kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kini, mengupas mangga bisa semudah mengupas pisang


Sabtu, 09 Juni 2018 / 15:05 WIB
Kini, mengupas mangga bisa semudah mengupas pisang


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia sejak dulu dikenal sebagai salah satu penghasil buah tropis terbaik di dunia. Beragam buah tropis mudah ditemukan di sini. Salah satu yang populer dan punya banyak penggemar adalah mangga. Bahkan, hampir di setiap halaman rumah ada pohon mangga.

Varietas mangga Indonesia pun sangat beragam. Setelah dua tahun lalu dunia mangga diramaikan penemuan varietas baru, yakni mangga gadung klonal 21 atau mangga alpukat, akhir tahun lalu, Balitbang Kementerian Pertanian meluncurkan varietas mangga terbaru, yakni mangga agri gardina 45 atau yang lebih dikenal dengan mangga pisang.

"Bibit mangga pisang ini saya dapat dari daerah Pasuruan karena pusat bibit mangga ini ada di sana. Baru diluncurkan sekitar November tahun lalu," ujar Henof, penjual bibit aneka mangga asal Batu, Jawa Timur, yang tertarik keunikan jenis mangga ini.  

Henof mengatakan, buah mangga pisang ini memiliki rasa yang lebih manis dan cara mengupas yang praktis. "Kalau mangga alpukat membukanya seperti alpukat. Nah, mangga pisang ini, cara mengupasnya seperti pisang, kulitnya bisa dikupas dengan tangan kosong, tanpa harus memakai pisau," jelasnya.

Bibit mangga pisang milik Henof dibanderol mulai Rp 50.000–Rp 150.000 per pohon. Harga bibit tergantung ketinggiannya. Henof menjual bibit mangga pisang mulai tinggi 50 centimeter (cm) sampai 1 meter (m).

"Karena saya juga baru jualan bibit mangga pisang, jadi pelanggannya masih di sekitar Jawa Timur dan Jawa Tengah," katanya. Dalam sebulan dia bisa menjual  70 – 100 bibit.

Tak hanya Henof yang tertarik menjajal peruntungan bibit mangga pisang, Billyardi Ramadhan, penjual aneka bibit tanaman buah asal Sukabumi, Jawa Barat juga tertarik dengan varietas baru ini. Ia menjual bibit mangga pisang sejak tiga bulan yang lalu. Sama seperti Henof, Billy mengambil langsung dari Pasuruan.

"Bibit mangga ini masih langka dan jumlahnya terbatas. Waktu awal, saya juga hanya ambil sekitar 50 bibit, nanti beberapa mau saya besarkan sendiri untuk indukan," tandas Billy. Karena bibit mangga pisang langka, harga yang dibanderol pun cukup tinggi, yakni mulai Rp 100.000 untuk bibit berukuran 70 cm.

Billy mengatakan dirinya juga tengah gencar untuk mempromosikan varietas baru ini. Ia yakin, jika tahun depan, mangga pisang bakal menjadi booming seperti mangga alpukat, harga buahnya pun dibanderol tinggi.

"Karena baru tiga bulan coba jual bibit mangga pisang, konsumennya baru di sekitar Jawa Barat dan Jabodetabek, ada juga satu dua orang dari Sumatra," tuturnya.          

Mangga pisang cepat berbuah dan tahan terhadap hama

Bagi masyarakat Indonesia, membudidayakan mangga memang tergolong mudah. Dukungan iklim tropis dan tanah yang subur membuat pohon mangga dengan bermacam varietas bisa tumbuh. Sama seperti kebanyakan mangga, perawatan varietas mangga agri gardina 45 atau mangga pisang juga sederhana.

Henof, penjual bibit aneka mangga asal Batu, Jawa Timur mengatakan perawatan mangga pissang tidak rumit. Hanya, harus dipastikan kondisi tanah subur dan bersih dari tanaman liar.

“Sebelum masuk musim hujan tanahnya dibersihkan dari rumput liar, dibuat lingkaran, dan diberi pupuk organik dari kotoran sapi. Setelah masuk musim penghujan, diberi pupuk ZA satu kilogram per pohon. Pemupukan itu dilakukan terus selama satu bulan,” jelasnya.

Billyardi Ramadhan, penjual aneka bibit tanaman buah asal Sukabumi, Jawa Barat juga mengatakan jika perawatan mangga pisang cukup dipupuk dan disiram secara teratur. Saat kemarau,  penyiramannya bisa dua kali sehari. Begitu masuk musim hujan bisa tiga hari sekali atau seminggu sekali, tergantung intensitas hujannya. "Intinya, pohon mangga ini tidak boleh terlalu banyak air karena nanti bisa busuk buah dan batangnya," terang Billy.

Sedangkan untuk pembibitan, baik Henof maupun Billy lebih banyak memakai tunas dari biji. Namun, mereka juga berencana memperbanyak bibit dengan sistem cangkok. Cangkok dinilai lebih cepat dibandingkan cara pembibitan dari tunas biji. "Rencananya saya mau ambil empat bibit untuk dibesarkan sendiri. Jadi nanti lebih mudah kalau mau mencangkok," kata Billy.

Mangga pisang merupakan hasil persilangan antara mangga saigon dengan arum manis. Saigon digunakan karena warna buahnya merah dan arum manis untuk menghasilkan rasa yang kuat. Hasilnya, mangga pisang memiliki penampilan yang menarik dengan bentuk lebih kecil dan warna merah kekuningan.

Henof mengatakan, keunggulan tanaman mangga pisang juga terdapat pada masa panennya. Biasanya, pohon mangga baru akan dipanen pada umur 6 tahun. Sedangkan, mangga pisang hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5-2 tahun untuk dapat berbuah. "Ukuran buah mangga pisang lebih kecil dibanding mangga pada umunya, tapi rasanya lebih manis dan daging buahnya pulen," ujar Henof.

Tak hanya menguntungkan dalam segi biaya, tapi juga produktivitasnya. Jika varietas pohon mangga pada umumnya membutuhkan jarak antar tanaman sekitar 10x10 meter. Pohon mangga pisang hanya butuh jarak antar pohon sekitar 2,5 meterx2,5 meter. Jadi dalam lahan satu hektare (ha), bisa ditanami sekitar 1.500 pohon.

Pohon mangga ini juga jarang terserang hama. Hanya saat tertentu, seperti musim hujan, lalat buah kerap menghampiri. "Hamanya paling hewan pemakan buah, seperti lalat buah, codot, atau kelelawar. Jadi harus benar-benar dijaga jika sudah berbuah," ujar Henof.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×