kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kampung pemasok sego kucing dan lauk pauk di Semarang (bagian 2)


Sabtu, 15 Juni 2019 / 10:35 WIB
Kampung pemasok sego kucing dan lauk pauk di Semarang (bagian 2)


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - SEMARANG. Keberadaan Kampung Olahan Hidangan Angkringan di Srondol Kulon, khususnya RT 01 RW 01, Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah tidak terlepas dari upaya Sumariyanto, yang kebetulan Ketua RT setempat. Pria 58 tahun ini menjadi pelopor pemasok nasi kucing dan aneka lauk pauk lainnya ke pedagang angkringan yang ada di Semarang Jawa Tengah.

Upaya yang dia rintis sejak masa krisis moneter mulai membuahkan hasil. Sumariyanto membawa saudara-saudaranya ikut berkecimpung di bisnis pembuatan nasi kucing. Malah, beberapa orang yang semula jadi karyawannya, memberanikan diri membuka usaha angkringan. Tidak hanya membuat nasi kucing atau sego kucing dan gorengan, mereka juga membuka gerai nasi kucing.

Kini, ada sekitar 10 pebisnis, termasuk Sumariyanto yang memasok nasi kucing dan ragam lauk lainnya. Sumariyanto sendiri saban harinya sanggup memasok nasi kucing dan aneka sate buat sekitar 25 angkringan. "Ada yang lokasinya di Jatingaleh, Simpang Lima dan lainnya," katanya kepada KONTAN.

Keberadaan kampung pemasok nasi kucing ini pun mendapat perhatian dari Pemerintah Kota Semarang. Walikota Semarang, Hendrar Priadi pun memberi bantuan kepada para warga sekitar yang ingin berkutat di bisnis angkringan. Salah satunya Siti Kumaidah.

Setelah Pemerintah Kota Semarang menetapkan menjadi kampung tematik yakni Kampung Segala Olahan Angkringan sejak tahun lalu, Siti mendapat bantuan modal Rp 400.000 dari pemerintah daerah. "Saya juga mendapat bantuan gerobak angkringan," katanya kepada KONTAN.

Ia pun mulai berjualan angkringan di kampung tersebut, terutama di Balai Warga yang memang diperuntukkan sebagai tempat untuk berjualan angkringan bagi warga sekitar. Dalam sehari, ia bisa membuat 60 bungkus sampai 70 bungkus nasi kucing. Siti juga menerima pasokan sate dan lauk lainnya dari warga sekitar.

Menurut Siti, mulai banyak warga di Srondol Kulon yang mengandalkan mata pencaharian dengan berjualan angkringan, termasuk juga sebagai pemasok nasi kucing dan lainnya. Sumariyanto pun merasa senang, upayanya selama ini tidak sia-sia.

Tapi yang namanya bisnis, pasti ada kendala. Termasuk juga di bisnis angkringan. Salah satu kendala utama yang dialami Sumariyanto dan Siti Kumaidah adalah mahalnya bahan baku. Ambil contoh saat harga cabai mengalami kenaikan tinggi.

Sumariyanto dan Siti pun berupaya menyiasati mahalnya bahan baku tersebut. Misalnya, kalau di nasi kucing selalu pakai sambal, maka porsi sambal yang biasanya satu nasi kucing diberi satu sendok sambal, maka cukup diberi setengah sendok saja. Kemudian untuk nasi kucing rasa ayam atau lauk berbahan baku ayam, karena lagi mahal, maka tidak terlalu banyak membuat menu berbasis ayam.

Apalagi saat musim hujan tiba. Baik Sumariyanto maupun Siti Kumaidah akan mengurangi produksi nasi kucing dan lauk lainya. Biasanya pengunjung angkringan kala musim hujan berkurang.

Untuk tetap eksis, Sumariyanto menerima saran dari pedagang angkringan, Seperti keberadaan menu baru. Ia pun saat ini bisa membuat 20 menu nasi kucing.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×