kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kisah Zetria Dharma menjalankan bisnis aksesori perhiasan (bagian 1)


Sabtu, 23 November 2019 / 13:15 WIB
Kisah Zetria Dharma menjalankan bisnis aksesori perhiasan (bagian 1)


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksesori perhiasan hingga kini masih menjadi bahan pelengkap tampilan kaum hawa. Dengan aksesori, termasuk juga perhiasan di dalamnya, penampilan perempuan sudah pasti jadi semakin menawan.

Inilah yang membuat bisnis tersebut masih eksis hingga kini. Malah, tidak sedikit dari pebisnis aksesori perhiasan yang menuai hasil positif. Salah satunya Zetria Dharma, pemilik Ria Jewellery.

Perempuan ini membuat ragam produk aksesori perhiasan, mulai dari bros, kalung, gelang, cincin, dan anting. Bahan baku produk tersebut juga aneka macam. Tak cuma emas atau perak saja, tapi juga ada mutiara, termasuk didalamnya mutiara barok, hingga bebatuan.

Kebetulan, Ria memang hobi mengutak-atik bentuk desain aksesori perhiasan tersebut. Tak heran, ragam bentuk dan motif produk aksesori perhiasan tersebut kerap tercipta. "Saya hobi, jadi tangan suka iseng merakit-rakit eh pas dilihat bagus ya jadi lah produk baru kaya bros atau kalung," kata Zetria kepada KONTAN belum lama ini.

Adapun untuk mencari bahan baku produk perhiasan tersebut, ia sudah punya jalur, seperti mutiara dari Lombok Nusa Tenggara Barat. Begitu juga dengan perajin aksesori dan perhiasan yang tersebar di sejumlah tempat. Maklum, di tangan merekalah ragam motif perhiasan dan aksesori dari Ria Jewellry bisa dibuat.

Hasilnya, dalam satu hari ia bisa membuat hingga 100 produk aksesori perhiasan dengan ragam motif.  Ia pun membanderol harga mulai dari Rp 500.000 sampai Rp 5 juta per item. Sayang, Zetria tidak merinci rerata pendapatannya. "Yang jelas, lumayanlah," tuturnya.

Ia sendiri sudah memulai usaha ini sejak 25 tahun lalu. Awalnya, di era 1990-an, saat ikut suami ke luar kota, terlihat pasangan suami-isteri belanja, tapi hanya sang suami yang kerap belanja. Sedangkan si isteri cuma menemani saja. Rupanya di era itu masih jarang produk aksesori perhiasan dijual.

Melihat hal itu, terbesitlah ide untuk memulai usaha produk aksesori perhiasan. "Awalnya membuat aksesori yang kecil-kecil untuk langsung dijual," katanya.

Saat awal usaha pada 1994, memang tidak berjalan mulus. Terutama untuk mendapatkan bahan baku. Mulai dari mencari batu untuk perhiasan, perak, hingga mencari tukang pahat dan tetek bengek lainnya.

Tanpa patah arang, semua kendala tersebut coba diatasi. Dan secara perlahan bisa teratasi. Hingga akhirnya ia bisa membuat produk aksesori perdana yaitu bros dan gelang. "Modalnya dulu sedikit, karena masih coba-coba," kenangnya.

Makin lama, usaha aksesori Zetria makin berkembang. Ini tidak terlepas dari segmen pasar yang pas ia bidik yakni menengah atas.                     

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×