Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini
Sejak Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, para pemilik kios di sentra penjual tanaman hias di Kampung Ragamukti, Kabupaten Bogor mendulang berkah. Pasalnya, permasalahan polusi udara dan banjir yang merundung kota Jakarta membuat Jokowi gencar melakukan penanaman pohon dan penataan taman kota di DKI Jakarta.
Pedagang tanaman hias di sentra ini kerap mendapat pesanan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam jumlah besar. Tanaman proyek yang banyak dicari adalah tanaman untuk taman-taman kota seperti rombosa hijau, saberna, sempang dara, brokoli dan pucuk merah dan jenis palem.
Wirta, salah satu pedagang tanaman hias di sentra ini mengaku baru saja mendapat pesanan dari proyek Pemprov DKI Jakarta sebanyak 1.000 palem kuning. Dari situ, pedagang bisa mendapat omzet belasan juta.
Selain dari proyek DKI, pedagang di sentra ini juga banyak menerima pembelian dari Pemda lainnya seperti Kabupaten Tangerang, Kota Depok, dan Kota Bogor hingga perusahaan swasta.
Rahmat, pedagang lainnya di sentra ini, juga bersyukur dengan banyaknya penataan taman dari sejumlah Pemda. Sebab, setelah harga Anthurium Garuda jatuh, belum ada jenis tanaman baru yang menjadi primadona para pecinta tanaman hias. Sehingga, satu-satunya tanaman yang mendukung pendapatan pedagang ialah dari tanaman untuk proyek-proyek pemerintah daerah.
Tanaman-tanaman hias yang dijual di sentra Kampung Ragamukti didatangkan dari para petani tanaman hias yang ada di daerah perkampungan wilayah Bogor seperti Gunung Sindur, Tajurhalang, Tamansari, Ciawi, Megamendung, dan Bojonggede.
Para pedagang di sentra ini sebisa mungkin mendapatlan harga tanaman yang paling murah dari petani. Tak heran mereka tidak segan-segan untuk mencari hingga ke pelosok-pelosok Gunung Sindur. “Kalau kita dapat murah, kita jualnya tidak terlalu mahal. Kita cukup menampung barang dari petani,” kata Wirta.
Selain membeli dari petani, Rahmat mengaku mengembangkan tanaman hias sendiri agar bisa meminimalisir modal yang dikeluarkan. Untuk mengembangkan tanamannya, Rahmat membutuhkan sekam, kotoran ayam dan tanah merah. Sekam dibeli dari daerah Karawang dengan harga Rp 5.000 per karung, kotoran ayam dibeli dengan harga Rp 5.000 per karung, sedangkan tanah merah diambil dari lahan yang dia tempati untuk berjualan.
Ketiganya kemudian dicampur untuk dijadikan media tanam untuk memperbanyak tanaman. Sisanya dijual kembali dengan harga Rp 7.500 per karung ke pedagang tanaman hias yang ada di sentra tersebut.
Selain membeli dari petani, Rahmat mengatakan, semua pedagang di kampung Ragamukti juga membiakkan tanaman sendiri seperti yang ia lakukan. Tujuannya sama, yaitu agar bisa menjual dengan harga lebih murah. Rahmat bilang, pengembangan tanaman hias bisa dilakukan dengan cara stek, anakan dan okulasi, tergantung jenis tanamannya. “Tapi yang paling banyak dilakukan itu stek,” kata Rahmat. n
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News