kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konsumsi masyarakat mulai bergeser ke beras premium


Minggu, 11 November 2018 / 20:43 WIB
Konsumsi masyarakat mulai bergeser ke beras premium
ILUSTRASI. Penjualan beras premium


Reporter: Annisa Maulida | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini konsumsi masyarakat sudah mulai bergeser dari jenis beras medium beralih ke beras jenis premium. Karena preferensi masyarakat sudah tidak pada beras medium lagi.

Mengutip dari laporan keuangan emiten beras PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) pada laman Bursa Efek Indonesia, pendapatan HOKI sampai kuartal III 2018 meningkat 17,78% menjadi Rp 1,06 triliun dari periode sama tahun lalu Rp 900,05 miliar. Emiten ini berfokus pada penjualan beras premium, yang kinerjanya ditopang dengan penjualan beras mencapai Rp 1,088 triliun atau lebih besar 15,6% dari yoy Rp 941,3 miliar. Dari laporan keuangan tersebut dapat digambarkan, saat ini beras jenis premium sudah banyak peminatnya.

Pengamat Pertanian Khudori menjelaskan, bagi masyarakat beras bukan lagi komoditas tunggal dan bagi masyarakat menengah beras bukan lagi barang inferior. Preferensi masyarakat saat ini tidak lagi pada beras medium, tapi ke beras premium.

“Dalam beberapa tahun terakhir, pergerakan harga beras lebih banyak ditentukan oleh beras premium, bukan medium. Namun saat harga beras naik, konsumen tidak langsung beralih ke beras yang lebih murah, tapi mengurangi volume pembelian,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (11/11).

Berdasarkan kajian Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) April 2016 di 13 kota, yaitu Medan, Padang, Jambi, Bengkulu, Bogor, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Malang, Jember, Denpasar, dan Makassar pada 1.977 orang responden tentang perilaku konsumen beras Indonesia. Kajian tersebut memberikan hasil bahwa makan nasi setiap hari masih dianggap penting disamping banyaknya pilihan makanan lain, dari 98% responden pendapatan mengah, 93% responden pendapatan rendah, dan 83% responden pendapatan tinggi.

Hasil kajian tersbeut juga menyebutkan frekuensi pembelian beras sebesar 2,7 kali per bulan dengan rata-rata konsumsi 70,4 kg per kapita per tahun. Kenaikan harga beras yang akan membuat responden mengubah konsumsi sebanyak 21,8% responden berpendapatan tinggi, 16,7% responden berpendapatan rendah, dan 15,2% responden berpendapatan menengah mengurangi beras yang dikonsumsi. Sedangkan 15,7% responden pendapatan tinggi akan mengganti dengan beras merek atau jenis lain.

“Preferensi masyarakat telah bergeser, kebijakan pemerintah perlu mengikuti agar efektif. Misalnya Operasi Pasar kurang efektif jika hanya menggunakan satu kualitas beras, akan lebih efektif jika juga menggunakan beras premium, tidak hanya beras medium saja,” ujar Khudori.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×