kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Keprihatinan terhadap dunia pendidikan dorong lahirnya aplikasi digital


Minggu, 09 Desember 2018 / 06:15 WIB
Keprihatinan terhadap dunia pendidikan dorong lahirnya aplikasi digital


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Kemudahan tersebut terasa dengan hadirnya beberapa website maupun aplikasi digital yang membantu proses belajar mengajar. Beberapa tahun terakhir, aplikasi digital bidang pendidikan terus bermunculan. Fenomena ini berawal dari berbagai keprihatinan terhadap dunia pendidikan tanah air. 

"Inibudi.org awalnya diluncurkan karena melihat perkembangan tekonologi makin pesat, tapi belum ada konten pembelajaran yang banyak masuk dan memanfaatkan teknologi ini," kata Wilita Putrinda, Managing Director Inibudi.org. 

Wanita yang akrab disapa Upi ini menjelaskan, kebangkitan era digital seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para pengajar dan praktisi pendidikan untuk menyebarkan materi belajar dengan cepat. Inibudi.org lahir karena inisiatif membantu pemerintah mempercepat akses kualitas materi belajar, terutama bagi anak-anak di pelosok Indonesia dan di daerah terpencil. 

"Selama ini kita sama-sama tau kalau akses pendidikan itu tidak merata. Ada ketimpangan, apalagi buat anak-anak yang ada di pelosok. Nah, dengan adanya Inibudi.org ini, kami ingin anak-anak di pelosok Indonesia bisa belajar materi yang sama dengan anak-anak di kota," jelas Upi. 

Inibudi.org menyediakan materi belajar berupa video interaktif. Materi belajar yang disediakan yakni materi SD, SMP, dan SMA. Video tersebut disebarkan lewat Youtube dan website Inibudi.org. Semua video materi belajar bisa diunduh dan setelah itu diputar offline

Tak hanya Inibudi.org yang lahir dari keprihatinan timpangnya pemerataan pendidikan di Indonesia. Aksara Maya, aplikasi penyedia buku digital juga lahir dari keprihatinan serupa. Ketimpangan pendidikan yang membuat persebaran buku tidak merata, yang jadi fokus utama Aksara Maya. 

"Aksara Maya muncul karena saya miris, di Indonesia perputaran buku itu minim. Kalau menurut survei, satu buku itu dibagi untuk 12 anak. Berbeda jauh dengan negara maju di Eropa sana, satu anak punya jatah sampai 10 buku," jelas Sulasmo Sudharno, founder Aksara Maya. 

Berawal dari keinginan untuk membangkitkan budaya membaca di tanah air membuat Sulasmo dan tim Aksara Maya menyediakan buku dengan akses digital. "Istilahnya kami ini berusaha untuk mendigitalisasi perpustakaan. Aturan mainnya persis sama seperti kalau kita pinjam buku di perpustakaan. Jumlah bukunya terbatas, jadi harus antri kalau mau pinjam," jelasnya. 

Aksara Maya besutan Sulasmo ini berhasil menjadi penggerak perpustakaan digital di tanah air. Sejumlah proyek perpustakaan digital di beberapa kota lahir dari ide Sulasmo ini. Sebut saja aplikasi perpustakaan digital, seperti iJakarta, iBandung, iKulonprogo, dan iPusnas lahir dari inisiatif Aksara Maya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×