kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kambing mengembik dari Kaki Merapi (1)


Senin, 01 Desember 2014 / 15:30 WIB
Kambing mengembik dari Kaki Merapi (1)
ILUSTRASI. KCIC menargetkan operasional komersial Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) pada Oktober 2023.


Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Kambing etawa merupakan jenis kambing asli dari India yang dinamakan Jamnapari. Kendati asli India, kambing jenis ini telah banyak diternakkan di Indonesia. Bahkan, di Sleman, Yogyakarta ada satu desa yang menjadi sentra peternakan kambing etawa, yakni di Desa Gamol, Kecamatan Balecatur Gamping, Sleman.

Kambing etawa yang diternakkan di desa ini adalah kambing etawa hibrida atau keturunan silang dengan kambing lokal. Nah, kambing ini biasa disebut peranakan etawa (PE). Jenis kambing peranakan etawa tentu lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan Indonesia.

Desa Gamol yang berada di dekat kaki Gunung Merapi memang cocok sebagai tempat beternak kambing. Soalnya, di desa ini masih banyak terdapat lahan hijau sebagai asupan pakan buat hewan ternak. Selain peternak, mayoritas warga di desa ini juga berprofesi sebagai petani.

Pagi harinya mereka pergi ke sawah, dan siang hingga sore hari beternak kambing.Saat KONTAN mengunjungi desa ini, kambing PE milik peternak di lepas begitu saja dan dibiarkan merumput di lapangan hijau

Hanya ada beberapa kambing indukan yang tengah hamil ditaruh dikandang. Di Desa Gamol ini terdapat dua kelompok peternak kambing PE. Yakni Kelompok Sejahtera Satu dan Kelompok Sejahtera Sembada.

Sunardi, 53 tahun, ketua Kelompok Ternak Sejahtera Sembada, mengatakan, kelompok ini dibentuk tahun 2009 dengan luas lahan peternakan mencapai 1.200 meter persegi. Sedangkan Kelompok Sejahtera Satu sudah lebih dulu berdiri. "Dia lebih dulu dua tahun," katanya.

Kelompok ternak Sejahtera Sembada ini bisa dibilang masih merintis. Saat ini, Sejahtera Sembada beranggotakan lebih dari 12 peternak. Total kambing yang dimiliki kelompok ini baru ada 18 ekor kambing dengan satu kambing induk.

Sunardi sendiri memiliki tiga ekor kambing yang semuanya masih anakan. Anggota lain ada yang memiliki satu atau dua kambing dewasa yang sudah dapat membuahi indukan. Kambing indukan ini milik bersama dan digunakan hanya untuk mengembangbiakkan kambing milik anggota.

Sunardi sudah beternak kambing PE tahun 2008 sejak Dinas Sosial mengenalkan jenis kambing ini di desanya. Namun, saat itu ia tidak fokus karena belum tahu peluangnya.

Nah, saat ada pembentukan kelompok dari Dinas Sosial, Sunardi dan warga lain mendapat pelatihan dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk meningkatkan hasil jual kambing PE.

Jenis kambing PE yang diternakkan warga desa ini bukan kambing etawa penghasil susu, tapi kambing etawa penghasil daging. Sunardi mengaku pernah merintis kambing PE penghasil susu tapi tak berhasil karena perawatannya mahal dan harus hati-hati.

Kusumo Parman, anggota Kelompok Sejahtera Sembada bilang, beternak kambing pedaging banyak untungnya. Menurutnya, kambing etawa banyak dicari untuk konsumsi karena dagingnya lebih lembut dan tidak mengandung banyak lemak.    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×