kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kreasi aksesori unik dari limbah elektronik


Jumat, 23 Februari 2018 / 10:40 WIB
Kreasi aksesori unik dari limbah elektronik


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Siapa sangka jika di tangan Sugeng Riyadi limbah elektronik bisa disulap menjadi beragam aksesoris apik dan menarik. Berbekal tangan kreatif dan pengetahuan soal elektronik, pria asal Bandung ini merangkai limbah elektronik menjadi barang yang punya nilai jual.

Saat itu, terlintas dalam benaknya belum ada orang yang mengolah limbah elektronik di Indonesia. "Jadi saya pikir unik juga dan pasti jarang ditemukan," ujarnya.

Setelah melalui proses riset selama setahun, Sugeng mulai merintis Kundi Craft, bisnis limbah elektroniknya pada Desember 2012. Tak punya keahlian khusus dalam elektronik, ia hanya mempelajari kembali sifat-sifat dasar arus listrik dan elektronik semasa di bangku sekolah. "Latarbelakang pendidikan saya malah jurnalistik. Tapi saya memang suka utak-atik elektronik," tutur Sugeng.  

Kundi Craft mengkreasikan limbah elektronik menjadi kalung, gantungan kunci, anting-giwang, bingkai foto, lampu dinding, kotak perhiasan, akuarium dan berbagai kreasi lainnya. Tak jarang pesanan custom juga Sugeng terima. Aneka kreasi itu dia jual mulai Rp 20.000 hingga Rp 2 juta per item.

Untuk kalung, cincin dan aksesoris ukuran kecil harganya mulai Rp 20.000 sampai ratusan ribu rupiah. Tapi, untuk barang yang   agak besar, seperti lampu, kotak perhiasan, akuarium dan sejenisnya, harganya mulai Rp 1 juta.

Ia mengatakan, pasar kreasi limbah elektronik ini cukup luas. Bahkan pelanggan Kundi Craft sudah merambah hampir semua wilayah di Indonesia, seperti Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. "Saya sempat diminta juga untuk membuat kalung dari pelanggan di Malaysia.  Karena jumlahnya banyak dan tenaga saya terbatas, jadi saya tidak penuhi," ujar Sugeng. Dalam sebulan ia bisa mengantongi omzet sampai Rp 10 juta.

Tantangan dalam merakit limbah elektronik ini, pria 33 tahun ini bilang, pengetahuan soal elektronik dan edukasi masyarakat jadi tantangan tersendiri. Mau tak mau, ia  harus membekali diri dengan pengetahuan soal elektronika. Pasalnya merakit barang kerajinan dari limbah elektronik dinilai cukup berbahaya.

"Minimal harus tau dasarnya karena kalau tidak, meski barangnya sudah mati, ternyata masih bisa menimbulkan arus listrik walaupun kecil. Radiasinya juga masih ada. Maka dari itu, saya selalu bersihkan aliran antar kabel untuk menghilangkan radiasi dan arus listrik," jelasnya.

Sugeng mengatakan, selama ini limbah elektronik yang sering ia pakai berasal dari handphone, PC komputer, ICU (motherboard) dan keyboard. Ia mengaku mudah untuk mendapatkan barang-barang bekas tersebut. "Kalau di Bandung bisa dicari di pasar barang bekas khusus elektronik. Di setiap kota pasti ada pasar seperti itu," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×