Reporter: Fransiska Firlana, Anna Marie Happy | Editor: Tri Adi
Berbisnis makanan olahan berbahan ikan tawar bisa menghasilkan omzet puluhan juta rupiah. Olahan abon atau nugget berbahan ikan patin dan lele juga memberikan keuntungan lebih besar ketimbang dipasarkan dalam bentuk ikan segar.
Ikan air tawar seperti lele dan patin sangat mudah didapat di negeri ini. Maklum, budidaya kedua ikan ini cukup mudah. Melimpahnya ketersediaan ikan ini mendorong beberapa pelaku usaha menciptakan olahan alternatif dari ikan air tawar, seperti abon, bakso, otak-otak, dan nugget. Berjualan produk ikan air tawar yang sudah diolah lebih menguntungkan dibandingkan dengan menjual dalam bentuk ikan segar.
Dhonna Rimba dari CV Pradipta Jaya Food – produsen abon ikan patin, lele, dan ayam khusus untuk balita bermerek Abon My Baby – memberikan ilustrasi, 1 kilogram (kg) ikan patin segar seharga Rp 20.000 bisa menghasilkan 160 gram abon. “Setelah jadi abon, harganya bisa mencapai Rp 50.000 (per 160 gr),” katanya. Dus, keuntungan yang didapat bisa mencapai 30%.
Gurihdnya pasar makanan olahan berbahan ikan air tawar ini tampak dari omzet Pradipta. Penjualan abon bisa mencapai 70 karton berisi 48 pak abon per karton per bulan. Artinya dalam sebulan Abon My Baby terjual 3.360 pak abon. Satu pak berisi 80 gram, masing-masing seharga Rp 25.000. Awal berdiri pertengahan 2011 lalu, perusahaan ini hanya menjual 5 karton–7 karton abon per bulan.
Segendang sepenarian, pengusaha olahan ikan tawar dari Yogyakarta, Nurul Indah Khasanah, menandaskan bahwa penjualan makanan olahan berbahan ikan air tawar lebih mudah. Apalagi jika makanan tersebut dipasarkan ke luar kota atau sebagai oleh-oleh. “Semula saya cuma memproduksi abon ikan lele. Karena permintaan semakin banyak, saya mencoba membuat bakso, otak-otak, dan nugget dari lele,” ujar Nurul yang sudah merintis usaha ini sejak 2007 lampau.
Kini, saban hari Nurul memproduksi puluhan kilogram abon lele bermerek Khansa. Adapun produksi nugget, Nurul hanya memproduksi 10 kg per hari. Bukan karena permintaan terbatas, melainkan kendala pemasaran. Berhubung nugget lele basah dan harus selalu dalam keadaan beku, dia kesulitan ketika harus memasarkan ke luar kota.
Nurul memasarkan beragam produk olahan ikan air tawar bermerek Khansa melalui 20 supermarket dan toko di Kota Gudeg. Selain itu, produk-produknya juga tersebar hingga Bali, Batam, Bandar Lampung, dan Tanjung Tabalong, Kalimantan Selatan. ‘’Saat ini saya sedang mencoba memproduksi egg roll berbahan baku ikan lele juga,” katanya, bangga.
Bahan baku melimpah
Baik Dhonna maupun Nurul mengaku tidak pernah kesulitan mendapatkan bahan baku untuk bisnisnya. Sebab, ketersediaan ikan air tawar sangat melimpah. “Kami mendapatkan bahan baku dari dinas perikanan Jawa Timur, kebetulan basis usaha kami ada di Probolinggo” ujar Dhonna. Jadi sampai sekarang bahan baku masih mudah didapat.
Demikian pula di Yogyakarta. Menurut Nurul, banyak peternak ikan lele di sekitar kota wisata ini. Apalagi setelah letusan Merapi lalu, ada pengalihan usaha masyarakat dari pertanian ke perikanan oleh pemerintah Kabupaten Sleman. Karena pertumbuhan lele yang cepat, nilai lele cenderung merosot apabila tidak segera diolah.
Nurul juga membeli lele dari petani lele di Boyolali, Jawa Tengah. ‘’Harga lele dari Boyolali lebih murah. Selisih harga per kilogram bisa mencapai Rp 1.500. Kalau membeli dalam jumlah besar, selisihnya lumayan,’’ ujarnya.
Proses pembuatan olahan ikan air tawar menjadi abon terbilang gampang-gampang susah. “Karena produk kami khusus balita, jadi kami mesti telaten. Selain itu, produk kami bebas minyak karena kami olah dengan menggunakan oven,” kata Safriza.
Untuk membuat abon ikan lele, daging lele yang sudah dikukus diracik dengan aneka macam bumbu. Setelah itu dikeringkan secara khusus sehingga menjadi abon.
Siapa tertarik?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News