemudian tersedia pula sangkar ukiran berukuran 70 cm x 100 cm. Biasanya kandang seperti ini terbuat  dari bahan kayu dan besi. Besi digunakan untuk bagian jeruji, sementara kayu untuk ornamen dan bagian penutup atas serta bawah. Harganya sekitar Rp 300.000. Ada pula kandang yang lebih mahal tentunya.

"Yang paling banyak dibeli orang yang ukuran kecil dan dari bahan kayu, karena murah," katanya. Ia mendapat pasokan sangkar pengrajin di Kudus, Jawa Tengah.

Namun, jika pengunjung ingin sangkar berukuran lebih besar lagi, bisa memesan. Kata Suyono, umumnya para pedagang menerima pesanan sangkar. Kalau tidak membuat sendiri, model, ukuran, bahan bahkan warna cat yang diinginkan akan disampaikan ke pengrajin sangkar yang telah menjadid pemasok mereka.
 
Waktu pengerjaan sekitar 1 minggu. Harganya tergantung bahan baku yang digunakan, ukuran, dan tingkat kerumitan pembuatan. Sangkar  dengan ukiran penuh di bagian penutup atas dan bawah tentu perlu waktu lebih lama. "Biasanya sangkar   yang dipesan khusus ini dibanderol di atas Rp 500.000 per unit," kata Suyono.

Alhasil, dari menjual burung dan kandang, Suyono bisa meraup omzet hingga Rp 20 juta sebulan.

Langkah serupa juga dilakukan para pedagang pakan burung. Hanya, umumnya untuk pakan ini, mereka tidak membuat sendiri. Nah, supaya bisa meraih omzet lebih besar, yang dilakukan adalah menyediakan jenis pakan selengkap mungkin.

Misalnya, Gilang Agustan, misalnya. Penjual pakan burung ini menyediakan berbagai jenis pakan seperti kroto, larva, pelet dan juga berbagai jenis biji-bijian  dalam kemasan dan berbagai merek. "Yang paling laris larva dan kroto," tuturnya.

Kroto adalah telur semut untuk burung berkicau. Kroto bisa dihasilkan dari semua jenis semut. Tapi, yang paling banyak dicari adalah kroto dari semut rangrang.  Ia bilang, kroto itu berkhasiat memperindah kicauan burung. Makanya, sangat digemari dan harganya cukup tinggi.

Gilang pun hanya menjual kroto dari semut rangrang. Harganya dibanderol Rp 15.000 per ons. Sementara, larva dipatok Rp 5.000 per ons. Adapun, pakan burung dalam kemasan dijual berkisar Rp 5.000-Rp 65.000, tergantung volume,  merek dan kualitas pakan. Di lapaknya, Gilang hanya menjual ukuran 250 gram dan 500 gram.

Ia bisa menjual sekitar 20 kg pakan burung dalam sebulan. Makanya, ia bisa mengantongi omzet minimal Rp 3 juta sebulan.

Gilang mendapatkan pasokan kroto dan larva dari peternak khusus pakan burung di wilayah Semarang. Sementara, pakan burung kemasan didapat langsung dari produsen atau pabrik pakan di Salatiga. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×