Reporter: Pravita Kusumaningtias, Revi Yohana, Marantina, Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Soto merupakan makanan khas Indonesia. Kuahnya yang hangat dan sarat bumbu menjadikan kuliner ini punya banyak penggemar. Makanan ini pun bisa dinikmati semua usia dan kalangan. Tak heran banyak penjaja soto, baik skala kaki lima hingga kelas resto.
Kelebihan usaha soto adalah cenderung stabil, tidak mengalami pasang surut seperti bisnis kuliner lainnya, yang kadang mengandalkan tren semata.
Dari tiga kemitraan yang KONTAN ulas kali ini, semuanya pun mampu berkibar, karena mampu mempertahankan kualitas rasa. Jika, Anda tertarik menjajal bisnis soto, tak ada salahnya mencermati hasil review usaha Soto Kudus Kauman, Soto Kudus Pak Minto, dan Soto Ayam Jolali berikut ini.
Soto Kudus Kauman
Usaha soto yang dirintis Ludi Priyanto di Jakarta pada 2005 ini masih terus berkembang dari tahun ke tahun. Tahun lalu, tercatat ada 14 gerai Soto Kudus Kauman yang tersebar di wilayah Jabodetabek dan Jawa Tengah.
Nah, dalam setahun terakhir, usaha ini berhasil menambah dua gerai baru. Jadi, sekarang total sudah ada 16 gerai. Rinciannya, empat gerai milik pusat, sisanya milik mitra. "Sebentar lagi, akan ada gerai baru yang akan dibuka di Palembang," tutur Ludi.
Sampai sejauh ini, Ludi belum mengerek biaya investasi untuk menjadi mitra Soto Kudus Kauman. Calon mitra cukup menyiapkan kocek sejumlah Rp 60 juta. Investasi tersebut sudah termasuk joint fee sebesar Rp 30 juta, dan paket peralatan lengkap.
"Tapi jika dengan sewa tempat sekitar Rp 170 juta," paparnya. Bagi calon mitra yang belum memiliki tempat, Ludi memang bersedia mencarikan lokasi yang strategis. Ia bilang, rata-rata tempat disewa untuk dua tahun, walaupun akan lebih praktis bila mitra menyewa sekaligus untuk lima tahun.
Selain paket investasi yang masih sama, harga jual produk ke konsumen pun masih tetap seperti tahun lalu. Soto racikannya tetap dibanderol Rp 9.000 per porsi.
Ludi mengaku, walaupun prospek Soto Kudus Kauman sangat bagus selama ini, namun ada kalanya harga bahan baku melonjak. "Bulan Maret-April lalu, harga-harga sempat naik, tapi saya tidak menaikkan harga atau mengurangi bumbu. Saya mengakali dengan penghematan di bagian lain," bebernya.
Ke depan, ia membidik pembukaan cabang di setiap provinsi di Indonesia. Pamor Soto Kudus Kauman memang tidak diragukan. Selain populer di segala lapisan masyarakat, soto ini juga telah menjadi langganan istana setiap tahun di hari Lebaran.
Ludi mengklaim, kunci kesuksesan adalah selalu mempertahankan konsistensi kualitas bumbu dan resep soto. Selain itu, ia tetap mengratiskan bagi ibu hamil yang makan di tempatnya. "Makan gratis untuk ibu hamil bukann untuk promosi, tapi untuk mengenang kisah antara saya dan ibu saya," ucapnya.
Soto Kudus Pak Minto
Kabupaten Kudus memang sangat terkenal dengan racikan sotonya. Salah satu usaha kuliner yang menyajikan soto kudus, ialah Soto Kudus Pak Minto. Kedai ini berdiri sejak 2007 di Depok, Jawa Barat. Namun, pemiliknya, Azam Rusdianto, baru menawarkan kemitraan pada 2011.
Ketika KONTAN mengulas kemitraan ini pada April 2011, Soto Kudus Pak Minto sudah punya 4 gerai yang tersebar di Malang, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Tengah.
Dua tahun berselang, jumlah gerainya bertambah cukup pesat menjadi 20 gerai yang tersebar di Pulau Jawa, NTB, dan Bali. Adapun, lima gerai milik pusat, sementara sisanya milik mitra.
Azam bilang, bisnisnya bisa berkembang relatif pesat karena menu yang ditawarkannya sudah cukup populer dan berupa kuliner tradisional. “Sekarang masyarakat malah sangat menghargai masakan tradisional, salah satunya soto kudus,” katanya.
Di kedai Pak Minto, Soto Kudus disajikan dalam mangkuk keramik mungil, layaknya soto Jawa Tengah. Dengan kuah bening, rasanya cenderung lebih gurih dari soto ayam biasa. Keunggulan lain dari kedai Pak Minto, yaitu menyajikan juga menu andalan lain, seperti garang asem dan pindang daging.
Seiring perkembangan usaha ini, maka paket investasi pun lebih tinggi. Jika, dulu, Azam menawarkan kemitraan seharga Rp 30 juta, kini nilai investasi sudah naik menjadi Rp 40 juta. Rinciannya, sebesar Rp 35 juta untuk franchise fee, plus Rp 5 juta untuk pendampingan usaha.
Dengan investasi itu, mitra akan mendapatkan perlengkapan dapur, seperti angkringan soto, freezer box, kompor, dan peralatan makan.
Azam optimistis, gerai mitra bisa meraup omzet Rp 60 juta sebulan, dengan laba bersih sekitar 30%. “Dalam kurun waktu 9 bulan, mitra sudah balik modal,” ujarnya.
Selain paket investasi, Azam juga mengerek harga jual menu, masing-masing sekitar Rp 2.000. Jadi, sekarang, beragam menu di kedai Pak Minto dibanderol berkisar Rp 10.000 hingga Rp 17.000 per porsi.
Meski tidak menargetkan jumlah penambahan mitra, namun Azam berharap, mitranya bisa tersebar ke seluruh pulau-pulau di Indonesia. Ia yakin, soto kudus bisa diterima lidah masyarakat dari Sabang hingga Merauke.
Soto Ayam Jolali
Usaha soto ayam ini dirintis Hendro Dwi Sriyantono sejak 2006 di Surabaya, Jawa Timur. Brand yang mengusung menu soto ayam kampung khas Surabaya ini pun mulai menawarkan kemitraan dua tahun kemudian.
Terakhir KONTAN mengulas kemitraan ini pada Juli 2011, tercatat sudah ada 30 gerai Soto Ayam Jolali. Sekarang, jumlahnya bertambah menjadi 36 gerai, yang tersebar di Surabaya, Bekasi, dan Sulawesi.
Hendro menuturkan, belakangan ini, pertumbuhan gerai Soto Ayam Jolali lebih banyak di kawasan Indonesia Timur. Seperti setahun terakhir, mitra baru datang dari Lombok, dan Sulawesi. Ia bilang, sejauh ini, promosi masih menggunakan cara serupa, yakni promosi online dan mengikuti pameran dari Departemen Perdagangan.
Menurut Hendro, kunci bisa bertahan di bisnis ini adalah mampu mempertahankan kualitas rasa soto. "Karena ini bisnis di bidang makanan, makanya yang terpenting kualitas," ungkapnya. Makanya, ia mewajibkan mitra membeli bumbu serta koya dari pusat. Sedangkan, untuk bahan baku lainnya diserahkan kepada mitra.
Ada tiga menu pilihan di gerai Soto Ayam Jolali, yaitu soto ayam campur, soto ayam jeroan, dan soto ayam kulit. "Kami mempertahankan keaslian soto Surabaya," klaim Hendro mengenai alasan tak adanya penambahan varian menu soto baru.
Dalam setahun terakhir, harga soto yang dijajakan pun masih sama, yakni berkisar Rp 8.000-Rp 12.000 per porsi.
Besaran paket investasi pun masih sama. "Kami menyasar pasar menengah bawah, jadi diusahakan harga paket dan produk tidak terlalu sering naik," imbuh Hendro.
Ada dua paket yang ditawarkan. Pertama, paket gerobak dan tenda senilai Rp 20 juta. Mitra berhak mendapat perlengkapan seperti gerobak, tenda, meja dan kursi, mangkok soto, perlengkapan memasak, dan bahan baku.
Kedua, paket ruangan senilai Rp 30 juta. Mitra mendapatkan peralatan yang sama dengan jumlah lebih banyak.
Hendro juga memberikan pelatihan standar bagi mitra, seperti pelatihan meracik, menyajikan, melayani konsumen, hingga pemasaran. Ia mengutip royalty fee sebesar 3,5% dari omzet mitra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News