kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kini, giliran gerai piza lokal unjuk gigi


Minggu, 16 September 2018 / 06:00 WIB
Kini, giliran gerai piza lokal unjuk gigi


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Meski bukan kuliner asli dari negeri ini, piza sudah lekat dengan lidah masyarakat Indonesia. Kudapan khas Italia ini sudah tak asing lagi bagi konsumen lokal.

Roti berbentuk bundar dan pipih dengan aneka taburan serta lelehan keju mozarella mulai dikenal masyarakat sekitar tahun 1980-an. Namun, saat itu, piza yang akrab di lidah orang Indonesia bukan piza ala Italia.

Ada sebuah restoran waralaba piza pertama dan tertua di Indonesia yang membawa piza ke sini. Sejak saat itu, piza menjadi salah satu alternatif makanan di Indonesia. Beberapa resto piza serupa pun kemudian bermunculan.  

Lantaran porsi yang besar dan bisa dinikmati ramai-ramai, piza kian digemari. Peluang inilah yang dilirik oleh para pebisnis kuliner lokal. Mereka mengemas piza yang tak kalah lezat dan membuka resto piza berkonsep kekinian.  

Yang diincar adalah anak-anak muda dan keluarga muda yang ingin berkumpul bersama sambil menikmati piza. Mengincar konsumen dari kalangan menengah ke bawah, harganya pun dibuat pas dikantong. Harga per loyang piza tidak lebih dari Rp 50.000.  

Gerai-gerai piza kelas menengah bawah ini sekarang sedang menjamur di sejumlah kota. Sebut saja, Solo, Yogyakarta, Cibinong, Kediri, Lamongan, dan lainnya. Pengunjungnya ramai, bahkan beberapa sampai menimbulkan antrian.

Rahadiyan Bagus, pemilik Pizza Bees asal Solo, Jawa Tengah mengamini hal tersebut. Dia bilang, antrian panjang kerap terjadi di tanggal-tanggal gajian.

Saat ramai, penjualan bisa naik sekitar empat sampai lima kali lipat dari hari biasanya. Namun, menjelang akhir bulan gerai mulai sepi pengunjung.

"Saya mempunyai 10 cabang gerai pizza di Solo dan semuanya selalu ramai, penjualan pun terus tumbuh tidak ada yang stagnan," katanya pada KONTAN.

Sekedar info, harga pizzanya dibandrol mulai dari Rp 17.000 sampai Rp 35.000 per porsi. Untuk menunya tersedia tujuh varian pizza bergaya amerika. Namanya unik, seperti pizza cubby dan pizza cute.

Senada, Bhakti Desta Alamsyah, pemilik Pizza Hot juga mengatakan, saat awal bulan biasanya menjadi waktu panen. Total penjualan dalam sehari bisa naik 200% dari hari biasanya. Menjelang akhir bulan penjualan akan turun karena konsumen mulai membatasi tingkat konsumsinya.

Menurutnya, menjamurnya gerai pizza ini karena efek ramainya media sosial. Setiap orang berlomba-lomba untuk menggunggah aktivitasnya. Alhasil, saat dianggap menarik orang yang melihatnya juga akan bertandang ke tempat yang sama.

Sampai sekarang, gerai Pizza Hot sudah ada empat yang tersebar di Bandung, Bogor, Banjarmasin, dan Denpasar. Untuk harga produknya dibandrol mulai dari Rp 10.000 sampai Rp 30.000 per porsi.           

Biar lebih loyal, piza harus yampil menarik agar layak foto

Potensi bisnis yang menggiurkan dari piza tidak cuma dirasakan jaringan restoran waralaba piza di negeri ini, tapi juga para pebisnis kuliner lokal yang mengusung merek sendiri.

Rupanya, para pebisnis ini tidak lantas duduk manis saja melihat hasil penjualan piza mereka yang terbilang tinggi saban bulanya. Tidak kalah dengan jaringan restoran piza besar.

Para pebisnis ternyata kerap berinovasi untuk menghasilkan menu piza yang tergres. Selin itu mereka juga kerap berpromosi yang tujuannya adalah satu, supaya konsumen menjadi loyal.

Seperti Rahadiyan Bagus, pemilik Pizza Bees asal Solo, Jawa Tengah yang getol promosi i melalui media sosial, Instagram. Langkah tersebut juga dilakukan untuk memperkuat brand awarness usahanya.

Penyajian piza juga dibuat menarik dengan lelehan keju mozarella. Sehingga, pas untuk diunggah dalam akun media sosial di setiap pelanggan. Maklum saja, konsumen saat ini hobi mengunggah foto ciamiknya kedalam berbagai akun sosial. Tujuannya, agar terlihat eksis dan mengikuti jaman.

Selain itu, harga yang terjangkau menjadi kunci utama untuk menarik konsumen kalangan menengah ke bawah. "Saat harga pas dikantong mereka akan mencoba semua jenis piza yang disediakan," katanya pada KONTAN.

Namun bila antrian panjang konsumen datang, ia kerap kali kesulitan melayani konsumen yang mengular. Maklum, konsep boot dengan jumlah karyawan terbatas membuatnya cukup lama melayani konsumen.

Tapi ia melihat hal tersebut menjadi pertanda bila potensi bisnis piza lokal ini masih positif ke depannya. Lantaran makanan ini sudah tidak asing dan disukai semua kalangan.

Urusan persaingan, dia mengaku tidak khawatir karena belum banyak pemain yang masuk ke sektor ini. Sehingga, ia bakal terus menambah gerainya. Adapun saat ini, ia sudah mempunyai sebanyak 10 gerai pribadi yang berada di sekitar kota Solo.  

Senada dengan Bhakti Desta Alamsyah, pemilik Pizza Hot juga mengaku bila persaingan disektor usaha ini belum ketat. Sehingga, usaha dapat terus berkembang.

Agar bisnis eksis dan konsumen mau kembali datang, Bhakti membuat dekorasi gerai yang  instagrameble dan modern sehingga  nyaman untuk sekedar duduk berlama-lama. Tentu sambil berswafoto dengan teman atau kolega.  

Yang tidak boleh dilupakan adalah ia kerap melibatkan pelanggan atau konsumen dalam kegiata promosi. Ini sebagai salah satu  upaya agar konsumen loyal. Misalnya, mendapatkan potongan harga atau menu khusus dengan menggungah foto di media sosial.

Yang tidak boleh diabaikan, penyajian menu harus cantik dan menarik. Lantaran konsumen kerap suka foto sebelum bersantap.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×