kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.621.000   -3.000   -0,18%
  • USD/IDR 16.439   -134,00   -0,82%
  • IDX 7.030   -79,14   -1,11%
  • KOMPAS100 1.029   -15,21   -1,46%
  • LQ45 811   -12,07   -1,47%
  • ISSI 210   -1,76   -0,83%
  • IDX30 421   -5,12   -1,20%
  • IDXHIDIV20 507   -5,69   -1,11%
  • IDX80 117   -2,09   -1,76%
  • IDXV30 121   -1,30   -1,06%
  • IDXQ30 139   -1,68   -1,20%

Laba budidaya buah langka Alkesa (1)


Rabu, 13 April 2016 / 15:21 WIB
Laba budidaya buah langka Alkesa (1)


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Rizki Caturini

Poiuteria campechiana atau yang lebih dikenal dengan sebutan buah campolay atau sawo mentega atau alkesa merupakan buah asal Amerika Tengah dan Meksiko. Di Indonesia sendiri, buah ini sudah ada sejak zaman penjajahan belanda.

Buah ini tergolong langka karena semakin sedikit daerah yang membudidayakan tanaman ini. Di Pulau Jawa, pohon dan pedagang buah campolay hanya ditemukan di Jawa Barat dan sekitarnya.

Selain daerah Jawa Barat, sangat sulit menemukannya di daerah-daerah lain. Meski langka, buah campolay ternyata punya penggemarnya sendiri.  
Yudi Praselo, pebudidaya buah campolay asal Majalengka, Jawa Barat mengaku sudah membudidayakan dan menjual bibit campolay sejak tahun 2007. “Saya tahu dari saudara saya, dia tanam pohon buah ini di pekarangannya. Saya menyebutnya buah alkesa, tapi kalau kata orang Sunda sebutnya campolay,” ujarnya.

Yudi fokus membudidayakan dan menjual bibit pohon campolay. Ia sendiri memiliki dua pohon campolay yang digunakannya sebagai pohon indukan. “Selain jualan bibit saya juga cangkok pohon ini untuk skala hobi, kalau untuk skala perkebunan besar, peminatnya masih tidak terlalu banyak,” terang Yudi.
Bibit campolay ukuran 30 sentimeter (cm)–50 cm dihargai Rp 40.000 dan ukuran 50 cm–70 cm dibanderol seharga Rp 50.000. Sedangkan bibit cangkokan dihargai Rp 200.000 per batang.

Yudi menyemai sendiri dua pohon indukan dari biji campolay. Diakuinya permintaan campolay ini tidak menentu karena peminat tanaman ini biasanya datang dari skala hobi, bukan dari skala perkebunan. Paling banyak dalam satu bulan ia bisa menjual hingga 40 bibit biasa dan sekitar 10 bibit cangkok. Saat ini, permintaan terbanyak datang dari Bali dan Riau. Omzetnya dalam sebulan mencapai Rp 3,8 juta.

Pembudidaya lainnya, Gilang Embang asal Cianjur, Jawa Barat fokus menjual buah campolay saja. Ia biasa  menjualnya saat momen Car Free Day (CFD) setiap hari Minggu. “Selama musim panen ini saya panen setiap Jumat atau Sabtu, kemudian Minggunya saya jual sendiri di CFD Cianjur,” ujarnya.

Gilang memiliki empat pohon buah campolay yang sudah berumur lebih dari 10 tahun. Dalam satu kali masa panen, satu pohon bisa menghasilkan 3 kuintal buah campolay. Masa panen biasanya berlangsung sekali dalam satu tahun.

Satu kali masa panen berlangsung empat bulan. Gilang menjual buah campolay seharga Rp 7.000 sampai Rp 8.000 per kilogram (kg). Dalam satu kali masa panen, ia bisa meraup omzet Rp 8 juta-Rp 9 juta.       

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×