kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kerajinan bambu eksis berkat sarana digital (bagian 1)


Sabtu, 06 Juli 2019 / 10:20 WIB
Kerajinan bambu eksis berkat sarana digital (bagian 1)


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produk kerajinan bambu hingga kini masih tetap eksis tidak kalah dengan produk kerajinan lainnya. Kerajinan yang dihasilkan dari bambu juga beragam. Mulai dari aneka wadah untuk kebutuhan rumah tangga, hingga aksesori seperti seruling, gantungan kunci, tempat undangan dan lain-lain.

Melihat peluang tersebut, Purnomo Aji Utomo kepincut untuk berbisnis kerajinan bambu. Persoalan tidak punya ketrampilan dalam membuat kerajinan bambu, tidak menjadi halangan baginya untuk bisa berbisnis di produk kerajinan tersebut.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, ia mencari beberapa perajin bambu yang ada di sekitar Gunung Kidul, Yogyakarta. Secara perlahan, usaha yang mulai ia geluti pada 2015 tersebut membuahkan hasil. "Awalnya memasarkan di media sosial di kerajinanbambu.id," katanya kepada KONTAN.

Pelan namun pasti, pesanan yang didapat semakin bertambah. Berawal dari beberapa perajin bambu yang menjadi mitra bisnisnya, kini Purnomo sudah menggandeng sebanyak tujuh perajin. Malah, saat awal usaha ia pernah mendapat pesanan sebanyak 10.000 unit gasing bambu.

Kalau awalnya ia hanya melayani pasar sekitar Gunung Kidul dan sekitarnya, kini sudah menyebar luas. Seperti ke Solo, Boyolali, Semarang, Pati, Surabaya, Cirebon serta Jakarta. Untuk pengiriman, ia sudah menjalin kerjasama dengan beberapa perusahan kurir dan logistik.

Hasilnya pun tergolong manjur. Berkat bantuan sarana digital dan juga ke beberapa marketplace, Purnomo saban bulan bisa menjual rata-rata sekitar 1.000 unit sampai 2.000 unit dengan harga termahal sekitar Rp 40.000 per buah.

Sedangkan untuk target yang diharapkan adalah bisa meraup penjualan minimal mencapai 3.000 unit saban bulannya. "Saya harap order bisa melonjak dua kali lipat dari biasanya," harapnya.

Pemain lain yakni Tias Siskawati juga melakoni usaha yang sama lewat Cokelat Bamboo. Awal mula Tias berkecimpung di bisnis kerajinan bambu adalah saat masih duduk di bangku kuliah ada pelajaran pemberdayaan masyarakat. Temannya soal pemasaran produk kerajinan bambu yang tidak berkembang.

Berawal dari membantu perajin bambu, Tika langsung tertarik di bisnis kerajinan bambu yang ia mulai pada 2016. "Awalnya saya beli dan jual via Instagram," akunya.

Ternyata hasilnya positif dan ia mulai kebanjiran pesanan. Mitra perajin bambu pun ia tambah. Dan kini ia sudah menjalin kerjasama dengan tujuh perajin yang ada di Yogyakarta dan Banyuwangi.

Masing-masing perajin punya ciri khas. Perajin asal Yogyakarta biasa membuat besek, tumbu, tampah, dompet dan lainnya, sedangkan dari Banyuwangi ke produk rantang truntum, keranjang, dan lainnya. Saban bulan Tias mengaku mampu menjual 2.000 kerajinan bambu.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×