kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.907.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.212   -1,00   -0,01%
  • IDX 6.864   -14,20   -0,21%
  • KOMPAS100 999   -3,10   -0,31%
  • LQ45 763   -2,26   -0,29%
  • ISSI 226   -0,55   -0,24%
  • IDX30 393   -1,27   -0,32%
  • IDXHIDIV20 454   -1,69   -0,37%
  • IDX80 112   -0,33   -0,30%
  • IDXV30 114   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 127   -0,65   -0,51%

Kampung pembuat tahu sejak 1972 (1)


Kamis, 13 Juni 2013 / 13:27 WIB
Kampung pembuat tahu sejak 1972 (1)
ILUSTRASI. Buat Pecinta Gowes Jarak Jauh, Cek Harga Sepeda Polygon Bend Series Terkini


Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini

Siapa tak kenal tahu? Penganan ini sangat akrab di lidah masyarakat kita. Tak heran, banyak daerah atau kota di Indonesia memiliki pusat produksi tahu. Nah, di Bandung, ada satu kampung yang terkenal sebagai sentra produksi tahu sejak 1970-an. Namanya, Kampung Cibuntu.  

Kampung ini terletak di Kelurahan Babakan Ciparay, Kecamatan Bandung Kulon, Bandung. Sekitar 50 rumah di kampung tersebut memproduksi tahu putih dan kuning.

Aep Saefudin, salah seorang warga Kampung Cibuntu menjadi salah satu saksi hidup perkembangan sentra tahu ini. Menurut Aep, pertama kali warga Kampung Cibuntu mengenal produksi tahu pada 1937. Kala itu, ada seorang imigran Tiong Hoa yang mendirikan pabrik tahu rumahan di Kampung Cibuntu. “Dulu kakek saya menyebut imigran itu Babah Mpe,” ujar pria 71 tahun ini.

Singkat cerita, pada 1947, Babah Mpe kembali ke negeri asalnya, China. Pabrik tahu pun diambil alih salah satu karyawannya. Kala itu, hanya, segelintir warga yang tertarik mengikuti jejaknya.

Barulah mulai tahun 1972, pamor industri tahu rumahan melejit. Banyak warga yang menjadikan usaha produksi tahu sebagai mata pencaharian. Maklum, ketika itu, mulai ada mesin penggiling tahu. "Kemunculan mesin penggiling tahu itu membuat warga Kampung Cibuntu berbondong-bondong memproduksi tahu," kisahnya.

Aep sendiri sudah menggeluti usaha pembuatan tahu sejak 1950-an. Ia mewarisi usaha milik sang ayah.

Lantaran produksi tahu dari Kampung Cibuntu dipasok hingga ke wilayah Jakarta, produksinya pun terbilang besar. Aep mengaku, saban hari, pabriknya bisa menghasilkan 180 papan tahu. Satu papan berukuran 60x60 centimeter (cm). Tak heran, ia bisa menghasilkan omzet Rp 140 juta per bulan. "Tapi, keuntungan bersih hanya berkisar 5%-10%," ujarnya.

Produsen tahu lain di Kampung Cibuntu, Iyam Maryani bahkan mampu mencetak omzet hingga Rp 400 juta sebulan. Tapi, sama seperti Aep, pemilik Pabrik Tahu Wulan ini mengaku, hanya bisa mengantongi keuntungan bersih 10%.

Dalam sehari, Iyam bisa memproduksi 600 papan tahu. Dalam satu papan bisa dicetak sekitar 100 tahu ukuran kecil, tergantung permintaan pelanggan.

Meski mayoritas dijual dalam bentuk papan, namun Iyam juga melayani pembelian secara eceran. “Bahkan, kalau orang mau beli Rp 3.000 saja, tetap kami layani. Tetangga banyak yang ke sini untuk beli eceran,” ujar perempuan yang sudah menjalankan pabrik tahu sejak 12 tahun lalu ini.

Baik Iyam maupun Aep mematok harga jual yang sama. Satu papan dibanderol mulai dari Rp 26.000 hingga Rp 31.000, tergantung tingkat ketebalan tahu yang diinginkan pelanggan.

Aep bilang, kondisi sekarang lebih sulit dibanding 1990-an. Selain banyak pesaing, harga kedelai yang tak terkontrol kerap mengancam produksi tahu. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×