Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Tri Adi
Kabupaten Gianyar menjadi salah satu kabupaten di Bali yang terkenal memiliki banyak desa penghasil produk kesenian dan budaya. Contohnya adalah desa Singapadu yang sejak abad ke18 sudah terkenal sebagai pusat kerajinan seni topeng Bali. Di desa ini ada lebih dari 20 seniman topeng.
Desa Singapadu memiliki legenda sejarah. Nama Singapadu dalam bahasa Bali merupakan perpaduan dari dua kata yakni “Singa” yang berarti singa dan “padu” yang berarti perang. Menurut cerita rakyat Bali, desa ini merupakan wilayah perang dua kerajaan yang punya kehebatan layaknya singa.
Berjalannya waktu, leluhur desa Singapadu mewariskan Seni topeng yang menjadi bagian dari kultur dan tradisi budaya Bali. Hingga kini, seni kerajinan topeng terus dipelihara warga desa Singapadu. Setiap menjelang upacara keagamaan di Bali, warga kerap dibanjiri permintaan pembuatan topeng.
Salah satu perajin topeng di desa Singapadu adalah I Kadek Juliana. Pemilik kerajinan topeng dengan bendera usaha Kubu Topeng ini mengatakan, usahanya dibanjiri pesanan menjelang perayaan Galungan dan Kuningan. Lazimnya, dua hari raya besar itu diisi kesenian yang disebut Ngelawang.
Kesenian Ngelawang ialah tarian tradisional khas anak-anak Bali yang menari dengan topeng barong dan diiringi musik gamelan. Tarian ini dilakukan dengan mengelilingi rumah penduduk (lawang ke lawang).
Setiap ada tradisi, I Kadek mengaku bisa menerima pesanan hingga 50 topeng bondres dan rangda serta tiga topeng barong. Dus, pada musim ini, I Kadek bisa mendapatkan omzet dari penjualan topeng sekitar Rp 53 juta. “Karena proses pembuatannya rumit dan memakan waktu, maksimal hanya tiga barong yang bisa dikerjakan,” kata I Kadek.
Ni Made Ranti, seniman topeng lainnya menimpali, jika mendekati Hari Raya Galungan, galeri usahanya banyak menerima pesanan pembuatan topeng sidakarya. Dia bilang, topeng tersebut merupakan bagian dari pementasan tari topeng yang mengiringi upacara keagamaan dan ditampilkan sebagai tarian persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ni Made membanderol topeng sidakarya seharga Rp 400.000 hingga Rp 600.000 per biji. Sementara topeng barong Rp 8 juta per biji.
Biasanya pada musim ramai, Ni Made menerima pesanan topeng sidakarya paling banyak 20 biji dan topeng barong dua biji. Ia memang sengaja membatasi jumlah pesanan tersebut.
Menurutnya, pembatasan order dilakukan karena dirinya takut akan kewalahan dan tidak tepat waktu pada pengerjaannya. “Kalau terlalu banyak, saya khawatir produksi pesanan tidak bisa memenuhi tenggat waktu yang ditentukan. Apalagi, saya tidak ingin membuat topeng asal-asalan,” ujar pemilik Toko Suastika ini.
Dus, menjelang hari raya keagamaan, Ni Made mengaku bisa meraup omzet Rp 28 juta dari penjualan topeng.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News