Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - PASAR penerbangan yang berkembang pesat di tanah air, bukan hanya maskapai berjadwal yang menikmati. Tapi juga perusahaan penerbangan tidak berjadwal, yakni jasa penyewaan (charter) pesawat dan helikopter. Misalnya, PT Whitesky Aviation.
Belakangan, Whitesky Aviation semakin dikenal publik lantaran menawarkan helicity. Yaitu, transportasi umum atawa taksi udara berbasis helikopter yang ditujukan sebagai kendaraan alternatif di perkotaan.
Adalah Denon Berriklinsky Prawiraatmadja yang ada di balik bisnis Whitesky Aviation. Siapa sangka, Denon bukanlah orang yang lahir dan tumbuh dalam lingkungan penerbangan.
Lantaran melihat peluang besar dalam bisnis penyewaan pesawat pribadi dan helikopter, Denon pun memberanikan diri masuk ke bisnis penerbangan tak berjadwal tersebut.
Sebelumnya, Denon tidak pernah membayangkan akan menjadi pemilik sekaligus pemimpin sebuah perusahaan penerbangan. Maklum, dia lulusan Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti tahun 1998. "Tapi, saya memutuskan keluar dari dunia arsitektur dan masuk bisnis," ujarnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu.
Meski begitu, Denon pernah bekerja di bidang arsitektur tapi tidak lama. Soalnya, dia merasa kecewa dengan dunia arsitektur di Indonesia yang tak sesuai dengan harapannya.
Menurutnya, saat berkerja di bidang arsitektur, sektor ini lebih mengedepankan sisi ekonomis ketimbang desain. Namun, dia tak menyalahkan dan memaklumi kondisi itu. Sisi ekonomis juga penting dalam sebuah bangunan yang akan dibangun.
Karena merasa tak lagi sejalan dengan filosofi yang dia anut, Denon pun memutuskan untuk keluar dari dunia arsitektur lalu masuk ke bisnis digital pada 2000. Seiring waktu berjalan, dia melihat potensi bisnis yang cukup menjanjikan saat banyak temannya sukses dalam usaha pertambangan batubara.
Teman-temannya membutuhkan pesawat dan helikopter untuk transportasi mereka. "Saya melihat kebutuhan untuk helikopter ini ada, namun memang belum tergambar dengan baik. Hal ini yang coba diambil," katanya.
Keinginan masuk bisnis penerbangan semakin kuat. Lantaran tak punya kompetensi dalam bisnis ini, Denon pun mulai belajar manajemen penerbangan. Dan ternyata, berbisnis penyewaan helikopter membutuhkan pengetahuan ekstra.
Karena itu, ia terbang ke Amerika untuk menimba ilmu penyewaan capung besi. Denon sampai menghabiskan waktu tiga tahun di negeri uak Sam untuk belajar helicopter management.
Sambil belajar, Denon pun memberanikan diri untuk mengakuisisi PT Kura-Kura Aviation pada 2010. Ketika itu, perusahaan penerbangan hanya memiliki tiga pesawat fixed wings. "Akuisisi ini untuk mendukung bisnis pertambangan yang menjadi mitra saya," kata dia.
Langkah awal Denon pasca mengakuisisi Kura-Kura Aviation adalah mengganti nama perusahaan menjadi Whitesky Aviation. Pasalnya, lini bisnis perusahaan ini tak sekadar melayani perjalanan wisata ke Kura-Kura Island, juga tempat lainnya.
Saat diakuisisi, perusahaan ini hanya memiliki sekitar 30 karyawan. Denon merekrut pekerja dari berbagai latar belakang. Kini, delapan tahun setelah diakuisisi dan dikembangkan, Whitesky Aviation punya 120 karyawan, lima pesawat fixes wings, lima helikopter.
Pelayanan yang diberikannya pun berkembang. Yakni, jasa penyewaan jet dan helikopter pribadi untuk berbagai kebutuhan, seperti bisnis dan kondisi darurat.
Dia menyebutkan, kiat suksesnya berbisnis penyewaan pesawat dan helikopter, selain pemainnya yang belum banyak dan kebutuhannya selalu ada, juga karena mampu menerapkan helicopter management sebagai teori yang ia praktikkan dengan baik.
Dalam helicopter management, Denon menjelaskan, yang dikedepankan adalah sistem pengawasan yang baik dan harus selalu tercatat. Maklum, bisnis ini termasuk salah satu bisnis teknologi dengan risiko tinggi.
Keselamatan memang menjadi hal yang paling penting dalam dunia penerbangan, tak terkecuali bagi jasa penyewaan pesawat dan helikopter. "Apapun aktivitas manajemen yang kami lakukan, yang dilihat harus dari sisi keselamatannya," ungkap Denon.
Bisnis yang menarik
Dan, menurut Denon, mengembangkan perusahaan penerbangan ibarat olahraga sepakbola. Jadi, setiap individu yang berkompeten di posisinya bersatu untuk satu tim yang hebat.
Makanya, dia enggan disebut sebagai figur sentral dalam memajukan bisnis ini. Ia menegaskan, semua karyawan punya andil besar dalam mengembangkan Whitesky Aviation.
Kendati begitu, setelah terjun beberapa tahun di bisnis ini, Denon menilai, karakteristik jasa penyewaan pesawat dan helikopter menarik lagi unik. Bisnis di bidang lain, kinerja perusahaan ditentukan dari sepak terjang para pemasar dalam menjual produknya.
Tapi, dalam bisnis penyewaan transportasi udara, kinerja perusahaan juga dipengaruhi faktor perawatan atau maintenance armada. "Kinerja perusahaan juga bisa turun bila perawatan pesawat dan helikopter yang kami lakukan tidak baik," tegas Denon.
Karakteristik unik ini pula yang membuat Denon menyukai bidang penerbangan dan berusaha total untuk berdiri dalam bisnis ini. Cuma, dia sadar, faktor suka saja tak otomatis membuat bisnis bisa berjalan lancar.
Rasa suka terhadap pekerjaan yang ditekuni tetap akan menghadapi ujian dan tantangan yang berat. Hanya bedanya, bila semua dilakukan dengan rasa suka, maka segala tantangan bisa diatasi dan waktu yang berat dapat dilalui lebih cepat sehingga tidak terlalu terasa.
Tapi, Denon mengaku sebagai sosok yang perfeksionis dalam bekerja. Sebab, dia menganggap, suatu pekerjaan yang dibuat dengan sistem, maka semestinya berjalan lancar sesuai sistem yang ditetapkan. "Sistem selalu menganut kesempurnaan, beda dengan manusia tak yang ada sempurna," ucapnya.
Dari filosofi itu, Denon pun berusaha mengembangkan perusahaan dengan gaya kepemimpinannya. Gaya perfeksionisnya memang tak bisa diterima semua orang. Tetapi, dia juga bilang, enggak semua orang bisa diterima oleh orang perfeksionis seperti dirinya.
Meski begitu, Denon memastikan bukanlah sosok otoriter yang anti-kritik. Ia selalu memberi kesempatan bagi semua karyawan Whitesky Aviation untuk berbicara dan menyumbangkan ide-ide segar bagi perusahaan.
Sosok yang perfeksionis ini pula yang membuatnya mampu melihat karakteristik seseorang. Dia bilang, kalau seorang pekerja punya karakter kuat dalam dirinya, maka perusahaan akan lebih mudah mengembangkan keterampilannya.
Namun, bila karakternya sendiri belum terbentuk, maka membentuk karakter tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama. Sehingga, orang itu malah sulit bekerja dalam tim.
Tentu, di balik karakter perfeksionis, Denon tetaplah orang yang selalu berusaha membuat inovasi bagi perusahaannya. Salah satu yang tengah dia upayakan saat ini adalah mengenalkan lebih dekat kepada masyarakat tentang teknologi helikopter untuk menjadi transportasi udara untuk semua kalangan.
Denon tak ingin citra helikopter sebagai moda transportasi yang hanya bisa diakses oleh orang-orang berduit. Untuk itu, perusahaannya bakal terus melakukan efisiensi sehingga bisa menekan biaya agar harapan tersebut bisa tercapai.
Informasi saja, pada 2016 lalu, jumlah helikopter di Indonesia tercatat hanya sekitar 250 unit. Padahal, di AS dan Kanada jumlahnya mencapai 2.000 unit. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak, memang jumlah helikopter yang ada sangat tidak ideal.
Selain berinovasi biar masyarakat bisa mengakses helikopter lebih mudah dan murah, belum lama ini Whitesky Aviation juga menggandeng perusahaan pabrikan helikopter asal AS, Bell Helicopter, untuk mengembangkan bisnis manajemen helikopter di Indonesia.
Denon menuturkan, dengan ada bisnis manajemen helikopter di Indonesia, kelak ketika ada pembeli helikopter Bell dari negara kita, mereka tak perlu khawatir soal pemeliharaan dan suku cadang. Mereka tinggal pakai ketika dibutuhkan. Rencananya, perawatan helikopter ini dilakukan di hanggar yang sedang dalam proses pembangunan di Bandara Soekarno-Hatta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News