Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Digitalisasi telah merambah ke semua sektor. Termasuk juga ke bidang pendidikan. Terutama, pendidikan tinggi.
Melihat peluang tersebut, Sevima, startup penyedia teknologi bagi pendidikan (edutech), langsung menawarkan sistem akademik berbasis teknologi ke perguruan tinggi. Mulai dari layanan administrasi pendidikan, pembelajaran jarak jauh, manajemen kampus, hingga keuangan.
Menurut Andry Huzain, Chief Marketing Officer Sevima, sebetulnya, setiap perguruan tinggi yang ada di Indonesia menginginkan layanan teknologi pendidikan seperti yang Sevima berikan. Namun, untuk bisa mengembangkan teknologi digital pendidikan yang terintegrasi, jelas membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Maka dari itu Sevima mencoba menjembatani kebutuhan tersebut dengan layanan yang mereka miliki.
"Masalah kampus sama, kami mencoba menggeneralisasi persoalan tersebut ke sistem cloud berlangganan," kata Andry belum lama ini.
Baca Juga: Pocket Kumpulkan Pendanaan Pra-awal yang Dipimpin oleh East Ventures
Hasilnya pun langsung terlihat. Usaha yang sudah Sevima rintis sejak 2003 ini langsung mendapat mitra perdana, yakni Institut Teknologi Surabaya (ITS). Kampus berbasis di Surabaya ini memakai Sevima untuk pengembangan sistem akademik mereka.
Setelah kampus ITS, pelan namun pasti, beberapa kampus lain juga berhasil Sevima gaet.
Di tahun 2012 saja, jumlah kampus yang memakai jasa Sevima sudah mencapai 50 perguruan tinggi. Di antaranya adalah Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Kristen Petra, Universitas Mercu Buana, Universitas ESA Unggul, dan UPN Veteran Jakarta.
Seiring waktu berjalan, Sevima tidak hanya mendapat kepercayaan dari perguruan tinggi, tapi juga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sepanjang 2013-2021, Sevima turut menjadi bagian dalam pembangunan pendataan Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Mulai dari menyusun Data Pokok Pendidikan (DAPODik) hingga pengembangan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) dengan membuat aplikasi bertajuk Feeder PDDIKTI.
Memasuki usia ke 20 tahun, kini Sevima telah melayani 800 perguruan tinggi dengan total tiga juta pengguna, mulai dari mahasiswa, dosen, hingga operator kampus. Apalagi, saat pandemi Covid-19, semakin banyak perguruan tinggi yang melakukan transformasi digital.
Hasil tersebut tidak terlepas dari kemauan dari Sevima yang menerima feedback dari pengguna untuk layanan berkelanjutan berikutnya.
"Itu mungkin yang menjadikan Sevima berbeda dengan edutech lain," kata Andry.
Alhasil, perputaran uang yang ada di Sevima saban bulan rata-rata mencapai Rp 650 miliar sampai Rp 700 miliar.
Melihat hasil ini, Sevima berencana untuk mengembangkan layanan sistem pendidikan di level berikutnya. Yakni ke tingkat SD, SMP, dan SMA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News