kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   -21.000   -1,10%
  • USD/IDR 16.620   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.833   5,05   0,07%
  • KOMPAS100 987   -1,19   -0,12%
  • LQ45 765   1,61   0,21%
  • ISSI 218   -0,33   -0,15%
  • IDX30 397   1,17   0,30%
  • IDXHIDIV20 467   0,48   0,10%
  • IDX80 112   0,13   0,12%
  • IDXV30 114   0,08   0,07%
  • IDXQ30 129   0,38   0,29%

Kain tenun cual banyak diminati wisawatan asing


Jumat, 04 November 2011 / 16:12 WIB
Kain tenun cual banyak diminati wisawatan asing
ILUSTRASI. Presiden Rusia Vladimir Putin saat menyampaikan pidato di acara peringatan Hari Angkatan Laut di St. Petersburg, Minggu, 26 Juli 2020.


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Tri Adi

Tenun cual mulanya merupakan kain adat bagi bangsawan Muntok, salah satu daerah di ujung barat Pulau Bangka. Tenunan ini memadukan teknik sungkit dan tenun ikat dengan kekuatan utama pada susunan motif yang unik. Tak heran, cual muntok ini kini menjadi buruan penggemar kain daerah. Perajin tenun cual pun mampu meraih omzet hingga ratusan juta rupiah.

Sejak berpisah dari Provinsi Sumatra Selatan, Bangka Belitung terus menggali akar tradisi dan simbol kekhasan daerahnya. Tak hanya tersohor sebagai penghasil timah terbesar, provinsi yang lahir pada Februari 2002 ini juga kaya akan warisan budaya.

Salah satu peninggalan budaya itu adalah tenun cual. Dulu, kain cual ditenun oleh perempuan bangsawan Muntok, sebuah daerah di Pulau Bangka. Kekuatan utama tenun cual muntok ini terletak pada motif dan tenun ikat yang dipadukan dengan teknik sungkit. Konon, keahlian menyungkit ini diperoleh dari China yang menyebar beberapa tempat di Asia, termasuk Indonesia.

Meski mirip songket, kain ini memiliki motif yang khas dengan warna-warni hasil pintalan beragam benang. Motifnya lebih luwes dengan banyak lengkungan dan hiasan yang terinspirasi dari bentuk tumbuhan, hewan, alam atau benda di lingkungan sekitar.

Seperti kain tradisional lainnya, tiap motif cual mengandung filosofi. Tingkat kehalusan tenunan, kerumitan motif, dan padu-padan warna merupakan simbol yang menggambarkan perjalanan religius para penenunnya.

Menurut Mukana, salah satu perajin tenun cual, kain ini telah dikenal sejak abad XVI. "Tapi, beberapa tahun terakhir, tenun cual kembali populer," ujar wanita yang menjalani usaha keluarga secara turun-temurun ini.

Produksi kain cual di bengkel kerja Mukana pun terus meningkat. Kini, dalam sebulan ia membuat sekitar 50 helai kain. Padahal, sebelumnya, ia hanya memproduksi 20 hingga 25 lembar kain tiap bulan.

Meski sudah berlipat, Mukana mengakui adanya keterbatasan produksi. Pasalnya, ia sulit mendapatkan tenaga penenun. Saat ini, Mukana baru bisa mempekerjakan 13 perajin. "Untuk membuat satu kain, tiap perajin membutuhkan waktu satu minggu, bahkan ada yang tiga bulan, tergantung motif tenun," jelasnya.

Tak heran, harga sehelai kain cual ini lumayan mahal, yakni berkisar Rp 3 juta hingga Rp 5 juta. Mukana pun pernah menjual kain cual seharga Rp 10 juta kepada wisatawan Jepang. "Kain itu motifnya sulit dan umur motifnya tua, sehingga lebih mahal," ujarnya.

Karena harga yang mahal ini, pembeli tenun cual masih terbatas. Sekitar 70% pembeli kain cual adalah wisawatan asal Jepang, Korea, dan Malaysia. "Kalau konsumen lokal masih belum banyak. Kalau ada, biasanya kalangan pejabat yang membeli tenun ini sebagai oleh-oleh," ujar Mukana.

Meski pasarnya terbatas, dari usaha tenun ini, Mukana bisa mengantongi omzet sekitar Rp 170 juta hingga Rp 200 juta per bulan.

Kini, wanita yang tinggal di Desa Selindung Lama, Bangka, ini sudah membuat hingga 15 motif kain cual. Beberapa di antaranya adalah motif merak, gajah mada 2003, kembang setangkai, kembang rukem, jande berkecak, kembang kenanga, bebek, kembang sumping, dan motif ubur-ubur.

Selain Mukana, perajin tenun cual lainnya adalah Isnawati. Namun, selain ditenun, kini Isnawati juga mengembangkan produksi massal kain motif cual. Ia memilih cara membatik motif cual, baik dengan batik cap atau batik tulis.

Tentu saja, dengan cara ini, Isnawati ingin menekan harga kain bermotif cual, supaya lebih banyak orang bisa memakai kain motif khas Bangka Belitung ini. "Tak hanya orang kaya yang bisa memakai motif cual," ujarnya.

Namun, produksi massal tak dilakukan di Bangka. Isnawati membawa motif-motif cual ini untuk dibatik di Yogyakarta dan Pekalongan. Pasalnya, ia tak menemukan perajin batik di Bangka maupun Belitung. Untuk produksi massal ini, Isnawati pun memakai bahan kain beragam, seperti kain sutra hingga kain katun.

Dengan inovasinya ini, Isnawati pun bisa memperluas konsumen kain cual. Harga kain cual yang dihasilkan dari proses membatik pun lebih murah. Yakni, mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 750.000 per set pakaian. "Bandingkan dengan kain tenun cual, yang harganya bisa mencapai Rp 7,5 juta per helai kain," kata Isnawati.

Meski sudah memproduksi kain cual secara massal, Isnawati pun masih mempertahankan produksi kain tenun cual di Bangka. "Karena kain ini sudah menjadi warisan budaya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×