kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kekhasan kuliner nusantara tak goyahkan lidah penggemarnya


Sabtu, 05 Mei 2018 / 14:05 WIB
Kekhasan kuliner nusantara tak goyahkan lidah penggemarnya


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Kuliner nusantara identik dengan rempah serta bumbu-bumbu dengan citarasa yang khas dan pas dengan lidah masyarakat. Setiap daerah pun punya sajian andalan yang menjadi ciri khasnya. Serbuan kuliner asing atau makanan fusion yang masuk kedalam pasar lokal, seolah tidak mampu menggeser posisi kuliner nusantara.

Hal ini dapat terlihat dari masih berjayanya gerai kuliner legendaris. Selain itu, pemain baru yang menawarkan sajian sejenis juga terus bermunculan. Festival jajanan Indonesia pun cukup sering digelar dan mampu menyedot minat penggemar kuliner tradisional.  

Haris Amin, pemilik rumah makan legendaris Mamink Daeng Tata menilai, makanan khas dalam negeri sudah mempunyai tempat tersendiri dalam hati konsumen, sehingga tidak akan mudah tergeser dengan makanan fusion. Padu-padan rempah-rempah yang digunakan dalam setiap menu masakan menciptakan rasa yang khas dan unik sehingga membuat setiap orang ketagihan dan kangen menyantap sajian kuliner tradisional ini.

Selain konsumen yang terdiri dari orang Indonesia, masakan nusantara ternyata juga mulai disukai oleh orang asing. "Kedai kami juga sering dikunjungi oleh orang asing,," katanya pada KONTAN, Rabu (25/4).

Meski menyajikan masakan khas Makassar, Sulawesi Selatan, pelanggannya datang dari berbagai daerah di negeri ini. Haris mengatakan banyak artis yang menjadi pelanggannya. Seperti Miing yang masih setianya hingga kini. Tidak sedikit pula warga asing yang juga menjadi konsumen tetapnya.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengaku rata-rata dalam sehari (hari kerja) kedai Mamink Daeng Tata bisa  menghabiskan sekitar 300-400 kilogram iga sapi.  Maklum saja, menu yang paling disukai adalah tata ribs dan coto makasar.

Bila bosan, ada 13 menu lainnya yang dapat dijadikan pilihan. Untuk harganya dibandrol mulai dari Rp 25.000 sampai Rp 58.000 per porsi.

Musripah pemilik Nasi Pindang Pak Ndut asal Semarang, Jawa Tengah juga optimistis masakan khas dalam negeri bakal terus disukai dari generasi ke generasi. Buktinya, kedainya tetap ramai dikunjungi pelanggan sejak tahun 1991. Asal tahu saja, dia merupakan generasi kedua penerus usaha ini.

Pelanggannya pun tidak hanya didominasi oleh orang tua tapi juga muda-mudi. "Awalnya bapaknya yang jadi langganan tapi nanti nular ke anaknya ke cucunya sampai ke saudaranya," katanya pada KONTAN. Tidak sedikit yang sudah menjadi pelanggan setia dengan usia lebih dari 10 tahun.

Musripah hanya menjajakan satu menu yaitu nasi pindang. Yang menarik adalah aneka lauk pelengkap yang disediakannya. Total ada sekitar 10 macam beberapa diantara seperti paru, otak, babat, dan lainnya. Harga menunya pun dipatok mulai dari Rp 11.000 sampai Rp 17.000 per porsi.

Lidah tak pernah bosan mencicipi menu kuliner nusantara

Bidang kuliner merupakan salah satu sektor usaha yang bertumbuh baik. Bisa dibilang, setiap bulan selalu ada variasi menu baru atau menjadi adaptasi menu negara tetangga.

Meski begitu, posisi kuliner nusantara belum akan tergeser. Aneka makanan khas ini masih terus disukai dari generasi ke generasi, karena rasanya yang pas dengan lidah orang Indonesia, yang menjadi konsumen utamanya.

Haris Amin, pemilik Mamink Daeng Tata mengamini hal tersebut. Dia menambahkan, bila penggunaan bumbu masakan yang khas Indonesia inilah yang menciptakan keunikan dan tak bisa dikalahkan dengan makanan fusion.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini juga optimis, generasi milenial juga menyukai makanan asli Indonesia. Namun, bukan berarti dia tidak berbenah untuk mempertahankan posisi usahanya.

Menghadirkan menu nusantara baru dengan tampilan yang modern serta nama yang menarik dan kekinian menjadi senjatanya untuk memperluas jangkauan pasar. "Saat ini masih dalam tahap persiapan dan segera kami rilis," katanya. Selain itu, mempertahankan rasa dan kualitas juga menjadi poin penting untuk mengikat konsumen, supaya mereka datang lagi dan lagi.

Edukasi dan promosi juga masih getol dilakukan meski nama Mamink Daeng Tata sudah melegenda. Alasannya, agar konsumen selalu ingat serta memunculkan rasa ingin kembali menikmati makanan khas Makasar di warung Mamink Daeng Tata.

Media sosial seperti Instagram menjadi alat promosi yang efektif untuk menyasar konsumen anak muda dan lainnya. Maklum saja, media sosial ini memang sedang digandrungi oleh semua kalangan.

Lainnya, kendala yang kerap dihadapi adalah naik turunnya harga bahan baku. Haris pun harus memutar otak saat harga bumbu sedang mahal.

Musripah, pemilik Nasi Pindang Pak Ndut asal Semarang juga menilai makanan khas Indonesia bakal terus berjaya dan disukai oleh semua konsumen. Buktinya, usaha makanan yang dijalaninya masih eksis dari tahun 1991 hingga saat ini. Omzetnya terus naik, dalam sehari total penjualannya berkisar Rp 900.000-Rp 1,5 juta.

Sampai sekarang Musripah masih turun tangan untuk meracik bumbu dan memasak seluruh menu yang dijual. Mempertahankan kualitas rasa, menjadi senjata andalannya untuk terus bertahan agar tidak ditinggalkan oleh pelanggan.

Berbeda dengan sebelumnya, dia enggan melakukan promosi berlebihan. Alasannya, pasar sudah banyak yang mengetahui usaha kuliner miliknya. "Tamu-tamu dari luar kota juga suka datang sendiri ke warung meski kami tidak berpromosi," katanya.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×