Reporter: Ratih Waseso, Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Siapa yang tidak kenal dengan minuman kekinian berbasis teh, seperti thai tea dan milk tea. Minuman ini jadi salah satu minuman favorit di banyak gerai minuman. Malah, sejumlah gerai yang menjajakan minuman tersebut semakin merajalela.
Tak heran, gerai minuman kekinian berbasis teh itu bercokol di mana-mana. Mulai di pusat perbelanjaan, pelataran gerai minimarket, sampai kawasan pemukiman.
Salah satu faktor yang membuat bisnis minuman thai tea dan sejenisnya marak adalah, ekspansi dari para pelaku usaha melalui kemitraan gerai. Langkah ini memang bisa mempercepat laju bisnis.
Nah, untuk melihat kembali perkembangan kemitraan usaha dari gerai minuman kekinian berbasis teh, KONTAN mengulasnya di Rubrik Review Waralaba pekan ini. Apakah masih bisa bertahan di tengah gempuran minuman kekinian lainnya, atau malah mulai mengalami hambatan. Berikut ulasannya:
Thai Tea Mekong
Ini adalah bisnis besutan Cepih Faisal Achyar. Berdiri pada Januari 2017 di Depok, Jawa Barat, saat KONTAN menulisnya tahun lalu, gerai Thai Tea Mekong milik mitra sudah ada tujuh outlet. Dan saat ini, jumlahnya bertambah menjadi 10 gerai. Adapun gerai milik pusat ada tiga gerai berlokasi di Depok.
Paket kemitraan yang Faisal tawarkan belum berubah, masih senilai Rp 10,5 juta. Dengan paket tersebut, mitra mendapatkan fasilitas booth, perlengkapan dan peralatan usaha, serta bahan baku awal untuk 100 gelas. "Kami belum mengubah nilai paket kemitraan, masih sama dari tahun ke tahun," katanya.
Thai Tea Mekong menyediakan enam varian rasa thai tea. Misalnya, thai iced tea dan thai ice greentea dengan harga mulai Rp 8.000 sampai Rp 12.000 per gelas. Dengan varian rasa dan harga itu, Faisal menargetkan mitra bisa menjual sekitar 50–100 gelas per hari. Jika target tersebut tercapai, maka mitra bisa balik modal cukup dua bulan sampai tiga bulan saja.
Melihat bisnis thai tea yang masih bisa eksis, Faisal semakin agresif dengan membuka bisnis minuman lagi. Kali ini, minuman bubble alias boba yang tengah naik daun.
Bisnis tersebut baru berjalan beberapa bulan. Namun, Faisal belum membuka kemitraan usaha. "Namanya, Sheeqa Indonesia, sudah ada tiga gerai," imbuh Faisal.
Keberadaan usaha baru tersebut membuat Faisal tidak mematok target tambahan mitra pada Thai Tea Mekong. Sebab, ia tengah fokus dengan Sheeqa Indonesia. Meski begitu, paket kemitraan thai tea masih terus dia buka.
Walau tidak mematok target mitra baru, Faisal tetap berupaya melakukan inovasi, seperti menambah varian baru di Thai Tea Mekong. Langkah ini guna menangkal sepi pembeli saat musim hujan.
Your Tea
Pemain kemitraan minuman teh kekinian lainnya adalah Your Tea milik Indra Thamrin yang beroperasi sejak 2008. Sampai saat ini, total mitra aktif yang masih berjalan ada 100 partner dan mayoritas berlokasi di Jabodetabek. Untuk gerai pribadi, ada tujuh outlet yang semuanya berlokasi di daerah Bogor. Sebelumnya, mitra Your Tea yang aktif capai 200 mitra.
Your Tea menyajikan minuman olahan teh yang berpadu dengan berbagai buah-buahan, cokelat, kopi, dan sebagainya. Berbagai minuman ini tersaji dalam keadaan dingin untuk melepas dahaga.
Saat ini, Indra masih menawarkan kemitraan dengan rentang investasi mulai Rp 5 juta sampai Rp 6,5 juta. Dengan paket tersebut, mitra mendapat ragam perlengkapan dan peralatan usaha, booth, program pemasaran, dan lain sebagainya. Paket ini belum termasuk bahan baku.
Laiknya pebisnis lainnya, Indra mengakui, persaingan di bisnis minuman kekinian makin berat. Untuk itu, tidak ada cara lain selain terus berinovasi dengan menghadirkan varian rasa baru. Misalnya, ada rasa kopi durian serta es teh apel. Di total, kini ada 19 varian rasa yang tersedia di gerai Your Tea berbanderol harga mulai Rp 3.000 sampai Rp 6.000 per gelas.
Selain inovasi rasa minuman, Indra juga gencar berpromosi dengan memanfaatkan teknologi digital. Contoh, di media sosial semacam Instagram dan Facebook. "Sekarang, kami lebih banyak melakukan promosi dan digital marketing, agar bisa terus bertahan dan tetap bersaing," katanya ke KONTAN.
Indra pun tidak muluk-muluk dalam menargetkan pertambahan mitra. Baginya, ada tambahan lima mitra per bulan saja sudah cukup untuk bisa terus mengembangkan bisnis Your Tea. "Kami saat ini lebih banyak mengejar kualitas produk daripada kuantitas gerai. Dengan begitu, para mitra bisa terus aktif dan tidak lagi on-off," ucapnya.
Teh Kocok
Pemain lainnya di bisnis olahan teh adalah Sapto Aji, dengan label Teh Kocok yaitu teh kopi coklat yang sudah dia rintis sejak 2015 lalu. Menawarkan kemitraan mulai 2016, Teh Kocok bermarkas di Bekasi, Jawa Barat.
KONTAN mengupasnya dua tahun lalu dan saat itu Sapto punya sembilan gerai. Sekarang, gerai Teh Kocok bertambah menjadi 14 outlet. Perinciannya: tiga gerai milik pusat ada di Bekasi dan sisanya punya mitra yang tersebar di Jakarta Timur dan Bekasi. "Outlet pusat ada di Mall Revo Town, Kayuringin, dan Tambun Bekasi," kata Sapto saat dihubungi KONTAN.
Adapun paket kemitraan yang Sapto tawarkan mengalami perubahan. Sebelumnya, ada dua paket kemitraan, kini menjadi tiga paket. Paket tambahan bernilai Rp 12 juta untuk model booth. Sedangkan paket yang sudah ada adalah paket Rp 45 juta berbentuk gerai semikontainer dan paket Rp 85 juta berbentuk outlet di mal.
Perubahan paket sudah berjalan sejak tahun lalu untuk ekspansi bisnis. Perubahan lainnya juga ada di harga produk minuman Teh Kocok. Sebelumnya, harga jual minuman berkisar Rp 7.000–Rp 15.000 per cup untuk gerai di luar mal serta Rp 15.000–Rp 22.000 per cup yang ada di pusat belanja. Kini, jadi Rp 8.000–Rp 16.000 per cup untuk gerai di luar mal dan Rp 13.000–Rp 19.000 per cup yang ada di pusat belanja.
Harapannya, perubahan harga tersebut terutama di mal bisa membuat gerai Teh Kocok bisa bersaing. Langkah lain yang tidak kalah penting adalah tambahan varian rasa baru. Contoh, choco beng-beng yang baru saja Sapto rilis dua minggu lalu. Nanti, ada varian rasa anyar lagi yakni manggo milk shake.
Dengan upaya tersebut, Sapto berharap, bisnis Teh Kocok yang ia garap bisa bersaing dengan pemain sejenis. Apalagi, cita rasa minuman Teh Kocok yang khas dia klaim bisa melawan minuman teh kekinian lainnya.
Menurut Sapto, sekitar 80% bahan baku Teh Kocok merupakan racikan sendiri. Dan, bakal terus ia produksi meski dari harga bahan baku mengalami kenaikan. "Ini masalah konsistensi," tegasnya.
Upaya lain yang Sapto lakukan adalah menjaga distribusi produk ke gerai-gerai milik mitra. Di samping terus mempertahankan standar operasional prosedur ke seluruh gerai mitra. Dengan langkah ini, ia menargetkan bisa menambah dua gerai lagi di Tambun dan Jakarta Timur
Siapa yang tertarik?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News