Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.
Kalimati alias sungai Ampel Gading yang berlokasi di Slamaran. Kecamatan Krapyak, Pekalongan, Jawa Tengah kini dimanfaatkan menjadi usaha keramba ikan air tawar. Ada sekitar 105 orang yang memiliki keramba disana.
Meski jumlahnya cukup banyak, para pembudidaya ini masih terus belajar cara pengembangbiakkan ikan air tawar. Maklum saja, mereka rata-rata adalah pemain baru yang masih awam.
Salah satu pembuidaya Usman Kalifa mengatakan, mereka banyak belajar dari internet dan diskusi dengan ahli atau pembudidaya senior untuk membekali diri tentang cara budidaya yang baik. Menurutnya, cara tebar untuk pertama kali harus dilakukan pada kolam yang bersih dengan isian air yang sudah didiamkan sekitar tiga sampai empat hari. Untuk kolam seluas 3,5 x 7 meter persegi, dibutuhkan sekitar 1.250 ekor benih ikan.
Untuk perawatannya, pakan harus diberikan dua kali sehari di pagi dan sore hari. Jenis pakan yang paling banyak digunakan adalah pur. Selain pakan, kolam juga harus dibersihkan secara rutin agar ikan tidak terkontaminasi penyakit, airnya pun diusahakan mengalir.
Laki-laki berkulit gelap ini mengingatkan bila kolam harus dicek secara rutin serta dibersihkan dari bangkai ikan. Tujuannya, agar tidak mencemari kondisi air. Biasanya, ikan banyak yang mati saat baru ditebar. Pasalnya, daya tahan ikan belum kuat serta tidak mampu beradaptasi.
Micheal Kurniawan pembudidaya lainnya mengatakan, di tahap awal sekitar 20% benih ikan yang mati. "Setelah usia satu bulan masih ada yang mati tapi hanya satu atau dua ekor," katanya.
Selama ini, para pembudidaya ikan di daerah ini banyak mengambil pasokan benih dari daerah Pekalongan dengan harga sekitar Rp 200 per ekor. Sedangkan, hasil panennya masih mengandalkan pengepul yang datang ke lokasi.
Meski tak lama lagi panen, Usman belum bisa memperkirakan pendapatan yang akan diperoleh karena harga yang diberikan tengkulak tidak menentu. Bahkan, mereka kerap memberikan harga di bawah standar.
"Kalau banyak yang panen harganya anjlok, pokoknya tengkulak memberikan harga sesuka hatinya," katanya.
Biasanya, tengkulak akan mendatangi lokasi budidaya satu sampai dua minggu sebelum panen dilakukan.
Bagi mereka, menjadi petani ikan air tawar tidak sulit bila mau terus belajar dan membuka diri. Hanya saja, kendala yang kerap ditemui adalah masalah permodalan.
Mereka mengaku masih kesulitan mendapat pinjaman bank untuk modal budidaya. Akhirnya, mereka banyak melakukan sistem ijon dengan tengkulak. Kondisi ini yang membuat mereka sangat bergantung dengan tengkulak.
Menurut Micheal, sudah ada perhatian pemerintah terhadap sentra budidaya ikan di Kalimati. Beberapa bulan lalu Dinas Kelautan dan Perikanan mengunjungi lokasi ini untuk meninjau dan memberikan training singkat kepada para pembudidaya. Sampai saat ini pemerintah setempat sudah bebeapa kali memberikan pelatihan.
Rencananya, kata Micheal, pemerintah akan memberikan pelatihan secara berkala dan intensif kepada para pembudidaya serta membuat kolam percontohan. Sayangnya, belum diketahui kapan rencana tersebut bakal dilaksanakan. Menurutnya, para pembudidaya ikan air tawar sangat antusias dengan rencana tersebut karena bisa menambah wawasan dan pengetahuan mereka seputar budidaya ikan air tawar.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News