kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kisah Rina Trisnawati dan Wulan Diasari membesarkan Tintin Chips (Bagian 2)


Sabtu, 13 April 2019 / 09:55 WIB
Kisah Rina Trisnawati dan Wulan Diasari membesarkan Tintin Chips (Bagian 2)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebelum memutuskan untuk sepenuhnya terjun ke dunia bisnis, Rina Trisnawati, pendiri Tintin Chips sempat berkarir sebagai seorang pekerja kantoran. Sedangkan adiknya, Wulan Diasari merupakan pekerja sosial di salah satu lembaga sosial.

Ia pernah bekerja di lembaga kursus bahasa Inggris selama tujuh tahun di Bandung. Lantas pindah ke perusahaan tekstil.

Belum genap satu tahun, kembali ia pindah kerja ke Jakarta pada tahun 2002 di sebuah perusahaan, dan baru saja mengajukan pengunduran diri. "Karena mau fokus di Tintin Chips," tutur Rina saat ditemui KONTAN di acara Amartha Impact Talk Vol 1 di Ampera belum lama ini.

Rupanya Rina bukanlah orang baru dalam usaha bisnis. Sebelum membuat Tintin Chips, dirinya sudah sering berjualan segala macam makanan khas Bandung, seperti keripik dan kerupuk untuk dibawa ke Jakarta. Ia pun memiliki banyak pelanggan di kantor tempat ia bekerja.

Hingga pada awal 2014, ia mengikuti kelas inkubator tentang bagaimana cara memulai bisnis. Saat itu ia sudah berniat untuk menjual produknya sendiri, tentu dengan merek sendiri.

Setelah mendapatkan pengetahuan dari kelas inkubator itulah, perempuan 50 tahun ini mulai merancang model bisnis serta mempersiapkan segala keperluan bisnisnya. "Saya mulai berpikir soal apa produknya sampai konsep kemasan dan pemasarannya," ujar Rina.

Dengan modal awal Rp 600.000, ia pun memberanikan diri membuat produk sendiri. Modal tersebut digunakan untuk membeli peralatan seperti oven tangkring dan bahan baku usaha lainnya.

Dan untuk desain kemasan, Rina dibantu seorang teman yang memiliki keahlian dalam desain. Meski begitu, ia dan Wulan sempat beberapa kali mengganti desain dan bahan kemasan karena kurang aman dan menarik.

Keseriusan Rina di kemasan ini ada ceritanya. Ia sempat mendapat pesanan kukis dari Palembang. Awalnya, kemasan produknya memakai mika berbentuk tabung. Namun, setelah dikirim ke Palembang, ternyata kukis buatannya sudah hancur. "Walaupun pelanggan tidak masalah, tapi tetap saya ganti dan saat itulah saya berpikir untuk merombak kemasan," ceritanya.

Karena banyak kejadian serupa, Rina berupaya untuk memperbaiki kemasan Tintin Chips agar lebih aman saat dikirim ke luar kota. Ia mencoba mengubah kemasan mika dengan menggunakan kemasan tabung berbahan komposit, dilengkapi oleh lukisan yang identik dengan anak-anak. Ini membuat tampilan Tintin Chips terlihat lebih trendi dan menarik bagi anak. Lukisan yang ada pada kemasan bisa diwarnai dan kemasan bisa dipakai untuk menyimpan benda kecil.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×