kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba menawan dari usaha suvenir foto dadakan


Jumat, 14 Juni 2013 / 11:49 WIB
Laba menawan dari usaha suvenir foto dadakan
ILUSTRASI. Ilustrasi ayam betutu Warung Aji Anom Bandung.


Reporter: Noor Muhammad Falih, Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Saat menghadiri pesta pernikahan, biasanya undangan akan menerima  suvenir pernak pernik lucu, seperti cermin, kipas atau gelas. Nah, peluang inilah yang menginspirasi Hasan Ahmadi, seorang fotografer di Jakarta untuk terjun ke bisnis suvenir. Berbeda dari suvenir biasa, ia menawarkan foto instan bagi setiap udangan yang menghadiri sebuah hajatan.

Suvenir foto instan memungkinkan undangan membawa foto mereka sendiri sebagai buah tangan. Setiap foto digarap layaknya foto di studio. Hanya, dengan printer foto berukuran mini, hasil foto dapat dicetak dalam hitungan detik. Setiap foto kemudian dilengkapi dengan frame cantik.

Di bawah bendera Aku Photo atau PT Khasanah Warna Indonesia, Hasan merintis usaha suvenir foto sejak awal tahun ini. Namun, ia sendiri sudah terjun di bisnis fotografi sejak 2011. "Untuk suvenir foto baru mulai awal 2013, karena mesinnya baru masuk ke Indonesia," tuturnya.

Peralatan yang digunakan berupa kamera profesional cukup disambungkan ke laptop dan printer warna.

Usaha suvenir foto ini pun mulai populer belakangan ini. Banyak orang yang memilih memberikan suvenir foto instan dalam hajatan yang digelarnya. Kata Hasan, setidaknya ada tiga alasan suvenir foto instan semakin marak. Pertama, proses pengambilan foto dan pencetakan cepat. Orang bisa foto dengan properti yang lucu di momen pesta.

Kedua, foto lebih praktis dan bisa dimasukkan ke dalam tas pesta atau dompet kecil. "Jika suvenir yang dari kaca bisa pecah dan ribet dibawa-bawa," imbuhnya.

Terakhir, suvenir ini tetap bisa didesain dengan logo atau nama pengantin di dalam foto, sehingga esensi sebagai kenang-kenangan tetap bisa diterapkan dalam 'foto dadakan' ini.

Hasan menyediakan empat paket suvenir foto, yaitu mulai dari Rp 3,5 juta hingga Rp 7 juta untuk sekali hajatan. Perbedaan paket tersebut dari durasi pemotretan dan jumlah pojok dekorasi foto yang diminta. Biaya paket standar berdurasi 2 jam sebesar Rp 3,5 juta. Sementara, paket termahal berdurasi 4 jam, dengan dua dekorasi pojok foto.

Aku Photo tidak mematok jumlah orang yang difoto dalam setiap paket. Semua tergantung durasi. Misalnya paket berdurasi 4 jam bisa mengambil hingga 500 foto.

Hasan memiliki dua perangkat alat foto dadakan ini. Dalam satu bulan, ia mengaku, bisa mendapatkan 4-5 klien. Omzetnya mencapai Rp 17 juta per bulan, dengan laba bersih 40%.

Pemain lain suvenir foto dadakan ini, yaitu Lieni. Pemilik usaha Loopphoto ini bahkan sudah memulai usahanya sejak akhir 2012.

Ia mengaku, pelanggannya kebanyakan justru berasal dari perkantoran saat mengadakan seminar. "Ada juga yang pernikahan, tapi tidak sesering seminar," ujar perempuan 33 tahun ini.

Loopphoto menawarkan dua paket photo booh, yaitu Paket Fun dan Paket Happy. Paket Fun berdurasi tiga jam, dengan tarif Rp 2,5 juta. Sedangkan, Paket Happy berdurasi 2 jam dan maksimal foto 100 lembar. Tarif paket ini mengikuti jumlah foto yang dicetak, dengan harga Rp 20.000 per lembar.

Dalam sebulan, Lieni mencetak omzet sekitar Rp 6 juta. Ia mengaku, keuntungan bersihnya 30%, sebab harus merogoh kocek untuk cetak bingkai karton, gaji dua pekerja, printer (tinta), kamera dan lighting.

Supaya lebih menarik pelanggan, Loopphoto menawarkan properti unik yang bisa digunakan saat foto berlangsung, seperti rambut palsu dan aksesoris pendukung lainnya. "Bisnis ini masih menjanjikan, karena bisa untuk berbagai hajatan," ucap Lieni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×