kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah Iman si juragan cilok membangun usaha (1)


Rabu, 02 September 2015 / 14:47 WIB
Kisah Iman si juragan cilok membangun usaha (1)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi

Kesuksesan seseorang berbisnis kuliner memang bisa berawal dari kreatif melakukan inovasi produk. Cara ini pula yang dilakukan Imanuddin dalam membesarkan Kedai Mochilok. Di kedainya, pria yang akrab disapa Iman ini menjual camilan aci dicolok alias cilok dengan kemasan dan citra rasa baru serta moci aneka rasa hasil inovasinya sendiri.

Lazimnya, camilan cilok hanya dikukus atau digoreng. Tapi, cilok khas Iman yang diberi brand Mochilok ini disajikan dengan perpaduan resep olahan. Cilok ini disajikan dengan cara dibakar terlebih dahulu kemudian dibaluri dengan bumbu barbekyu. Lalu dilumuri saus sambal dan mayones. Maknyus.

Sementara moci buatannya diisi dengan es krim sembilan rasa seperti rasa taro, green tea, stroberi, cokelat dan lainnya.  Kreativitasnya membuat cilok dan mochi inovasi mengantarkan Imanuddin menjadi juara I Program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2014 kelompok pascasarjana dan alumni kategori boga.

Keberhasilan Iman melakukan inovasi cilok, boleh dibilang berawal dari coba-coba. Dia berkisah, pada Januari 2012, ia terinspirasi membuat usaha camilan yang sudah popular di masyarakat, namun dibuat versi inovasi baru.

Dari situ, Iman mulai mendata menu makanan yang sudah tidak asing di telinga dan digemari oleh masyarakat. Pilihannya, akhirnya jatuh pada dua menu jajanan yang sudah akrab bagi masyarakat, yakni moci dan cilok.

Dengan semangat ingin mengangkat derajat cilok dan mengubah citra dari jajanan pasar atau kaki lima yang bisa dijual di kedai, Iman mantap membuat cilok bakar berbumbu barbekyu dan toping saus dan mayonaise.

Berawal dari berjualan di teras rumah kakaknya di Bandung, kini, Iman mengaku telah punya enam gerai Mochilok. Tiga gerai di antaranya berada di Bandung, selebihnya Jakarta dan Cianjur. Dengan strategi promosi melalui media sosial dan reseller, Mochilok semakin dikenal masyarakat luas. Dia juga menawarkan kemitraan usaha untuk mengembangkan usahanya ini.

Bahkan, yang membuatnya bangga, cilok yang dulu dikenal jajanan kalangan bawah telah digemari oleh pelanggannya dari berbagai lapisan masyarakat. Pembelinya sudah hampir menyebar di seluruh Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Lampung, Medan, Bali, dan Makassar.

Iman mengklaim kini mochilok buatannya pernah dipesan wisatawan asing dari Jerman, Polandia, dan Swedia yang singgah di Bandung. "Saya bangga bisa memperkenalkan mochilok. Respon turis asing sangat bagus, karena mereka suka," imbuh Iman.

Kini, dalam sehari, Iman bisa memproduksi 3.000 mochilok. Harganya Rp 2.000−Rp 5.000 per buah. Dengan harga jual terjangkau, Iman mengaku bisa mengantongi omzet
Rp 5 juta per hari. Alhasil dalam sebulan, Iman bisa mengantongi omzet sekitar Rp 150 juta.

Bahkan, kata dia, nilai omzet sebesar itu mengalami penurunan. Dia berdalih, sejalan dengan melambatnya perekonomian Indonesia, daya beli masyarakat terhadap camilan berkurang. "Siapapun pengusahanya, pasti tersandung masalah rupiah saat ini," kata Iman.   

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×