Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri
Di tengah kemacetan Jakarta, jasa angkutan ojek motor bisa menjadi alternatif transportasi buat menghindari macet. Nadiem Makarim, pria asal Jakarta melihat ini sebagai peluang. Menurutnya, kebutuhan akan tukang ojek di Jakarta sangat besar. Namun masih ada juga tukang ojek yang mangkal dan menunggu penumpang.
Nadiem pun mencari cara untuk mempertemukan kebutuhan dan suplai yang tidak tersalurkan. Ia lalu membuat inovasi bagaimana orang bisa dengan mudah memesan ojek melalui ponsel tanpa harus repot ke pangkalan ojek.
Apalagi tidak semua orang lokasinya dekat dengan pangkalan ojek. Nadiem pun membuat terobosan baru yang dinamakan Go-Jek. Yakni, sebuah layanan pesan antar ojek.
Layanan yang berada di bawah naungan PT Gojek Indonesia ini sebetulnya sudah berdiri sejak 2011. Namun, ia baru meluncurkan aplikasi layanan di ponsel pada Januari 2015.
Setelah merebaknya penggunaan smartphone, Nadiem tidak mau ketinggalan dan segera memberikan layanan digital pada proyeknya tersebut. Nadiem Makarim mengklaim, Go-Jek merupakan pionir perusahaan yang menyediakan layanan ojek dari ponsel.
Memang ada pemain lain yang menyediakan taksi ojek, seperti TaxiBike asal Bandung. "Tapi baru Go-Jek yang meluncurkan aplikasi di ponsel," ujarnya. Sebelum meluncurkan aplikasi Go-Jek di ponsel, para pelanggan yang ingin memesan ojek hanya bisa melalui layanan telepon call center.
Selanjutnya, penumpang menunggu kedatangan ojek pesanannya. Namun, melalui aplikasi di perangkat ponsel Android atau iOS, calon penumpang bisa melacak keberadaan supir ojek beserta nama dan nomor ponsel si tukang ojeknya.
Nadiem Makarim menyampaikan, aplikasi ini tidak hanya mengantar penumpang saja. Tapi juga memiliki layanan kurir dan belanja, seperti layanan mengambil barang dan lain-lain.
Konsumen juga bisa memantau barang yang akan diantarkannya secara realtime. Sementara untuk layanan belanja, Go-Jek yang akan menalangi biaya pembelanjaan maksimal Rp 1 juta dan diantarkan pemesan. "Selain pesan ojek untuk kendaraan, layanan belanja juga paling laris, biasanya yang paling sering adalah layanan pesan makanan, " kata Nadiem.
Selama ini, segmen konsumen Go-Jek kebanyakan para pekerja kantoran. Mereka banyak menggunakan jasa Go-Jek baik saat akan berangkat maupun pulang kantor. Sementara untuk layanan belanja banyak diakses para ibu rumah tangga yang ingin membeli barang atau makanan.
Ada pun layanan kurir banyak dimanfaatkan para pelaku UKM yang hendak mengantar produk dagangannya, eksekutif muda yang ingin mengantar dokumen tanpa harus meeting, hingga selebriti.
Go-Jek telah bekerjasama dengan hampir 100 perusahaan yang menjadi pelanggan korporasi untuk para karyawannya. Nantinya, Go-Jek akan menagih biaya invoice di setiap akhir bulan kepada perusahaan tersebut.
Saat awal merintis usaha, Nadiem bercerita dulu ia tidak suka menggunakan mobil. Lelaki kelahiran 4 Juli 1984 sering memperhatikan banyaknya tukang ojek yang menganggur di pangkalan.
Kebetulan sebelum mendirikan Go-Jek, Nadiem adalah Co-Founder dan Managing Editor di Zalora Indonesia yang sering menggunakan ojek saat pulang atau pergi ke kantor. Pengalaman itu memantapkannya mendirikan Go-Jek.
Ia menyatakan, dulu hanya ada 10 karyawan dengan 20 supir ojek. Sulitnya saat merintis usaha adalah merekrut supir ojek karena belum ada kepercayaan terhadap brand Go-Jek. "Saya sendiri yang mencari di pinggir jalan, nongkrong sama supir ojek, belikan kopi, curhat, dan mereka mau gabung di Go-Jek. Sekarang mitra ojek kami 1.500 supir, " kata Nadiem.
Konsep Go-Jek ini memang sedikit berbeda dari perusahaan transportasi lain. Di sini, Nadiem mengajak supir ojek yang punya motor sebagai mitra. Jadi Nadiem tidak menyediakan motor. Jadi, semua motor milik supirnya sendiri.
Go-Jek hanya menyediakan helm, jaket, dan aksesori seperti masker. Sehingga modal awal merintis usaha ini tidak besar. Sayang, ia enggan menyebut angkanya.
Berkembang pesat
Sejak ada aplikasi Go-Jek di ponsel, ia mengklaim bisnisnya berkembang pesat. Nadiem mencatat, akhir Januari 2015 sudah ada 50.000 orang menggunakan jasa Go-Jek.
Sedangkan yang mengunduh aplikasinya sudah ada 35.000 orang. Mereka berasal dari wilayah Jabodetabek.
Mengenai tarif ojek, Nadiem mengklaim semua sangat transparan, tidak ada nego seperti tukang ojek pada umumnya. Karena tarif sesuai hitungan kalkulator dari sistem yang terprogram di kantor pusat. Tarifnya Rp 15.000 untuk 1,5 kilometer (km) dan tarif naik setiap 1,5 km berikutnya.
Selain tarifnya dibuat transparan, Nadiem juga berani menjamin pemesanan ojek cepat sampai ke konsumen. Lewat aplikasi yang ia kembangkan, dalam jangka waktu 40 detik sudah dapat supir dan 15 menit sudah tiba. "Kecepatan Go-Jek tidak perlu diragukan karena kami bermitra dengan ojek terpercaya dan kenal jalanan, dan tidak nyasar," kata dia.
Dalam sehari, Go-Jek bisa mengantar ratusan penumpang dan barang. Sayang ia masih merahasiakan omzet. Ia bilang kontribusi pengeluaran terbesar ada pada online marketing seperti promosi dan pengembangan aplikasi di ponsel.
Selain promosi di media sosial, Nadiem juga banyak meluncurkan program promosi. Ke depannya, ia juga ingin mengembangkan wilayah operasional Go-Jek hingga mencakup daerah penyangga Jakarta, seperti Depok, Bekasi, Bogor dan Tangerang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News