Reporter: Revi Yohana, Marantina, Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Mungkin Anda pernah menjumpai miniatur kereta kuda, atau patung hewan yang berkilau dan bening bak kristal? Bila Anda ingin membeli, harap Anda cermati bahannya. Ada miniatur yang terbuat dari kristal, namun ada pula yang bahannya bahan lain, termasuk kaca. Perajin di Jawa Timur mampu membuat beragam kerajinan cantik bak kristal tetapi bahannya dari kaca pyrex.
Berbeda dengan kaca pada umumnya, kaca pyrex akan meleleh bila dipanaskan pada suhu 700 derajat Celcius. Sementara kaca biasa akan pecah bila dipanaskan. Nah Saat meleleh itulah, kaca bisa dengan mudah dibentuk menjadi beragam pernak-pernik. Maka, lahirlah kerajinan kaca pyrex yang cukup populer di Jawa Timur, terutama di Sidoarjo.
Tidak sembarang orang bisa membuat kerajinan ini; diperlukan latihan bertahun-tahun hingga seseorang mampu menyulap kaca pyrex menjadi produk kerajinan yang bernilai tinggi. Proses pengerjaan produk kerajinan ini tidak memakai cetakan, melainkan kaca dipanaskan sembari dibentuk sesuai keinginan.
Salah satu pioner kerajinan kaca pyrex adalah Andi Rifiansyah. Sejak 2004, di bawah bendera Netha Art and Craf, ia membuat beragam miniatur, patung dan piala dari kaca pyrex.
Ia belajar seni mengolah kaca pyrex di Malaysia selama tiga tahun. Kini, hasil karya pria asal Sidorjo ini sudah menembus pasar mancanegara, seperti Autralia, Belanda, dan Jerman.
Andi bilang, hasil karya paling berkesan yang dibuatnya adalah miniatur patung kereta kuda Asta Brata. Soalnya, tinggi patung ini mencapai 1 meter, dan proses pengerjaannya hingga tiga hari.
Tergantung kerumitan
Andi melego setiap karya tergantung ukuran, dan tingkat kerumitan. Produk ukuran kecil dan simpel dibanderol Rp 15.000, sementara yang rumit dan besar mencapai Rp 300.000.
Pria 34 tahun ini memasarkan karyanya di Surabaya, juga gedung SMESCO Jakarta, dan secara online. Dalam sebulan, ia mampu meraih omzet Rp 65 juta. Wajar, produksi Andi cukup besar. "Sebulan, yang ukuran kecil bisa bikin hingga ribuan, kalau yang besar sekitar ratusan unit," ucapnya.
Andi menyebut, inspirasi membuat kerajinan pyrex bisa datang dari mana saja. Misalnya, saat berjalan-jalan di mal atau luar kota. Ia juga kerap mengerjakan sesuai model yang dipesan pembeli.
Perajin kaca pyrex lainnya, Sujud Setiabudi mengaku, belajar membuat kerajinan pyrex secara autodidak. "Saya butuh sekitar enam bulan untuk sekadar bisa. Tetapi, sampai sekarang masih terus belajar supaya bisa bikin kerajinan yang lebih rumit dan unik," tuturnya.
Pria yang merintis usaha kerajinan pyrex pada 2008 ini, membuat suvenir, piala, hingga bentuk patung. Hasil karyanya dilego mulai dari Rp 15.000 hingga jutaan.
Sujud bilang, ada beragam ukuran kaca pyrex yang digunakan, mulai 7 milimeter (mm) hingga 20 mm. Bahan baku didapat dari distributor di dalam negeri. "Kaca itu buatan Jepang. Jadi, harus inden lewat distributor, karena terbatas," ujarnya.
Sementara, Andi memilih mengimpor langsung dari Jepang. Namun, sebagian ada pula yang dipasok dari agen di Bandung. Kaca pyrex dijual Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per kotak.
Sujud hanya butuh lima menit untuk membuat suvenir ukuran kecil, panjang 7 cm. Jika, produk yang dibuat lebih besar, pengerjaannya bakal lebih lama. Tiap bulan, dibantu tiga karyawannya, Sujud bisa menghasilkan 5.000 item kerajinan berbagai ukuran.
Omzet yang diraup pria asal Malang ini rata-rata Rp 50 juta per bulan. Supaya kian dikenal, ia memasarkan produk dengan cara menitipkan pada kenalannya di Bali, Jakarta, dan Malang.
Perajin kaca pyrex lainnya adalah Didik Sugiono di Surabaya. Pemilik usaha Kaca Craft ini sudah menggeluti usaha kerajinan pyrex sejak 1999. Ia pertama kali tertarik menggeluti kerajinan pyrex setelah diperkenalkan oleh perajin asal Malaysia. "Setelah tahu cara bikinnya, dan keunikan kerajinan ini, saya terpikat," kenangnya.
Ia bilang, yang unik dari bahan kaca pyrex adalah sifatnya yang mudah dibentuk saat terkena panas. Lantaran proses pembentukan tak memakai mesin, bentuknya pun bisa sangat unik sesuai kreativitas perajin.
Namun, proses pengerjaan harus teliti. Saat kaca meleleh, harus langsung dibentuk. "Sebab, hanya beberapa detik pasca dipanaskan, kaca akan mengeras lagi," papar Dikdik.
Tidak jarang pemesan hanya membawa contoh objek dua dimensi. Padahal untuk membuat produk perlu detail yang akan lebih mudah kalau contohnya tiga dimensi. "Makanya, saya sering harus mengulang dua hingga tiga kali, jika belum sesuai keinginan pembeli," tuturnya.
Kata Dikdik, bentuk yang paling banyak dipesan adalah hewan, mulai dari hewan berkaki empat, hingga jenis kecil seperti semut, cicak, dan kecoa. Ia menerima pesanan dari berbagai wilayah di tanah air. Rata-rata, Dikdik bisa mengumpulkan omzet sekitar Rp 25 juta dari jualan kerajinan kaca pyrex.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News