kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah Reza Rizky Hermawan merintis bisnis properti di Tasikmalaya


Sabtu, 10 November 2018 / 12:00 WIB
Kisah Reza Rizky Hermawan merintis bisnis properti di Tasikmalaya


Reporter: Merlinda Riska | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Gempa yang mengguncang Tasikmalaya, Jawa Barat, 2 September 2009 lalu, menggugah banyak orang, termasuk Reza Rizky Hermawan. Lindu bermagnitudo 7,3 itu menghancurkan ribuan rumah di daerah tersebut.

Puluhan ribu orang yang kehilangan tempat tinggal terpaksa mengungsi. “Saya sempat ngobrol dengan para korban, saya tanya harapannya. Mereka jawab, bisa kembali memiliki rumah sebagai tempat berkumpul bersama keluarga, rumah layak huni,” ungkap Reza yang kelahiran Tasikmalaya.  

Mendengar jawaban itu, Reza yang ketika itu masih kuliah di Bandung tergugah. Ia tentu bakal sangat bahagia jika bisa mewujudkan impian para pengungsi mempunyai rumah kembali. Tapi tentu, waktu itu tak banyak yang bisa dia lakukan lantaran masih kuliah.

Meski begitu, pria kelahiran 5 Juni 1989 ini tetap mencari cara agar bisa menjadi bagian untuk membuat nyata impian para korban gempa yang kehilangan tempat tinggal. “Ketemu lah bahwa menjadi pengusaha properti adalah jalan keluarnya,” ungkap Reza.

Nah, untuk menempuh jalan keluar itu, dia yang kuliah mengambil jurusan arsitektur interior mulai belajar bisnis properti. Bahkan, ia sampai bolos kuliah untuk ikut pelatihan di Jakarta dan Bogor.

Tekad yang kuat ini yang kemudian mengantarkan Reza menjadi pengusaha properti dengan bendera Hermawan Propertindo Utama. Tentu, proyeknya ada di Tasikmalaya yakni Cordova Living House dan Jasmine Residence.

Pemenang II Kategori Non-Mahasiswa Bidang Usaha Industri, Perdagangan, dan Jasa Wirausaha Muda Mandiri 2018 ini kini mampu mengantongi omzet Rp 10 miliar–Rp 11 miliar per tahun dari bisnisnya.

Jalan menjadi pengembang perumahan mulai terbuka selepas ia lulus kuliah pada 2013 lalu. Dengan bekal ilmu bisnis properti yang dia dapat plus uang Rp 100 juta hasil menjadi broker, Reza merintis jalan jadi pengembang perumahan.

Tentu, modal Rp 100 juta enggak cukup. Untuk itu, ia mencari pemilik lahan di Tasikmalaya yang mau diajak kerjasama. “Nah, mencari tanah ini butuh perjuangan, karena saya, kan, bukan mau beli sebab tidak punya duit banyak. Saya banyak sekali mengalami penolakan dari pemilik tanah, mereka maunya dijual,” ujarnya.

Jelas, pemilik tanah menolak mentah-mentah tawaran Reza. Apalagi, ia menginginkan lahan yang luas hingga berhektare-hektare.

Karena itu, Reza pun mengubah strategi, dengan cukup mencari sebidang tanah milik kenalan yang mau diajak berkongsi. “Mulai dari yang kecil dulu, bangun tiga rumah,” kata Reza.

Kena tipu

Sebelum merintis jadi pengembang perumahan, Reza membuka jasa konsultan arsitek di Tasikmalaya tapi tidak laku. Makanya, ia menyambi jadi broker properti dan bisa mengumpulkan uang sampai Rp 100 juta buat modal.

Hanya, kerjasama dengan seorang teman di proyek pertama yang berlangsung pada 2014 tidak berjalan mulus. Ia kena tipu. Rumahnya laku namun uangnya dibawa kabur sang teman. “Itu tahun yang berat sekali buat saya,” sebutnya.

Reza sangat terpukul dan sempat jatuh sakit karena kejadian itu. Soalnya, bukan cuma kehilangan uang Rp 100 juta, juga ada utang bahan bangunan yang belum terbayar. Tapi, berkat dukungan istri dan orangtuanya, ia pun bangkit.

Dua bulan setelah kejadian menyakitkan itu, sang ayah mempertemukan Reza dengan pengusaha asal Tasikmalaya yang punya bisnis di Jakarta. “Dia punya banyak tanah di Tasik. Saya bertemu dengan beliau dan dia tertarik dengan konsep properti yang saya tawarkan dan langsung menyerahkan sertifikat tanah seluas 5.120 meter persegi untuk saya kembangkan,” bebernya.

Nilai tanah itu mencapai Rp 2,5 miliar. Dari situ, ia kembali optimistis dan Januari 2015 lantas mendirikan perseroan terbuka (PT). “Proyek inilah yang jadi titik awal dari Hermawan Propertindo Utama,” jelasnya yang menolak mengungkap jati diri pengusaha tersebut.

Reza mengungkapkan, dalam membangun proyek itu, dirinya tanpa modal serupiah pun. Semua modal berasal dari sang pengusaha. “Sejak awal saya bilang ke beliau, saya tak punya uang. Kata beliau, ini, kan, kerjasama, kamu kerjakan saja dulu nanti bayar kalau berhasil jual rumah,” ucapnya.

Setelah PT berdiri, ia langsung rekrut tim yang beranggotakan anak muda biar bisa satu frekuensi dengannya. Karena di Tasik tak ada agen properti profesional, dia membentuk divisi tersebut.

Proyek pertamanya yang bergulir mulai Agustus 2015 adalah Jasmine Residence. Ia membangun sebanyak 29 unit dalam tiga tipe: 36, 45, dan 96 dua lantai. Semuanya terjual.

Kemudian, Reza menggarap proyek kedua bernama Cordova Living House yang launching April 2017. Ia membangun 39 rumah tipe 36/60 dan 45/84 plus rumah toko (ruko) di atas lahan seluas 5.800 meter persegi. “Saya bisa beli sendiri tanahnya, untuk pembiayaan konstruksinya juga saya benar-benar biaya sendiri tidak melibatkan perbankan,” tambah dia.

Untuk itu, Reza menerapkan sistem inden dan sudah semua terjual sekalipun daya beli di sektor properti sedang turun. “Harus bisa berikan inovasi dari kemudahan cara bayar, bertransaksi. Contoh, kami buka cash bertahap lima tahun. Dan alhamdulillah, untuk pembayaran cicilan tak ada masalah sampai sekarang,” ujarnya.

Proyek 1.000 rumah

Sukses di proyek pertama dan kedua, Reza membidik proyek ketiga. Tidak tanggung-tanggung, ia berencana membangun 1.000 rumah. Tidak hanya di Tasikmalaya, juga di kota lain di Indonesia.

Beda dengan sebelumnya dengan harga jual di atas Rp 100 juta, kali ini Reza berencana melego rumah di bawah Rp 100 juta. “Karena, kan, saya mulai bisnis properti dari sebuah impian agar para korban gempa punya hunian layak huni dan investasi. Jadi, saya balik lagi ke mimpi ini,” jelasnya.

Bukan cuma itu, ia punya misi: menjadi developer terbaik, terbesar, dan terpercaya di Priangan Timur pada 2021 mendatang. Dengan cara membangun 1.000 rumah Tasik, Garut, Ciamis, dan Banjar alias wilayah Priangan Timur.

Untuk di Tasikmalaya, pembangunan mulai tahun depan dengan menawarkan 300 unit. Lokasi sudah ada tapi konsepnya masih dalam rancangan. “Untuk desain dengan harga di bawah Rp 100 juta harus betul-betul matang. Kami, kan, ingin menawarkan yang layak huni dan investasi. Jadi, tidak asal pilih lokasi,” tegasnya.

Lantaran proyeknya besar, dia membutuhkan investor. Salah satunya, dengan mengajak mitra di proyek pertamanya. Cuma sebenarnya, mulai ada penawaran kerjasama juga dari yang lain. “Kalau dulu saya ditolak terus, sekarang banyak penawaran,” imbuh dia

Tapi, penawaran datang dari  luar Priangan Timur, seperti Bogor, Tangerang, bahkan Bengkulu yang sudah siap dengan lahan seluas 20 ha. “Karena komitmen awal saya sampai 2021 mau konsentrasi dulu di Priangan Timur, tim saya bergerak dulu di sini,” katanya.

Tim Hermawan Propertindo sedang mencari tanah di luar Tasikmalaya. “Dam sekarang, saya ingin banyak berkolaborasi dan membuka pintu kerjasama dengan investor untuk mau kerjasama,” ujar Reza.

Untuk proyek 1.000 rumah,  dia juga sedang merekrut banyak orang karena tim yang ada sekarang, hanya delapan karyawan, jelas tidak cukup. Apalagi,  ia ingin membangun super tim. Mimpi saya tahun 2023, proyek ini bisa diduplikasikan ke seluruh wilayah Jawa Barat, dan 2030 ke seluruh Indonesia bisa kami masuki,” tegasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×