kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Kemitraan batagor masih gurih


Senin, 09 Februari 2015 / 16:58 WIB
Kemitraan batagor masih gurih
ILUSTRASI. Kriteria Orang Ini Wajib Mengurangi Kadar Gula Tubuh


Reporter: Izzatul Mazidah, Rani Nossar, Tri Sulistiowati, Yuthi Fatimah | Editor: Rizki Caturini

Jajanan lokal seperti bakso tahu goreng atau batagor kini makin mudah ditemukan di berbagai tempat. Rasanya yang gurih makin nikmat disantap dengan bumbu kacang  kecap manis dan saus.

Penggemarnya pun berasal dari berbagai kalangan usia dan kelas sosial. Lantaran pasarnya yang luas, banyak pengusaha kuliner yang menjajal usaha ini. Bahkan tidak sedikit yang menawarkan kemitraan usaha untuk mengembangkan usaha.

Dari hasil pantauan KONTAN,  tak sedikit merek usaha yang berkembang, seiring pertumbuhan penjualan di gerai yang beroperasi. Ada pula yang kesulitan menambah gerai lantaran manajemen yang kurang tertata baik. Untuk mengetahui perkembangan terkini tawaran usaha batagor dan prospeknya, KONTAN kembali mengulas sejumlah tawaran bisnis batagor kemitraan yaitu dari Batagor Jepang Takashi Mura, Batagor Pelangi, dan Batagor Hanimun. Berikut ulasannya:

Batagor Jepang Takashi Mura

Meski namanya kental dengan nuansa Jepang, Batagor Jepang Takashi Mura (BJTM) berasal dari Malang, Jawa Timur. Usaha besutan Ridwan Abadi ini berdiri sejak tahun 2008. Dia membuka kemitraan usaha di tahun yang sama saat gerainya masih berjumlah tiga di Malang.

Ketika Juli 2010, KONTAN mengulas usaha ini, BJTM telah memiliki 17 gerai milik mitra yang tersebar di Surabaya, Semarang, Salatiga, Ambarawa, Kudus, Demak, Tangerang, dan Depok.

Kini, usaha BJTM cukup memperlihatkan perkembangan yang cukup signifikan. Buktinya, total gerainya sudah ada 80 buah, yakni 20 gerai milik pusat dan sisanya milik mitra.

Jika dulu mitranya hanya ada di sekitar Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jabodetabek, maka sekarang ekspansi usaha BJTM sudah mencapai luar pulau Jawa seperti Pekanbaru, Batam, Balikpapan, dan Banjarmasin.

Dulu, Ridwan menawarkan tiga paket kemitraan, yakni paket gerobak dengan nilai Rp 25 juta, paket booth Rp 35 juta, dan paket indoor seharga Rp 50 juta. Nah, Ridwan bilang sekarang tidak ada lagi tawaran paket booth dan diganti menjadi dua paket resto yakni paket senilai Rp 150 juta dan paket Rp 250 juta.

Ridwan mengatakan, perkembangan jumlah gerai usahanya lantaran dia selalu memberi inovasi baru pada produk jualan. Batagor BJTM memang cukup unik sebab Ridwan memberi rasa ikan dan udang yang dominan serta menggunakan tahu pilihan.  

Sementara sausnya selain saus kacang juga tersedia saus teriyaki dan saus mayonais.Sejak awal berdiri harga jual menu sudah naik dari Rp 8.000 per porsi menjadi Rp 10.000 per porsi.

Kendala selama lima tahun berjalan ini menurut Ridwan adalah pengiriman bahan baku dari ekspedisi yang terkadang sering terlambat. Padahal bahan baku batagor yang dia distribusikan ke mitra harus selalu segar. Selain itu harga bahan baku batagor yang selalu naik, ikut menambah biaya operasional usaha.

Namun Ridwan optimistis dengan rutin mengeluarkan menu-menu baru setiap dua bulan sekali, usahanya tetap terus berkembang. Hingga akhir 2015, Ridwan menargetkan ingin membuka minimal 150 gerai lagi.

Batagor Hanimun

Usaha batagor ini didirikan pada tahun 2007 oleh Angga Januar di Bandung, Jawa Barat. Sejak 2011, Angga mulai mengembangkan usahanya lewat kemitraan.

Saat KONTAN mengulas tawaran kemitraan Batagor Hanimun pada Oktober 2014 silam, sudah ada tiga gerai pribadi dan empat gerai milik mitra yang tersebar di Jabodetabek. Kini, selang beberapa bulan, jumlah gerai Batagor Hanimun belum bertambah.

Meskipun demikian, Angga mengaku perkembangan Batagor Hanimun saat ini masih bagus. Sebab, Angga bekerjasama dengan salah satu supermarket di Indonesia, yaitu Carrefour sejak November 2014. Di beberapa gerai Carrefour di Jakarta, Batagor Hanimun mendirikan kios untuk berjualan. "Insya Allah, Maret 2015 nanti sistemnya akan berubah menjadi beli putus," kata Angga.

Selain itu, Angga bilang, perkembangan Batagor Hanimun terlihat dari meningkatnya jumlah produksi menjadi 6.000 buah per hari dari sebelumnya sekitar 3.000−4.000 buah per hari.

Adapun harga paket investasi Batagor Hanimun mengalami perubahan menjadi Rp 20 juta dari sebelumnya Rp 15 juta. Ini karena Angga menambah perlengkapan baru seperti alat pemanas makanan. Bukan hanya itu, inovasi pembuatan bahan baku pun penambahan biaya investasi. "Dengan inovasi pembuatan batagor ini, daya tahan untuk penyimpanan jadi lebih lama meski tanpa menggunakan bahan pengawet," ungkap Angga.

Selain batagor, Angga juga menawarkan menu seperti siomay, bakso Malang, dan cuanki. Kali ini, ia menawarkan menu baru, yaitu siomay cheese roll. Masalah harga, Angga masih masih mematok seluruh menunya seharga Rp 18.000 per porsi. Ia tak ragu jika harga batagor buatannya dibilang mahal karena pria asli bandung ini sangat menjamin rasa dan kualitas.

Dia mengklaim Batagor Hanimun memiliki kelebihan komposisi penggunaan bahan baku ikan yang dominan, teksturnya yang empuk, dan tidak menggunakan bahan pengawet.

Sejauh ini, kendala yang ia rasakan lebih kepada motivasi diri dalam berbisnis. "Bisnis itu kan bisa berakhir kapan pun. Namun itu tergantung bagaimana menjaga motivasi itu," ujar pria asli Kota Kembang ini.

Tak jarang hambatan eksternal juga menghampiri Angga. Misalnya harga kontrak sewa yang semakin mahal. Akan tetapi, dia bilang hal itu bisa disiasati dengan berjualan bersama teman lainnya sehingga meminimalisir biaya sewa tempat.

Batagor Pelangi

Merek lainnya yaitu Batagor Pelangi milik Didit Jakso Tranggono. Pria asal Depok ini memulai usaha sejak tahun 2012. Kondisi perkembangan gerai ketika KONTAN mengulas usaha ini pada Juli 2013 dan kini ternyata masih sama, yakni satu gerai milik pusat di Depok dan satu gerai milik mitra di Ciracas Jakarta Timur.

Didit beralasan, dia sempat vakum berjualan kurang lebih satu tahun karena kesulitan mengontrol mitra yang kurang berdedikasi terhadap usaha. Padahal, batagor yang dijajakan Didit memang lebih unik di antara yang lainnya, yakni menggunakan pewarna alami dari sayur-sayuran seperti wortel dan bayam. Itu sebabnya warna batagornya berwarna-warni seperti pelangi.

Untuk harga jual, satu porsi kecil batagor yang dulu seharga Rp 7.000 kini naik menjadi Rp 8.000 per porsi. Namun untuk porsi besar, harganya tetap sama, yakni Rp 11.000 per porsi.

Sementara untuk paket investasi kemitraan, tidak ada perubahan yakni senilai Rp 5 juta dan Rp 6 juta. Yang berubah hanya tampilan gerobak karena kini semua memakai aluminium dengan logo warna dan gambar baru uang lebih terlihat segar dan menarik.

Mengenai target mitra di 2015, Didit menganggap jumlah mitra bukan tujuan utamanya menawarkan kemitraan, namun bagaimana meningkatkan kualitas mitra yang sudah ada dan mencari calon mitra yang benar-benar serius.

Dan bicara soal kendala, hingga saat ini yang sering jadi masalah yang kerap muncul adalah mencari karyawan yang jujur dan konsisten dengan pekerjaannya. Sebab, karyawan yang berganti-ganti  justru menghambat perkembangan usaha.         

Khoerussalim Ikhsan, Konsultan Waralaba dan Wirausaha menilai, potensi usaha batagor masih bagus karena karena makanan tersebut sudah dikenal oleh konsumen. Meski begitu, persaingan di bisnis ini sudah semakin ketat lantaran banyaknya pelaku usaha baru sejenis yang bermunculan. Tidak heran bila ada sebagian pelaku usaha batagor yang sulit berekspansi.

Apalagi tawaran usaha dengan investasi relatif murah sangat mudah untuk ditinggalkan oleh mitra. Sehingga, sulit mencari mitra yang serius berbisnis.
Salim mengatakan, ada tiga poin utama yang menjadi kunci keberhasilan usaha sejenis ini. Pertama, kualitas karyawan. Umumnya pusat maupun mitra tidak mempunyai kualitas karyawan yang baik karena kurangnya pelatihan dan pengetahuan.

Kedua, sistem manajemen yang sederhana membuat sistem tersebut mudah ditiru oleh pengusaha lainnya. Dan ketiga, standar rasa produk. "Pelaku usaha harus bisa membuat rasa produknya konsisten dan enak agar dapat menarik pelanggan kembali," katanya pada KONTAN.

Salim menambahkan, bila salah satu dari ketiga poin tersebut tidak ada maka akan sulit untuk membuat usaha kemitraan sukses. Selain itu, promosi juga harus dilakukan untuk mengingatkan brand awareness konsumen dan untuk meningkatkan jumlah mitra. Salah satu cara yang baik dilakukan adalah dengan mengikuti pameran waralaba atau pameran makanan. Agar usaha bisa bertahan , inovasi produk harus juga dilakukan tetapi harus diiringi oleh pengetahuan dan semangat dari pemilik usaha.                n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×