kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemtan: Impor kedelai sebaiknya terkena bea masuk


Sabtu, 14 Juli 2018 / 10:00 WIB
Kemtan: Impor kedelai sebaiknya terkena bea masuk


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) mengusulkan penerapan bea masuk untuk kedelai impor sebesar 10%-20%. Langkah ini demi mendorong penggunaan kedelai lokal. Soalnya, produksi kedelai nasional hingga April 2018 sebanyak 400.000 ton dan sampai akhir tahun bisa mencapai 1,4 juta–1,5 juta ton.

Pada 2017, produksi kedelai nasional hanya 675.000 ton, turun dari 2016 yang mencapai 859.000 ton. Peningkatan produksi kedelai nasional di 2018 lantaran Kemtan memperluas lahan tanam.

"Pemerintah memfasilitasi seluas 546.000 hektare (ha) untuk dongkrak produksi kedelai nasional. Hasilnya sudah terlihat dan September nanti juga ada panen raya di sentra kedelai, seperti di Aceh, Riau, Jambi, Lampung, Pulau Jawa, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, serta Gorontalo," ungkap Mulyono, Kepala Subdit Kedelai Kemtan, Jumat (13/7).

Biar petani semangat menanam kedelai, Kemtan ingin para pengusaha tempe memanfaatkan produk lokal. "Memang, seharusnya perajin tempe menggunakan kedelai lokal, karena kualitasnya lebih bagus dibanding kedelai impor," kata Mulyono.

Kedelai lokal merupakan produk nontransgenik alias non-GMO yang minim nutrisi kimia tambahan. Alhasil, bisa menghasilkan tempe lebih bagus dibandingkan dengan bahan baku impor.

Hanya, selama ini perajin tempe sudah terlanjur tergantung pada kedelai impor. Untuk mendorong peralihan tersebut, Kemtan meminta Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk membahas kenaikan tarif bea masuk impor kedelai. "Produk impor masuk dengan murah dan panen dalam negeri tidak ada yang serap, maka regulasi ini kami dorong agar ada bea impor impor kedelai sekitar 10%-20%," ujar Mulyono.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syariffuddin menyatakan, pengenaan bea masuk bisa merugikan Indonesia. Pasalnya, sebagian besar kedelai impor berasal dari Amerika Serikat (AS). "Jika ada bea impor kedelai, bisa memanaskan perang dagang AS dan China," sebut Aip.

Selain itu, bea impor akan semakin membebani pengusaha tempe. Padahal, saat ini pelaku usaha sudah menanggung kenaikan biaya akibat pelemahan rupiah. Untuk posisi rupiah di kisaran Rp 14.500, harga kedelai di tingkat importir mencapai Rp 7.000 per kg, dari sebelumnya hanya Rp 6.750 per kg.

Di sisi lain, pasokan kedelai lokal belum teruji. "Berbeda dengan kedelai dari AS, pasokannya stabil," tegas Aip.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×