kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   -25.000   -1,30%
  • USD/IDR 16.295   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Laba kerajinan tangan dari sampah non organik


Kamis, 16 Oktober 2014 / 15:09 WIB
ILUSTRASI. Simak perawatan rutin untuk menjaga lantai kayu tahan lama dan tetap indah


Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini

Salah satu kendala masyarakat kita dalam mengatasi masalah lingkungan adalah pengelolaan sampah. Kesadaran masyarakat akan sampah di beberapa daerah masih kurang. Selain membuang sampah pada tempatnya, kesadaran memilah sampah juga belum populer diaplikasikan pada masyarakat kita.

Bank Sampah bisa menjadi solusi untuk mengedukasi masyarakat. Di Bantul, Yogyakarta tepatnya di Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, masyarakat disini sudah sadar dengan hal ini. Pemrakarsanya adalah Sri Purwaningsih.

Wanita berusia 37 tahun ini merintis bank sampah selama setahun terakhir dengan nama Bank Sampah Kurnia. Saat ini sudah ada 100 nasabah bank yang setiap minggu menyetor sampah rumah tangga berbahan plastik atau kertas.

Sri bercerita, awal berdirinya bank sampah ini karena ada kunjungan dan pelatihan mengelola sampah dari mahasiswa Universitas Gadjah Mada. Selain dapat membersihkan lingkungan ternyata sampah bisa menghasilkan uang. Dari situ, dia tergerak untuk mengajak ibu-ibu rumah tangga untuk mengumpulkan sampah.

Setiap Sabtu, warga sekitar Kecamatan Sedayu menyetor sampah ke lokasi bank sampah. Dengan harga jual Rp 500 per kilogram (kg), setiap minggu bisa terkumpul 300 kg–500 kg sampah plastik dan kertas.

Sri sebelumnya mengajarkan masyarakat memilah sampah yang layak olah. Biasanya untuk botol, kertas, dan plastik itu yang menjadi prioritas utama karena bisa diolah menjadi kerajinan tangan dan barang daur ulang. Sedangkan sampah organik seperti sayuran, buah, daun-daun dijadikan pupuk kompos untuk apotek hidup yang juga didirikan Sri dekat Bank Sampah Kurnia.

Untuk membuat kerajinan tangan, dia juga mengadakan pelatihan kepada warga. Beberapa kerajinan tangan yang dihasilkan seperti vas bunga, tas, kotak pensil, suvenir pernikahan, gantungan kunci, dan lainnya.

Dari 100 orang nasabah di kecamatan ini, ada 20 orang yang dia rekrut menjadi pembuat olahan sampah. Sejak awal tahun ini, kegiatan Bank Sampah Kurnia juga mendapat perhatian dari Pertamina dengan adanya penyuluhan agar produk olahan sampah bisa bernilai tinggi. "Setelah mendapatkan pelatihan teknik membuat kerajinan yang baik, harga jual menjadi lebih tinggi," kata dia.

Tiap akhir pekan Sri dan 20 orang warga lainnya bisa menghasilkan 40 produk. Harga jualnya berkisar Rp 10.000−Rp 50.000 per item. Dari hasil pesanan, omzet bisa mencapai Rp 3 juta−Rp 4 juta per bulan. Saat ini Sri bekerjasama dengan Dewan Kerajinan Nasional Yogyakarta (Dekranas) untuk mempromosikan produk daur ulangnya. Pada saat ikut pameran di sekitar Malioboro, dia bisa dapat pesanan banyak dari situ.           n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×